12

764 116 19
                                    

'Kenyamanan itu seperti candu. Lebih kuat, lebih berasa, dibanding dengan sebutir pil penenang'

Sejak pria itu mengetahui tempat kerja Shin Hye dua minggu yang lalu. Yong Hwa terus datang kesana. Bukan setiap hari, tapi hanya dihari Senin sampai Jumat karena Sabtu dan Minggu dia tidak pergi kekantor. Meskipun ingin, tapi dia tidak melakukannya, takut jika Shin Hye berpikir dia adalah penguntit ulung. Lagi pula dia datang hanya untuk sekedar melihat keadaan gadis itu dan menikmati ice americano sorenya kemudian pergi. Hanya itu saja. Tidak ada perbincangan khusus karena itu akan menjatuhkan harga dirinya.

Egois ?. Katakan saja begitu, tapi pria itu tidak ingin menanggapi hal yang kalian pikirkan. Karena itulah dia, bukan seorang pria yang mudah untuk mengalah. Meskipun dia pernah mendengar seseorang mengatakan 'cinta perlu pengorbanan. Kau perlu sedikit melemah untuk bisa mendapatkan hatinya'. Tapi itu benar-benar bukan dirinya. Jika Shin Hye mencintainya, dia yakin , wanita itu akan menerimanya beserta keegoisan yang ia punya. Tapi kenapa sekarang dia perduli tentang cinta ? Tentang wanita yang bahkan dia usir secara tidak terhormat ?. Mungkin sekarang tanpa sadar dia mencoba untuk sedikit melemah.

Tapi terlihat berbeda dengan Yong Hwa biasanya. Ini sudah waktunya untuk dia bangun dan mandi, tapi pria itu masih terlihat bermalas-malasan ditempat tidurnya meskipun matanya sudah terbuka sempurna. Memang semenjak ia memecat Shin Hye, ia selalu pergi kekantor sangat pagi dengan alasan tidak ingin melihat gadis itu ketika ia mengantar susu. Tapi pagi ini berbeda. Yong Hwa ingin pergi sedikit lebih siang, ia merasa rindu pada gadis yang setiap pagi itu mengayuh sepedanya riang. Dia merindukan senyum cantik diwajah itu. Sangat merindukannya.

Beberapa kali ia melihat kearah jam dinding yang menempel sempurna diatas meja kerjanya. Tiga menit lagi, dan gadis itu akan tiba. Dia segera memasang baju kaosnya lalu berlari kecil kearah jendela besar yang menghadap pas kearah jalan depan rumahnya. Dan senyumnya tercetak jelas disana saat matanya menangkap wanita bersepada biru pelan-pelan mendekati pekarangan rumahnya. Ia sedikit bersembunyi dibalik tirai putih disampingnya,takut jika sang gadis menangkap basah dia yang sedang memperhatikannya. Hingga akhirnya, wanita itu tepat memberhentikan sepedanya didepan rumah dan saat itu juga senyum yang sedari tadi terpatri hilang sekejap bagai sang mentari yang ditelan lenyap badai.

"Hey nona !!!" teriaknya keras. Membuat wanita pengantar susu itu menengadah menatapnya.

"Aku ?"

"Ya, kau. Siapa lagi. Tunggu disana" perintahnya. Yong Hwa mendesis saat mendapati wanita itu dengan centil tersenyum padanya, bahkan ia melihat jika wanita itu merapikan rambutnya yang berantakan.

Yong Hwa segera berlari turun. Tidak ia perdulikan ayah dan ibunya yang sedang duduk diruang makan menikmati roti bakar mereka. Ia hanya ingin menemui wanita itu, mencari jawaban tentang semua pertanyaan yang mulai berterbangan memenuhi kepalanya.

"Anyyeong tuan muda. Kenalkan aku Yeon Soo" sapanya ramah. Wanita bernama lengkap Jang Yeon Soo itu pun tidak lupa memberikan tangannya agar bisa dijabat oleh tuan muda tampan didepannya. Tapi, dia benar-benar harus bersabar, karena Yong Hwa tidak menerima tangan itu dan yang lebih parah, dia bahkan tidak mengenalkan dirinya pada wanita yang sudah memasang tampang malu karena diperlakukan sedingin itu.

"Apa yang kau lakukan disini ?"

"Mengantar susu"

"Maksud ku, kenapa kau ?"

"Memangnya ada yang salah ?" Yong Hwa mengusap wajahnya gusar. Wanita itu benar-benar tidak bisa diajak bicara. Oh, ayolahnya, ini salah mu tuan Jung !!!"

Dia menarik nafasnya yang memburu. Memasang wajah datarnya.
"Kenapa bukan Park Shin Hye ?"

"Ah, Shin Hye ? Dia memilih jalur yang lain. Dia sekarang mengantar susu dikompleks seberang sana" bingo !!! Itulah jawaban yang Yong Hwa inginkan. Tanpa mengucapkan apa-apa lagi, pria itu meninggalkan Yeon Soo dan membanting pintunya kuat.

Stay With MeNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ