Lucas berjalan ke toilet dengan kepala menunduk. Ingin rasanya ia mempercepat langkah untuk sampai di toilet dan membasuh mukanya yang sudah tebal tertutup debu namun sayang, langkahnya terhambat karena ditangannya ada beberapa buku referensi sebesar ensiklopedia yang diambilnya dari perpustakaan siang tadi.

Lucas meletakkan seluruh barang bawaannya di samping kran. Ia menatap cermin di depannya sejenak, melihat betapa kusam dirinya hari ini. Sepertinya semua hal yang terjadi pada dirinya hari ini berkontribusi pada bertambahnya kerutan-kerutan halus di wajah dan matanya. Ia mendengus kesal. Ia arahkan tangannya dan menyalakan kran. Diarahkan setangkup air dikedua telapak tangannya ke wajah, ia kembali menatap cermin di depannya.

"Aku lelah. Tidak bisakah anda berhenti mengingatkanku akan semua tugas-tugasku? Ada banyak hal yang belum aku selesaikan dengan lelaki itu dirumah."

Ia bicara dengan bayangannya dan menatapnya beberapa saat sampai akhirnya ia menyadari bahwa yang dilakukan adalah sebuah kekonyolan. Ia menundukkan kepala dan ngusapkan lagi air dari telapak tangannya ke wajah beberapa kali. Saat ia kembali memandang ke arah cermin, ia terkejut mendengar suara pintu dari salah satu bilik toilet terbuka. Reflek membuatnya menoleh dan menemukan sesosok pria melangkah keluar dari bilik.

Mata mereka bertemu. Dari jarak 2 meter pria itu menatap Lucas dalam, begitu juga Lucas. Beberapa menit berlalu, mereka masih diam dan saling menatap sampai akhirnya pria itu tersenyum dan berjalan mendekat.

"Hai" sapa pria itu ringan

"..........................."

Tak ada jawaban dari Lucas. Ia sibuk menatap pria disampingnya yang kini tengah mencuci tangan sambil menatap cermin di depannya. Diamatinya dari atas hingga bawah tubuh pria itu. Sosok pria dengan tinggi sekitar 186cm, badan yang atletis ditambah kulitnya yang kecoklatan menambah kesan sensual, paling tidak itu yang Lucas rasakan hingga ia menelan ludah.

"Ehemmm!!"

Tubuh Lucas tersontak, suara itu sempurna membuyarkan lamunannya akan tubuh pria yang sekarang menatapnya dari cermin. Lucas menunduk, ia salah tingkah karena ketahuan menatap orang tak dikenal dalam waktu lama.

"Ada apa?" tanya pria itu dengan menatap bayangan Lucas dari dalam cermin

"Tidak apa apa" jawab Lucas sembari mengelap telapak tangannya ke bajunya sendiri

"Sudah malam, kau tidak pulang?"

"Tidak...emm belum, mungkin nanti."

"Sepertinya kau sedang tidak sibuk, bisakah aku meminta bantuan?"

"Ehhh? Emm sebenarnya aku sudah akan pulang sekarang."

"Begitu? aku hanya ingin bertanya dimana ruang Kepala Fakultas Film dan Acting, tidak bisa kah kau mengantarku kesana?"

Lucas menatap pria itu dengan pandangan menyelidik. Ia tidak yakin bahwa pria di depannya ini orang baik-baik walaupun penampilannya berkata sebaliknya. Lucas kembali memandangi pria itu dari kepala hingga ujung kaki, memastikan bahwa dirinya akan aman jika berjalan bersama pria itu. Dengan secuil keberanian yang berhasil ia kumpulkan, akhirnya ia mengiyakan.

"Baik, ikutlah denganku."

Lucas berjalan keluar dari toilet bersama dengan buku-bukunya, diikuti oleh pria asing yang setia membuntutinya karena ia benar-benar berjalan dibelakang Lucas. Lucas mulai memperlambat langkahnya berharap pria itu bediri sejajar disampingnya, namun sayang pria itu juga memperlambat langkah dan tetap berjalan mengekor. Lucas menghentikan langkah dan berbalik, pria itu sedikit terkejut melihat Lucas yang tiba-tiba berhenti dan berbalik kearahnya.

#Lucas POV#

Aku memperlambat langkahku agar dia berjalan sejajar dengan ku tapi nyatanya diapun ikut memperlambat langkahnya. Ini sangat membuatku tidak nyaman. Siapa yang merasa baik-baik saja jika berjalan sendiri dilorong yang remang dengan orang asing yang berjalan dibelakangmu seolah sedang membuntutimu.
Kuhentikan langkahku dan berbalik, ia sedikit terkejut melihatku yang tiba-tiba berhenti, membalikkan badan dan menatapnya.

"Tidak bisakah kau berjalan disampingku? Kau membuatku merasa dibuntuti dan aku tidak nyaman." kataku datar
"baiklah."

Ia berjalan kearahku, langkahnya mulai mendekat dan kini ia sudah berdiri tepat didepanku. Wajahku dan miliknya hanya berjarak sekitar satu jengkal tangan dan ini membuatku menghentikan nafas sejenak. Aku kembali menatap wajahnya yang dibalut dengan siluet cahaya lorong. Indah, kataku dalam hati. Aku berkedip saat menyadari apa yang baru saja terucap dalam anganku, ini gila.

Ia mendekatkan wajahnya padaku......"kau tidak apa-apa?"

.
.
.
.
.to be continued

Maaf kalau banyak kata yang absurd, ini dibuat disela sela kerja banget. Doakan semoga charper selanjutnya lebih baik 😊🙏

StrangerWhere stories live. Discover now