To the Beautiful You

Start from the beginning
                                    

"Tidak ada yang perlu dipertanggung jawabkan. Lagipula, kita melakukan hal itu dengan sadar, tanpa paksaan dari salah satu pihak. Selain itu, aku tak ingin kau menikahiku hanya sebatas rasa tanggung jawabmu, Suke."

Send

Dan setelah mengirimkan pesan itu, sudut-sudut bibirku tertarik kebawah. Rasa nyeri itu mulai menghampiri-ku; perlahan namun pasti. Karena... jauh di dalan hatiku, aku terluka.

Tak perlu waktu lama bagi-ku untuk menyadari perasaan yang kurasakan untuk Sasuke. Dulu, aku selalu menyangkal dan berpikir, jika perasaan yang kurasakan untuk Sasuke tak lebih dari seorang sahabat. Namun, seiring berjalan waktu dan setiap kali aku menyangkal perasaan itu, hal itu justru terpatri semakin jelas. Jika aku... mencintai Sasuke.

I look at him as bestfriend, untill i realize i love him.

.

.

.

Ketika aku mengalihkan pandanganku ke arah jendela, aku sadar, waktu telah berjalan begitu cepat tanpa aku menyadarinya.

Matahari telah kembali bersembunyi dan digantikan oleh sang rembulan yang menghiasi langit malam yang sehitam jelagat. Aku menghembuskan napas dan sedikit melakukan peregangan pada pundak-ku yang terasa sakit, lalu mulai merapihkan semua peralatan ku.

Aku melangkahkan kaki-ku keluar dari kantor, mataku menyipit saat melihat sebuah mobil range rover hitam yang terparkir di depan kantor ku. Dapat kulihat, jika Sasuke tengah menyandarkan tubuhnya pada pintu mobilnya dengan kedua tangan yang ia masukan ke dalam saku jas armani hitamnya.

Rambutnya sedikit berantakan karena hembusan angin malam, yang anehnya tak mengurangi sedikitpun ketampanannya. Tak perlu waktu lama untuk menebak apa yang ia lakukan di kantor ku, tentu saja untuk membahas masalah kami yang belum selesai. Dan hal itu membuatku bergidik ngeri; mengingat hal yang akan dia bahas adalah hal yang paling ingin kuhindari untuk sekarang ini.

Sasuke mengalihkan pandangannya yang semula menatap langit malam kearah ku, membuat pandangan kami berdua bertemu. Aku menelan ludah kering saat mata onyx miliknya menatap tajam ke arahku.

Lewat tatapannya ia seolah menyuruhku untuk menghampirinya, aku menghembuskan napas kesal dan mencebikkan bibirku, dengan langkah enggan aku berjalan menghampirinya.

"Kita perlu bicara," ujarnya ketika aku berdiri tepat di hadapannya.

Aku menggulirkan kedua bola mataku saat mendengar nada memerintah dalam suaranya, "Apa yang---"

"---Banyak yang harus kita bicarakan," ucapnya memotong perkataanku.

Dia menyuruhku untuk masuk ke mobilnya, lalu berjalan memutari mobil dan mendudukan dirinya di kursi kemudi.

Perjalanan kami diiringi dalam keheningan, yang sejujurnya membuatku tak nyaman. Ketika aku menanyakan akan pergi kemana dan untuk apa ia hanya menjawabku dengan gumaman samarnya membuatku mendengus kesal dan memilih untuk diam.

Aku mengalihkan tatapanku pada kaca jendela mobil, lalu mulai menyadari tempat yang kami tuju adalah tempat paling terkenal di Manhattan, Broadway.

Lampu-lampu jalan berwarna-warni tampak indah menghiasi jalan ini. Cafe-cafe dengan beragam dekorasi menarik memenuhi jalan yang kami lewati dan membuat aku terpesona. Namun, satu hal yang menjadi pertanyaan untuk ku, kenapa Sasuke mengajak ku ke Broadway?

Kemudian, dapat kurasakan jika Sasuke menghentikan mobilnya pada sebuah cafe dengan gaya vintage yang khas dan indah dan memadukannya dengan gaya modern yang membuat tampilan cafe ini sangat menarik. Tanpa suara ia keluar dari mobil, dengan aku yang mengikutinya di belakang.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 10, 2016 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

To the Beautiful YouWhere stories live. Discover now