"Sudahlah aku harus pergi. Jangan mencariku, atau menungguku di depan kamarku."

"Tenang saja. Itu tak akan terjadi lagi. Kau bisa pergi semaumu."

"Jinjaa ?" Seru Hyori dengan ekspresi meledek.

"Perlu kau tau, orang yang ada di depanmu saat ini bukanlah adikmu yang dulu." Junhoe menyahut seraya memajukan sedikit kepalanya. Membuat wajahnya berada sangat dekat dengan wajah Hyori.

Saat kedua mata Hyori menatap manik matanya, bibir Junhoe bergerak. Senyum tipis berkembang disana. Hyori yang melihat senyum itu terpaku. Mata Junhoe yang menatap kearahnya, rasanya belum pernah ia kenali selama ini. Seperti bukan tatapan Junhoe, sang dongsaeng yang dulu bahkan jarang sekali membalas tatapannya. Hyori merasa ada sesuatu yang berbeda. Dia seperti sedang berkomunikasi dengan orang lain, bukan Junhoe adik satu-satunya yang ia miliki. Aahh mungkin itu hanya pemikiran dia saja. Toh namja tinggi yang ada di depannya persis itu memang benar-benar Junhoe, dongsaengnya. Siapa lagi kalau bukan dia ? Itu wajah Junhoe, bukan wajah orang lain. Tapi... yaa Hyori akui, Junhoe yang ia lihat sekarang tidak seperti Junhoe yang ia kenal dulu.

"Aaaiisshh minggir kau." Hyori mendorong bahu Junhoe.

"Hahaaa.. kau tak mampu membalas tatapanku ? Apa kau takut akan jatuh cinta pada dongsaengmu yang sangat tampan ini ?" Junhoe tersenyum lagi, wajahnya semakin tampan- lagi !

"Heyy bodoh. Apa kau sudah gila ? Sudahlah.. aku harus cepat-cepat pergi. Nikmati waktumu dirumah kosong ini. Kalau kau bosan kau bisa bermain dengan pembantu-pembantu yang tak punya kerjaan itu. Ahhh kalau tidak, kau bisa bermain dengan tukang kebun yang selalu berbicara dengan tanaman-tanaman bisu itu. Sepertinya kalian berdua cocok. Dia sama sepertimu dulu. Lebih memilih berbicara dengan benda mati daripada berbicara dengan orang yang jelas-jelas bisa diajak bicara. Aahhhh sudahlah... terserah kau mau bermain dengan siapa saja. Aku harus mengejar dolar-dolarku. Byee boy..."

Setelah cukup panjang lebar Hyori mengucap kalimat perpisahan, ia akhirnya melenggang pergi meninggalkan Junhoe. Rambut pirangnya yang terurai sepunggung bergerak indah penuh irama sesuai gerak kakinya melangkah. Yeoja cantik bertumbuh langsing itu berjalan keluar istana Koo layaknya seorang model berjalan di atas catwalk.

Junhoe hanya tersenyum simpul seraya menggidikan kedua bahunya. Matanya melihat punggung sang kakak yang bergerak semakin jauh dari tempatnya berdiri.

"Noona.. kau harus cepat kembali. Kau tidak boleh pergi terlalu lama. Aku akan menunggumu di depan kamarmu.. arasso ?"

Kalimat itu seharusnya Junhoe keluarkan dari bibirnya saat ini. Seharusnya ia berteriak memanggil nama Hyori agar menengok kebelakang, ke arahnya. Seharusnya pula saat ini Junhoe mendengar noonanya membalas ucapannya dengan kalimat-

"Jangan menungguku bodoh !"

Lalu saat itu juga Junhoe akan cemberut. Wajahnya akan menjadi sedih. Tubuhnya menjadi lemas dan jatuh diatas sofa.

Tapi itu tidak terjadi kali ini.

Setelah tiga tahun semua berlalu, Junhoe akan merubahnya. Tak akan sekalipun hal-hal yang selalu terjadi sebelum tiga tahun lalu terulang kembali. Junhoe tak akan melakukannya lagi. Karena dia bukan Koo Junhoe yang dulu.


Tinggalah Junhoe seorang diri di ruang depan istana Koo yang begitu lebar namun tak pernah berpenghuni ini. Kini ia satu-satunya sang tuan di rumah tersebut.

"Haahhh apa aku harus merasakan ini lagi ?"

Junhoe menghempaskan tubuhnya di atas sofa. Kedua kakinya ia tengkerkan diatas meja panjang yang ada di depannya.

It Has To Be YOU Where stories live. Discover now