"Dari mana saja kalian?" Tanya Pak Sudin, Guru Sejarah mereka. Dan tak segalak Bu Sulis tadi.
"Maaf Pak. Tadi kami membantu Bu Sulis mengoreksi ulangan." Arfa menjawab
"BO'ONG KALI PAKK!" teriak Udin dari pojok kelas. Sebenarnya Nama asli dia 'Dika', namun lebih dikenal dengan sebutan 'Udin'
*teman macam apa kau ini. Dasar Udin! -_-
"Sudah Udin. Tak usah ikut campur" Pak Sudin kemudian.
*mampus. Kena lo.
"Kalian berdua silakan duduk."
"Terimakasih pak"
"Terimakasiu pak"
Arfa dan Sena Mengabil posisi mereka. Pelajaran kembali dilanjutkan.
Namun Arfa masih sempat berbisik kepada Udin (Dika)
"Bangke lu jadi kompor!" Protes Arfa dengan tindakan Udin barusan.
Udin hanya cengengesan.
*besara gak punya dosa:v
"Gua ngoreksi ulangan abang lo tadi." Arfa, seolah tak perduli dengan tindakan Udin yang membuatnya kesal beberapa menit lalu.
"Siapa? Abang gua?" Udin nampak kebingunggan.
"Bang Diko lah, Dikaaaa. Abang lo kan cuma satu."
"Yah bisa ajah, bapak gua kawin lagi tanpa sepengetahuan emak gua." Udin mulai ngawur.
"Au ah. Udin penyok." Arfa kesal.
"Hahaha.." "dapet berapa dia?" Uding tertawa kecil.
"2.75."
"Wkwk dia emng bego kan."
"Yah iyalah. Kalo dia udh pinter, ngapain capek-capek sekolah."
°°°
Kring!!!! Kring!!!! Kring!!!
Bel istirahat berbunyi.
Namun Sena masih berkutat dengan catatan sejarahnya yang tertinggal jauh saat iya telat tadi pagi. Iya meminjam buku Caca, teman sebangkunya.
"Gua kekantin duluan yah Sen. Kalo udah lo masukin aja kedalem tas gua." Kata Caca,
Dan hanya dibalaskan Sena dengan anggukan.
"Dek?" Tanya Arfa dari kursi belakang.
Tak ada jawaban.
"Sen?" Tanyanya lagi.
Tak ada jawaban juga.
"ASYENA?!!" Tanyanya Frustasi.
Sena tetap bungkam, tidak menengok sedikit pun.
*bangke dah lu Dek-_-
Melihat sohibnya seperti berbicara dengan tembok, Udin berniat untuk bertanya,
"Kenaapa adek lo, Nyet?"
"Biasa, Njing. Palingan lagi PMS." Asal Arfa.
Kemudian Arfa beranjak dan duduk didepan Sena.
"Dek?" Tanyanya sekali lagi.
Akhirnya Sena menjawab "Hmm."
"Baikan dong."
"Gak." Sena menjawab cepat.
"Yaudah Abang minta maaf deh." Tawar Arfa.
Sena tak menghiraukan.
Kali ini Arfa mengambil tangan sena, menjatuhkan pena dari genggamannya.
"Maafin gua Sen. Gua udah usil tadi pagi. Maafin yak? Tar pulang sekolah kita ke Super Market, gua beliin shampo lu yang mahal itu tiga botol."
"Beneran Bang?" Kini wajah sena berubah dranstis.
"Iya adek ku sayang."
"Najong." Sena melepaskan genggaman kakaknya.
"Yaudah baikan yak kita" Arfa memastikan.
"Iya Sena maafin."
*Ya allah. Maunya disogok -_-
"Bilang apa lo barusan?" Seakan-akan Sena mendengar kata hati Arfa. Padahal tidak. Sena hanya menebak-nebak.
"Enggak! Gabilang apa apa kok."
Part2.
Start from the beginning
