Prolog

22 0 0
                                    

Cafe bernama Analog itu selalu ramai oleh pengunjung. Semua orang yang datang ke Cafe ini mempunyai kesibukkannya masing-masing.

Dan di sanalah Andre, sang barista berkacamata yang selalu tersenyum kepada semua pelanggan. Walaupun terkadang, dirinya sering diacuhkan.

"Selamat datang, mau pesan apa kakak?" Tasya, sang kasir yang chubby dengan rambut hitam panjang yang ia ekor kuda.

"Hot chocolate aja satu," salah satu pelanggan yang sudah sibuk menerima telepon di pagi hari.

Walaupun waktu masih menunjukkan pukul 08.30 pagi, cafe ini sudah ramai.

"Semuanya jadi dua puluh delapan ribu," Tasya kembali dengan satu cangkir hot chocolate di tangannya.

Si wanita sibuk itu meninggalkan uangnya dan langsung berjalan menuju salah satu kursi di pojok dalam cafe ini.

Analog Cafe memang memiliki tempat yang lumayan kecil untuk ukuran cafe di Jakarta.

Cafe yang terletak di dekat salah satu apartment di kawasan Jakarta Selatan ini, memang sengaja dibuat untuk para pelanggan sekitar apartment.

Mangkanya, bagi Tasya dan Andre, mengingat para pelanggannya adalah hal yang mudah. Dan mempunyai sebuah Cafe adalah sebuah impian dua sahabat ini, Tasya dan Andre.

Tapi siapa yang tahu, Analog bukan hanya sekedar cafe yang Tasya dan Andre pikirkan?

She & HimWhere stories live. Discover now