Melihat suasana yang menurut dirinya sangat buruk itu, Jinhwan mulai sewot sendiri. Ia sibuk berdecak seraya menggelengkan kepalanya pelan.

Keluarga macam apa ini ? Jinhwan heran sendiri. Sikap Hyori ternyata memang tak bisa berubah. Dia tetap saja selalu cuek dan terkesan angkuh. Sama sekali tidak ada kesopanan dalam dirinya. Sudah tiga tahun Jinhwan mengenal yeoja cantik ini. Dan selama itu pula ia belum menemukan sisi baik Hyori dalam bersikap. Semuanya benar-benar terlihat angkuh. Berbicara dengan ketua saja dia bisa seenak itu.

"Bagaimana kondisimu saat ini ?"

Nenek Koo kembali bertanya. Namun kali ini pertanyaannya ia tujukan pada cucu terakhirnya, Koo Junhoe.

Junhoe yang saat itu sedang sibuk mengaduk sarapan paginya seperti pura-pura tak mendengar.

"Aku bicara denganmu, Koo Junhoe !"

Junhoe menolehkan wajahnya ke arah sang nenek.

"Apa kau masih akan tetap seperti dulu ?"

Sunyi. Tak ada suara apapun. Semuanya diam, termasuk Jinhwan yang saat itu rasanya ingin berteriak. Dia benci situasi seperti ini. Padahal sarapan paginya sudah menunggu untuk ia santap. Tapi bagaimana ia bisa sarapan dengan tenang jika situasi kali ini saja begitu mencekam. Untuk menelan air minum saja rasanya susah, bagaimana dia akan menelan nasi ? Yang ada makanannya hanya akan tercekat di tenggorokan.

"Aku baik-baik saja."

Koo Junhoe akhirnya bersuara. Meski dengan suara ketusnya. Tapi, sejak kapan memangnya dia berbicara dengan ramah ?

"Syukurlah jika begitu. Kau bisa melanjutkan hidupmu di sini. Persiapkan dirimu. Secepatnya kau harus masuk dalam perusahaan." Ujar presdir.

Junhoe tak bergeming lagi. Ia mulai mengaduk makanan di atas piringnya.

"Baiklah, kita makan dulu sekarang." Seru nenek Koo seraya tersenyum tipis. Lalu menoleh ke arah Jinhwan yang ada di sebelah kirinya.

"Bagaimana terapimu Kim ? Apa berjalan dengan lancar ?"

Sadar bahwa pertanyaan itu ditujukan untuk dirinya, Jinhwan segera menjawab.

"Nee halmeoni."

"Syukurlah."

Nada bicara nenek Koo sungguh berbeda saat ia berbicara dengan kedua cucu kandungnya. Saat berbicara dengan Jinhwan, terdengar begitu lembut. Tanpa ada keangkuhan sedikitpun. Seperti seorang nenek yang sedang berbicara dengan cucu kesayangannya.

"Kalau kau mau, kau bisa menjalani terapi di luar negeri. Mungkin di sana lebih cepat prosesnya. Agar kau bisa secepatnya kembali berjalan."

"Aahh tak perlu. Disini saja sudah cukup halmeoni. Kau sudah banyak menolongku."

"Yaa.. tak usah kau fikirkan soal itu. Kau sudah menjadi cucuku sendiri sekarang. Semua menjadi tanggung jawabku."

Jinhwan tersenyum ramah. Tapi dia tetap menolak tawaran ketua Koo. Sudah cukup baginya selama ini merepotkan sang presdir. Bisa diterima di keluarga Koo saja dia sudah cukup bersyukur. Dengan segala fasilitas mewah yang selama ini ia dapat. Semuan itu ia nikmati begitu saja. Jadi mulai saat ini, dia tidak ingin menerima lebih banyak lagi. Ini semua sudah lebih dari cukup.

"Apa kau masih sibuk dengan tanaman-tanaman itu ?"

"Aahh ne halmeoni. Daripadi aku hanya murung di rumah, lebih baik aku mencari kesibukan yang lain. Mereka sudah seperti teman-temanku sendiri."

Dengan keceriaan yang selalu menghiasi dirinya, Jinhwan mulai berceloteh. Memberi suasana hangat di ruang makan kediaman Koo itu. Ia mulai sibuk bercerita dengan presdir yang sudah beberapa hari ini tidak ia temui.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 10, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

It Has To Be YOU Where stories live. Discover now