One Shot - Miracle in December

Start from the beginning
                                    

"Oke. Boleh aja" Senyum Kai mengembang di wajahnya.

"Terima kasih, Sha" kata Kai sambil menggenggam tanganku lembut. Aku pun membalas senyumannya itu. Aku penasaran selama apa kami berdua akan bertahan saat aku bahkan tidak memiliki perasaan sama sekali padanya kecuali perasaan suka kepada teman biasa. "I will make you love me, just see" kata Kai pada akhirnya dengan cengiran aneh di wajahnya. Well, okay. Let's see then.

***

3 years later....

Sesha POV

"Sayaaaang" teriak Kai dengan riang sambil berlari ke arahku. Saat aku menoleh, Kai sudah memelukku dengan erat. Aku pun mendorong badannya dengan kesal karena malu di lihatin penghuni sekolah. Pagi-pagi Kai sudah bikin keributan.

"Apaan sih kamu? Jangan peluk-peluk di sekolah. Ga malu ya?" protesku saat Kai akhirnya melepaskan pelukannya. Mukanya berseri-seri menatapku. "Ada apa?" tanyaku judes.

"Kamu lucu banget sih kalau udah marah begini" katanya sambil mencubit pipiku. Aku pun menepis tangannya dengan cepat. Aku paling benci kalau dia mulai mencubit pipiku.

"Ada apa? Cepat! Aku mau masuk kelas" kataku tidak sabar sambil melihat jam di pergelangan tanganku yang menunjukkan pukul 7 pagi. Dia sudah telat masuk kelas Biologi.

"Aku lolos audisi, Yang" katanya dengan mata berseri-seri

"Audisi apa? Audisi orang gila se Indonesia?" kataku dengan penuh sarkastik.

"Audisi SM entertainment, Sayaaang" katanya dengan manja. "Begitu lulus SMA bulan depan, aku akan langsung ke Seoul untuk mulai training" katanya dengan sangat gembira.

Aku terdiam tidak bisa menjawab. Seoul? Maksudnya apa? Bukannya dia berjanji akan masuk Universitas yang sama denganku di Jakarta? Aku bahkan sudah keterima terlebih dahulu di pilihan pertama kami lewat ujian mandiri beberapa bulan lalu. Kenapa sekarang dia berkata dengan santainya akan training ke Seoul? Apa dia tidak ingat janji kami?

"Yang?" panggil Kai menyadarkan lamunanku. "Kamu kenapa diam?" raut wajahnya terlihat bingung. Kai sama sekali tidak mengerti perasaanku saat ini.

"Aku sudah telat. Aku mau ke kelas" kataku sambil berjalan menuju kelasku yang tidak jauh lagi. Kai mengikuti disampingku dan menatapku cemas.

"Kamu sakit? Mukamu pucat sekali"

"Sudahlah, kamu ke kelas sana. Nanti dimarahin Pak Bagas lagi, kamu minggu lalu terlambat masuk juga kan?" kataku mengingatkan Kai akan guru matematika horror itu. Kai sepertinya langsung tersadar dan berhenti melangkah bersamaku.

"Oh, iya. Untung kamu bilang" Kai memukul jidatnya pelan. "Ya udah, nanti pulang bareng ya. Bye, Sayang" Aku hanya tersenyum masam kepada Kai. Kai langsung berlari berlawanan arah dengan tujuanku. Aku menatap punggungnya yang menghilang perlahan di lorong sekolah. Air mataku tidak terasa mengalir dari kedua ujung mataku. Kai akan meninggalkanku. Apa yang harus aku lakukan?

"Ternyata lo di sini, Sha" kata April begitu menemukanku di dalam perpustakaan, di bagian paling ujung tempat novel-novel kesukaanku di simpan. Ku tutup novel di tanganku dan menepuk lantai di sebelahku, menyuruhnya duduk.

"Kenapa?"

"Kenapa?" serunya kencang.

"Ssstt" kataku sambil menutup mulutnya yang aku tahu, akan mulai mengeluarkan ocehan yang nyaring. "Ini perpus, Pri"

"Sebenarnya ada apa sih, Sha?" katanya dengan suara yang lebih pelan. Aku mengerti maksudnya, dia pasti menanyakan soal Kai.

"Ga ada apa-apa"

One Shot - Miracle in DecemberWhere stories live. Discover now