☆Chapter 6 : Tingkah Konyol Malaikat☆

Start from the beginning
                                    

Pria berambut gimbal itu sudah sangat dekat dengan tubuh Raiga yang sedang tertidur di rerumputan, lengannya mengangkat tongkat itu di atas dada Raiga, tinggal menunggu waktu yang tepat untuk menusukkan benda tajam itu ke tubuh Si Malaikat.

Kedua mata Raiga langsung terbuka, bukannya kaget atau berteriak, Malaikat berambut perak itu malah tertawa terbahak-bahak. "Apa kau mau membunuhku, hah?" kata Raiga di sela-sela tawanya.

Pria bermata merah itu langsung melotot tidak percaya melihat Malaikat yang akan dia bunuh sama sekali tidak ketakutan, padahal tongkat itu masih dia angkat, dia bisa saja melakukan pembunuhan sadis detik ini juga

"Ya! Aku akan membunuhmu, Malaikat Raiga! Kau tidak akan bisa lagi kembali ke Surga!" ucap pria berambut gimbal itu dengan mata yang membara, Mendengarnya Raiga hanya tersenyum jahat.

"Lakukanlah sekarang," Raiga menantang pria itu dengan senyuman mengejek. "Ayo?"

Pria itu tidak terima dia diremehkan seperti itu, jadi dia langsung menurunkan tongkat itu secepat kilat ke dada Raiga.

Tiba-tiba yang dia tusuk bukan Raiga, melainkan tanah berumput. "Dia menghilang?" Pria gimbal itu kaget. "Kemana perginya Malaikat itu?"

"Aku di sini, Argo!" Rupanya Raiga kini sedang bergelantungan di dahan pohon dengan memasang wajah santai. "Ada apa, Argo? Kenapa mukamu jadi terkejut begitu?"

Argo, si pria gimbal berkulit hitam itu langsung mendongakkan kepalanya, memandang Raiga yang sedang bermain-main di batang pohon. Argo kelihatan sangat marah.

"Trik tipuan lagi," Argo menggeram, dia mematahkan tongkat itu dengan amarah yang membara. "Kau akan kubunuh dengan tanganku sendiri, Malaikat Raiga!"

"Hah?" Raiga tersenyum miring. "Bisakah kau berteriak lebih keras lagi? Aku tidak bisa mendengar teriakanmu, Wahai Malaikat Argo."

"Grrr! Jangan berani-beraninya kau menyebutku dengan nama sialan itu, Malaikat Raiga!" Karena sudah tidak tahan diejek oleh Raiga, Argo langsung memanjat pohon itu dengan cepat seperti seekor monyet, tapi,

Bruk!

Dia jatuh lagi.

Raiga terus bergelantungan di dahan pohon seperti koala disertai senyuman mengejek saat melihat Argo jatuh. "Maafkan aku, Argo, aku tidak tahu kalau kau tidak bisa memanjat pohon, pffft!"

Argo benar-benar malu sekarang, harga dirinya telah diinjak-injak oleh Raiga, dia juga marah pada dirinya sendiri karena tidak bisa memanjat. "Sial! Sial! Sial! Akan kubalas suatu saat nanti, Malaikat sialan!" Kemudian Argo langsung berlari, meninggalkan Raiga sendirian di atas pohon.

Padahal sebenarnya Argo menangis malu di semak-semak karena diejek oleh Raiga.

"Dasar Malaikat aneh," ucap Raiga dengan duduk santai di batang pohon sambil matanya kembali sayu. Dia menguap lebar "Kurasa tidur di sini lumayan juga, aku harap tidak ada lagi pengganggu sekonyol Argo yang datang ke sini, aku ingin istirahat sebentar saja."

***

Di tempat penangkaran buaya, Yuna sedang bersujud di hadapan sang pemilik buaya agar pria itu meminjamkan hewan yang diinginkannya walau dia sudah ditolak berkali-kali.

Yuna benar-benar bersemangat dalam melakukannya.

"Aku mohon pak! Aku sangat membutuhkan kuda itu untuk mencari teman-temanku yang lain, pak! Jadi kumohon, pinjamkanlah kuda gagah itu padaku, pak!" Yuna bahkan menjadi sorotan wartawan karena melakukan hal konyol di tempat itu, berpasang-pasang mata memandang gadis malaikat tersebut dengan tatapan kagum.

"Aku minta maaf karena tidak bisa meminjamkan kuda itu padamu," ucap bapak pemilik buaya itu dengan berjongkok, mencoba membangunkan Yuna yang sedari tadi bersujud padanya. "Jadi aku juga memohon padamu untuk tidak bersujud padaku, kau tahu, para pengunjung bisa salah paham atas hal ini, Yuna."

Mendengar hal itu membuat Yuna mendapatkan ide lain agar dia bisa mendapatkan kuda itu dengan cepat.

Yuna tersenyum tipis.

"AKU MOHON PAK! JANGAN MELAKUKANNYA DI TEMPAT INI! AKU MASIH GADIS PAK! AKU TAKUT ORANG LAIN BISA MELIHAT KITA PAK!"

Sang pemilik buaya langsung terbelalak mendengar teriakan Yuna, para pengunjung ikut terkejut, semua orang mendadak menatap tajam pada pria itu, bahkan semua wartawan membantingkan kamera dan speaker yang mereka bawa.

"TANGKAP PRIA PEDOFIL ITU!"

Lalu sebuah teriakkan memandu semua orang untuk menghabisi bapak pemilik tempat wisata ini, Yuna tersenyum kecil memandang pria tua itu diangkat oleh ratusan orang untuk di lemparkan ke kandang buaya dengan kejam.

"Hihihi, maafkan aku karena telah melakukan hal indah itu padamu, pak," bisik Yuna. "Sebagai seorang malaikat aku  merasa berdosa sekali, tapi apa boleh buat?"

Yuna langsung buru-buru menghampiri kuda putih yang sedang diikat di dekat pagar kandang buaya, kemudian dia melepaskan ikatan itu dan menunggangi kuda tersebut dengan hati-hati.

"Sampai jumpa, para manusia."

Pada akhirnya, Yuna berhasil keluar dari tempat itu dengan selamat.

***

"AUUUWWW!!!" Zapar menjerit kesakitan saat kemaluannya digigit oleh anjing liar.

GRAUK!

"WAAAAAAUWWWWW!!"

Sebuah kunyahan berhasil membuat Zapar kembali ke surga, ah tidak, maksudnya Zapar benar-benar kesakitan atas hal itu.

Anjing itu melepaskan gigitannya ketika kaki Zapar menendang bokong hewan buas tersebut. Akhirnya Zapar masih bisa terselamatkan.

Zapar langsung bangun terduduk, ingin melihat keadaan bagian intimnya sekarang.

Ekspresi sedih campur kaget langsung terpasang di wajah Zapar. "Sepertinya aku sudah tidak bisa menikah, kawan."

Air mata kekonyolan memenuhi pipi Zapar.

BERSAMBUNG ...

YEYYYY!! Chapter 6 selesai!

Gimana? Apakah kalian penasaran dengan nasib Raiga dan kawan-kawannya?

Tunggu kelanjutannya ya!

Terima kasih telah membaca, memvote dan mengkomen chapter ini!

Sampai jumpa!

@DickyHerliansyah



RAIGA ✓Where stories live. Discover now