Sean Rockefeller - Valantine

21.7K 530 15
                                    

Tolong yang ada di one shoot ini tidak ada hubungannya sama sekali dengan Sean Rockefeller. Jadi silahkan nikmati, dan resapi. Latarnya aku buat saat mereka masih ada di high school. Pengen buat pas mereka sekolah ≧ω≦ yah maaf saja jika di luar ekspesitas.

***

“Apa kau tahu, sebentar hari ini tanggal berapa?” Stella bertanya dengan agresif ke arah Sean. Laki-laki dengan surai hitam itu tidak menghiraukan sama sekali. Stella mengerucutkan bibirnya. Sean sama sekali tidak bereaksi sama sekali dengan apa yang dia upcapkan. “Sean, dengarkan aku!” suara Stella meninggi.

“Berhentilah berbicara, aku sedang membaca.” Stella tambah mengerucutkan bibirnya. Kesal. “Ayolah Sean~ sebentar hari ini valentine.”

“Lalu?”

“Aku mau cokelat rasa Vanilla dan strawberry!”

“Kau bisa membelinya sendiri babe.”

“Aku ingin kau yang membelikannya untukku. Bukankah sudah sewajarnya sepasang kekasih memberikan cokelat?”

Stella berbicara dengan semangat. Dengan penuh harap dia berbicara. Mata bulatnya itu nampak berbinar saat membicarakan cokelat. Sean yang melihat hal itu menutup bukunya, kemudian memberikan sebuah kartu untuk Stella. “Apa ini?” tanya Stella bingung.

“kartu. Kau bisa menggunakan kartu itu untuk membeli apapun yang kau mau.” Sean berkata dengan datar, tidak tahu wajah Stella sudah memerah karena menahan amarah. “Aku menginginkan cokelat Sean! Bukan kartu sialanmu ini!”

Stella melempar kartu itu ke wajah Sean. Membuat wajah Sean tergores sedikit. Matanya sudah memerah karena kesal, sedih, dan bingung. Apa benar jika sosok yang ada di hapadannya ini menganggapnya kekasih? Mengapa dia seolah sama sekali tidak peduli?

Sean yang melihat hal itu berdiri. Dia memungut kartu hitam itu, kemudian melemparkannya ke tong sampah. “Aku sudah menurutimu, bahkan lebih. Bukankah sama saja? Jika aku membelikanmu itu menggunakan uang? Bukankah lebih efisien jika aku memberikan uang? kau mau kau bisa membeli cokelat apapun yang kau mau. Tanpa terkecuali. Bahkan kau bisa membeli pabriknya sekaligus pegawainya.”

Stella gemetar. Dia tahu, Sean pasti sedang memandangnya dengan tajam. Dia menulikan telinganya saat teman sekelasnya menyuruhnya untuk minta maaf. Egonya terlalu tinggi. Sean yang salah karena tidak mau mendengarkan ucapannya. Jadi untuk apa dia minta maaf?

Sean menangkup wajah Stella. Ibujarinya mengusap air mata yang mengalir di kedua mata indah Stella dengan lembut, sebelum pada akhirnya dia pergi meninggalkan Stella yang sedang mematung. “Aku tidak tahu bahwa kau selemah ini, babe. Jika kau mudah menangis, bukankah akan menyebabkan kesalah pahaman?”

Sean pergi dengan bukunya. Stella yang masih diam, hanya menundukan kepalanya. Kakinya seperti jelly. Apa maksud perkataan Sean? Jadi karena dirinya, Sean akan mendapat reputasi buruk? Benar begitu? Jika bukan, apa maksud dari kesalah pahaman? Atau hubungan mereka ini merupakan salah satu kesalah pahaman? Stella tidak tahu.

Vivian yang sedari diam langsung menghampiri Stella, kemudian memeluknya. “Kau baik-baik saja?”

“Mana mungkin aku baik-baik saja, Vi.” Stella menangis. Zoe yang baru saja masuk kelas terbelalak melihat Stella dan Vivian yang menjadi pusat perhatian kelas. Gadis berambut pirang itu langsung bertanya pada salah satu temannya. “Apa yang sebenarnya terjadi?”

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 15, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

One Shoot Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang