**1**

18 0 0
                                    

Hai, aku orang baru yang berniat menulis setelah berselancar kesana-kemari menjadi reader para penulis yang luar biasa.

Setelah kenyang berpetualang aku jadi terinspirasi menulis, ku harap kalian menyukai ceritaku dan menikmatinya.

Jadi, tolong tinggakan Vote dan Komennya.

.

.

Aku merindukan dia.

Sangat merindukan orang itu.

Aku tidak pernah berharap dia menjadi jodohku tapi sekali saja dalam hidupku ingin sekali melihat wajahnya sesaat sebelum aku pergi jauh.

.

Mataku menatapnya, pria itu. Sosok yang selalu ku rindukan kini tengah tertawa bahagia bersama seorang perempuan berwajah cantik dan penampilan anggun yang tampak menawan.

Lamat-lamat aku terbawa suasana, rasa hangat menjalar kehatiku seolah ikut merasakan kebahagian dua pasangan itu.

"Sania, kamu sedang lihat apa?"suara Lira, sahabatku mengusik perhatianku dan ku tolehkan wajah kearahnya.

"Nah, aku pulang duluan 'ya?"

"Tapi, kau baru saja sampai. Nia!?"

Aku tersenyum saja lalu berlalu pergi setelah memeluk Lira sebentar.

.

Sebenarnya aku malas sekali untuk melangkah pulang, karena alasan tertentu. Tapi, nyatanya kakiku sudah menapak didepan pintu rumah.

Sejengkal lagi aku menyentuh kenop pintu namun...

"KENAPA KAU MEMBAWA PRIA LAIN KERUMAH KITA!"

"DIA CLIENKU!"

"AKU TIDAK PERCAYA!"

"AKU TIDAK PEDULI! AKU MINTA CERAI!"

"BAIK, AKU AKAN MENGANTARKAN SURAT ITU BESOK!"

"TERSERAH!"

Mataku memanas, saat mendengar sepatu heels yang mendekat aku segera berlari bersembunyi diantara rerumputan rapi yang tertatak rapi yang cukup tinggi.

Ponselku bergetar menandakan ada e-mail yang masuk. Dengan tangan bergetar ku buka e-mail yang rupanya dari Pamanku.

From : Uncle

'Sania, ada perkerjaan untukmu. Alamatnya di Jalan Kruckmen, no. 45. Sepertinya, kali ini akan sedikit sulit tapi tenang saja bayarannya cukup sesuai'

Kalau Paman mengatakan ini sulit, pasti targetku dari kalangan mafia, polisi terpidana yang kabur, atau pembunuh berantai dan sebagainya.

Aku menghela nafas lega, setidaknya ada kegiatan yang bisa ku lakukan guna menghapus bayang-bayang kejadian yang baru saja ku dengar.

Ini sudah terlalu sering, pertengkaran kedua orang tuaku. Ancaman tanda cerai sudah sering dilayangkan Fatherku, dan itu tak serius namun aku yakin untuk kali itu benar-benar Finalnya, aku memilih tak peduli dan tak memikirkan apapun lagi aku segera masuk kedalam rumah bersikap acuh saat menemukan Fatherku tengah terduduk sambil memijat pelipisnya yang pastilah berdenyut sakit.

"Kau sudah pulang, nak?"

Tubuhku menegang, "Iya, Father."jawabku seadanya, merasa jengah dengan suasana ini aku segera berlari kekamar.

Sania END POV.

.

Dalam kurun 10 menit, Sania kembali berpakaian santai dengan kaos hitam longgar dan celana boxer pendek 5 cm diatas lutut, mulutnya sibuk mengunyah permen karet, manik coklatnya menatap pada Sang Ayah tidak suka.

My Lovely SaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang