2.

5K 268 39
                                    



"Za, kamu tau tante Jenni kan?" 

Erza mengangguk sambil memakan eskrim coklat kesukaannya yang ia ambil dari kulkas,  sambil berselonjor di lantai ruang tamu. "Kenapa dengan tante Jenni ma? Beliau mau pindah Negara lagi?" ia ingat sahabat mamanya dari SMA, tante Jennifer baru pindah dari Jerman saat ia masih kelas 3 SMP. Sekarang wanita itu sudah 3 tahun disini, tinggal bersama anak cowok yang berusia diatasnya 1 tahun, dan katanya satu sekolah, tak tau sapa namanya karna malas nanya.

"Gak sayang."

"Terus kenapa mama senyum – senyum sendiri? Keningnya berlipat melihat mama kini tertawa geli dengan ponselnya, lalu berjalan menjauh meninggalkan dirinya saat ponsel itu berbunyi, sekilas percakapan mereka terdengar, membuatnya seperti menguping, dan akhirnya memilih pergi.

Ia melihat anaknya kini asyik berendam di pinggir kolam, sambil memakan eskrim berukuran cup paling besar, yang tak lepas daritadi. Ajakan Jenni, sahabat sablengnya waktu SMA terngiang lagi, dan ia tersenyum sangat lebar. Sudah saatnya ada yang jaga Erza. "Kamu mau ikut mama ke Mall? Tante Jenni ngajak meetup." 

 "males ganti baju ma."

"Ayolah sayang, kita udah lama gak jalan bareng, dan tante Jenni pengen banget ketemu sama kamu."

"Kenapa harus hari ini, ma?"

"Karna tante Jenni di Mall hari ini, kalau besok mungkin beda cerita, sayang."

 Jawaban mama membuatnya tertawa. "Boleh deh, ma. Tapi, tungguin Erza abisin eskrim dulu, yah. Nanggung kalau ditaroh ke kulkas lagi." 

"jangan makan terlalu banyak, sakit perut ntar baru nangis guling – guling."

"Ma," ia baru teringat sesuatu, "Tante Jenni ama Om Erwin kenapa gak pernah mampir kesini?"

Senyum misterius mama membuat bulu kuduknya menjadi setegak ujung bamboo runcing. "Nanti ada saatnya kerumah kok, dengan anaknya."

Ia menatap kepergian mama sambil mengemut ujung sendok,  mencerna ucapan samar itu, dan membuatnya menjadi semakin merinding.

∞.∞

"Halo cantik." Ia hampir saja menjatuhkan buku dalam genggaman ketika panggilan bernada rayuan yang paling dihapalnya terdengar dibelakang telinganya. Matanya langsung mencari satpam buku kalau – kalau cowok ini membuat keonaran.

Plis, not again...

Ia menahan diri untuk tidak memukul cowok itu dari belakang dengan kamus, yang kini memeluknya dari belakang. Ini mall, pusat keramaian, ia tak mau mencemarkan nama baiknya dengan menghajar  - walau sebenarnya sangat ingin karna akan merusak nama baik dirinya sebagai cewek anggun. "Harum banget sih, sayang. Jadi pengen cium deh."

"Nyari mati, ka?"

Putra tersenyum mendengar nada dingin disertai tubuh gemetar hebat. Erza sangat, sangat, cantik dengan jumpsuit tanpa lengan berwarna biru metalik, salah satu warna favoritnya, ditambah rambut panjang yang selama ini tergerai, kini dibentuk ponytail, membuat leher jenjang tanpa perhiasan apapun itu terpampang sempurna, siap dikecup sampai meninggalkan bekas. 

Plis, Putra, ini Mall. Tahan nafsu bro.

"Sama siapa kesini, sayang?"

"Panggil gue sekali lagi kayak gitu, gue akan panggil satpam dengan alasan lo adalah maling buku."

"Maling hati kamu lebih tepatnya, say.. aduh!" ia meringis kesakitan ketika Erza menginjak kakinya dengan sangat keras. 

"Lepasin gue, kak Putra!"

Jatuh Cinta Sama Lo?! NO WAY!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang