01.Tft Al

552 4 0
                                    

            Setelah aku menolak cintanya Al, Al malah selalu bikin aku makin sayang dan dia selalu memperlakukan aku selayak pacarnya. Aku agak sedikit canggung akan hal itu. Sore itu dia mengajakku untuk menemui Ayahnya dikawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan.

            Kebetulan sore itu aku habis pulang main basket bareng sama Al, ada El dan Dul dirumah.

               “Yah, kenalin temen aku Nadine” kata Al datar kepada Ayahnya.

            “Oh. Iya. Hai, Nadine” kata Ayahnya sambil membersihkan jati-jati kuno didepan rumah.

               “Al, Nadine diajak masuk dong kok cuman disini” ucap Ayah Dhani.

            Al pun menyuruhku masuk, dan aku dipersilahkan duduk diruang keluarga. Disitu ada Tante Ember, El, dan Dul yang sedang berebut remote televisi dengan Syafeea.

                “Kak Nadine” jerit Syafeea lalu memelukku.

            “Hei” kataku datar lalu memeluk Syafeea balik. El mendongak dan menatapku dalam-dalam seolah-olah dalam pandangannya itu ada sesuatu. Aku memandangnya balik namun dia mengalihkannya dan bertanya “Mau minum apa, Nad?” tanya El padaku.

                “Eh?Enggak usah repot-repot, makasih” jawabku.

            “Santai aja, aku bikinin orange juice ya” tutur El lalu beranjak dari tempat duduknya.

            Dul cuman memandangiku bingung, Tante Ember hanya cengar-cengir sambil memainkan ponselnya, dan yang pasti Syafeea nerocos cerita ini-itu disekolah barunya. Sementara Al, sedang mandi diatas untuk bersiap-siap mengantarku pulang.

          “Nih, Nad” ucap El sambil memberikan gelas berisi orang juice “Orange Juice, special buat kamu” candanya.

                 “Aku coba yaa” kataku sambil menaikan alisku.

             “Lumayan enaaakkk” ujarku kepada El. Namun, dia hanya tersenyum nakal dan kembali fokus pada laptopnya. Aku sempat mengintip apa yang sedang El lakukan tapi dia sama sekali tak tersadar. Oh, ternyata tebakanku benar kebiasaan cowok main game tidak bisa dimusnahkan akhir-akhir ini. Terkadang, cowok bisa sampai lupa makan, tidur, atau bahkan supercuek sama ceweknya karena game, dan ceweknya marah gara-gara BBM-nya tak dibalas dan akhirnya putus*eh:p

            “Nad. Yuk!” tutur Al sambil menuruni anak tangga.

            “Hitam lagi?” tanyaku.

            “Haha, kenapa?Bosen ya yang lihat?” tanyanya balik.

          “Enggak, bukan  bosen. Tapi kelihatannya mistis banget Al” jawabku. Tapi Al hanya tersenyum dan menyambar kunci mobilnya.

           “Tante Ember, El, Dul, dan Syafeea Nadine pulang dulu ya. El, makasih orange juice—nya” kataku setengah berteriak.

            Mereka semua tersenyum kecuali El yang fokus pada game—nya dan hanya mengangguk saat aku mengucapkan terima kasih.

      “Om, Nadine pulang dulu ya” ucapku kepada Ayah Dhani dan bersalaman untuk pamit.

            “Iya, hati-hati” “Al, jangan ngebut bawa aventador—nya yaa, mahal” canda Om Dhani.

            Aku cuman ngikik geli, aku masuk ke aventador merah milik Al dan langsung bergegas pulang ke rumah.

            “Nad, tadi El bikinin kamu orange juice?” tanya Al setengah sinis dan agak seriusan.

            “Iya, kenapa?” tanyaku balik.

          “Enggak biasanya dia gak ramah dan gak mau bikinin minum ke tamu” jawabnya datar.

                “Haha, mungkin dia udah insaf “ candaku.

          “Hahahha, dasar kamu ya, Nad” tutur Al lalu mengacak-acak rambutku.

            Sialnya, kami berdua terjebak macet hampir satu jam dan itu sungguh penderitaan yang luar biasa, untung-nya yang duduk disampingku bukan bapak-bapak tua yang menyeramkan, melainkan Al. Cowok cool , pendiam, dan supercuek tapi penyayang dan perhatian:* (apaan sihh?!)

            Al mengeluarkan iPhone5 dari saku celananya dan sepertinya ia membalas pesan singkat dari seseorang.

                 “Siapa?” tanyaku superkepo.

                 “Pacar” katanya pelan.

                  “Pacar?!!!!!” pekikku.

            “Hahahahaha, enggaklah aku belum punya pacar Nadine. Itu tadi Richard ngajakin makan nasi goreng” candanya.

            “Bohong” kataku setengah kesal.

            “Beneran. Kok marah?Jangan-jangan kamu … hahahha iyaa kamu ,,,” ucap Al setengah PD.

            “Ssstt,, apaan sih?Apa?Cemburu?Enggak tuh, soktau kamu” jawabku.

            “Iyadeh. Terserah. Nad, foto-foto yuk berdua” tutur Al sambil menaikan alisnya.

            “Hahaha, bego kamu ya. Ini macet, foto-foto?!” candaku.

            “Ahh, bodo amat” katanya.

“Cisssss,,,, clikk” blits kamera mengagetkanku.

“Al please!!!!!” teriakku lalu mendorong lengannya. Namun, dia hanya tersenyum nakal.

“Maju tuh, enggak main hape aja” kataku kesal.

“Iya, cantik maju nih. Hahaha, nggak usah marah kalik, cuman satu jepretan doang kok” rayunya kepadaku.

“Bodo!” tuturku setengah menahan tawa.

Namun, dengan tololnya dia bernyanyi “Pok ame-ame belalang kupu-kupu….” dengan muka supercute didepanku, dan dengan reflex aku tertawa dan Al mendapatiku tertawa menanggapi candaanya, lalu dia tersenyum nakal kepadaku lagi, dan lagi.

Aku mengecek ponsel—ku dan membuka instagram, oke dan kalian tau apa yang dilakukan Ahmad Al Ghazali kepadaku.

Dia mempublikasikan fotoku melalui akun instagramnya, ohhhhh sial. Aku kembali berteriak dan menarik lengannya.

“Al!Kalau kamu enggak seganteng Christiano Ronaldo aku sudah membunuhmu sekarang!” teriakku tepat ditelinganya.

“Apa kamu bilang?Aku ganteng kayak Christiano Ronaldo?” tuturnya.

“Bodo!!” teriakku lagi tepat ditelinganya, sampai-sampai dia harus periksa ke dokter THT  setelah mengantarku. (Haha, bercanda).

“Nah, lenggang deh ini jalanan, akhirnya” kataku lega.

“Lah?Kok enggak macet lagi sih” tutur Al setengah kesal.

“Bego ya, kamu suka kalau macet?Aneh” pekikku.

“Bentar deh Nad, kalau macet kan otomatis lama sampai ke rumah kamu jadi aku bisa bercandaan sama kamu lebih lama lagi, aku masih kangen tauk” katanya sembari menyitir.

“Iya, bercandaan memotretku tanpa ijin maksud kamu?” ucapku setengah berteriak lagi.

“Hahaha, enggak gitu juga sih. Yah, tinggal satu blok lagi kamu turun dari aventador—ku” katanya.

“Haha, telefon aja kalau kangen sama aku” candaku pada Al.

“Telefon kamu?Ya, pastilah” ucap Al setengah meringis.

“Nah, udah sampai. Aku turun ya” kataku.

“Iya, maaf ya aku gak bisa turun. Salam ke Mamamu dan adikmu” tutur Al kepadaku dan memberikan senyum terbaiknya untukku.

Aku hanya mengangguk dan turun dari aventador­-nya, lalu dia cabut dan meninggalkan kepulan asap yang berdebu.

Chasing Your Love // {p.e.n.d.i.n.g}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang