two;

1.7K 158 21
                                    

masochist

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

masochist.

(n) addicted to pain.

.

.

.

Gadis bersurai coklat itu melangkah lunglai ditengah salju. Mantel kuning mostarnya berkibar ditiup angin Desember

Langkahnya berhenti di halte bus. Dihelanya nafas dan mendudukan diri di kursi beton. Pikirannya melayang ke beberapa saat yang lalu. Saat dirinya harus menyaksikan orang yang dicintainya mencium wanita lain.

Bus berwarna merah tua itu membuyarkan semua lamunannya. Dengan langkah lemas dia bangkit dan segera memasuki bus itu.

Orbs coklatnya memandangi kemegahan kota Seoul dalam kemuraman. Lalu lintas yang padat merayap seolah menarik perhatiannya.

Salah. Dia sepenuhnya mengabaikan keadaan kota kelahirannya. Netranya melihat namun pikirannya pergi ke beberapa saat lalu. Membenci ingatakan akan senyum cerah pria itu ketika melambai padanya. 

Gadis itu menarik nafas panjang. Disentuhnya dadanya. Tepat pusat kehidupan nya berdentum lemah. Dia memejamkan matanya, merasakan hatinya yang patah perlahan. Kemudian sentuhan itu menguat menjadi tekanan, menjadi genggaman, menjadi remukan. Dia menggenggam dadanya dengan segala kekuatan tangan mungilnya.

Rasanya seperti ingin meledak saja, pikirnya.

Gadis itu menghapus air mata yang menuruni pipinya. Tangannya kembali tergerak, memukul mukul tepat dimana rasa sakit itu memuncak.

Hatinya. Berderak ngilu. 

Kali ini tangannya berhenti memukul hati yang tak bisa dijangkaunya. Pikirannya teralihkan dengan rasa sakit lain yang menghantamnya. Mengundang sebuah senyum menghiasi wajah gadis itu. Tangannya kembali tergerak menyentuh kepalanya. Tempat dimana rasa sakit lain menyiksanya. Mulai membakar tubuh kurus itu dalam penderitaan.

Oh bukan siksaan. Baginya ini adalah morfin yang lebih ampuh dari apapun.

Diam diam gadis itu berterimakasih kepada rasa sakit dikepalanya. Berkat nya, dia tak perlu merasakan apapun lagi di dadanya. Tak perlu memikirkan bagaimana bentuk hatinya sekarang. Berkat rasa sakit itu gambaran yang terus terputar di kepalanya perlahan mengabur. Tenggelam dalam siksaan luar biasa.

Tapi dia tak masalah selama gambaran itu perlahan akan membunuhnya

Entah mungkin karena dia sudah terlalu terbiasa dengan rasa sakit itu. Perlahan, denyutan dikepalanya menghilang. Membuatnya membuka mata panic mencari rasa sakit itu. Tidak, dia membutuhkan lebih banyak lagi. Dia harus melupakan. 

Orbs coklatnya mengabur oleh bayangan bayangan yang kembali menghantuinya. Bayangan bayangan yang demi untuk melepaskannya, dia rela melakukan apapun.

love shotsWhere stories live. Discover now