RevaNye

459K 4K 30
                                    

Vanye tertawa geli saat melihat sahabat-sahabat semasa SMAnya terlihat mabuk dan hampir tak sadarkan diri.

Berbeda dengannya yang masih terlihat baik-baik saja. Untuk hal ini, Vanye bersyukur karena dirinya tidak mudah mabuk hanya karena minum beberapa gelas alkohol saja.

Malam ini adalah malam acara reuni sekolahnya. Dan Vanye merasa bahagia berada di sini karena satu dan beberapa lain hal.

Contohnya, dia bisa berkumpul lagi bersama sahabat-sahabatnya semasa sekolahnya duly. Dan yang lainnya, yaah...dia senang bisa kembali bersantai seperti ini, tanpa takut harus bertemu dengan seseorang yang paling Vanye hindari.

"Nye, kenapa wajahmu tegang sekali?" Ivy, salah satu sahabat Vanye yang masih sadar, menyentuh pundak Vanye dengan pelan.

Wanita itu terlihat sempoyongan dengan suara yang terdengar tak jelas sambil memegang gelas kecil pada salah satu tangannya. Dia menyeringai ke arah Vanye yang juga membalasnya dengan seringaian yang sama.

"Tenang saja. Pria brengsek itu tak akan datang malam ini. Kau bisa percaya padaku. Lebih baik kau minum ini dan bersenang-senang bersama kami!" Kalimatnya dia akhiri dengan tawa sambil memberikan gelas yang tadi dia pegang ke arah Vanye yang langsung meminumnya sekali teguk.

Ivy benar. Seharusnya dia bersenang-senang di hari pertamanya kembali ke kota ini, jadi dengan senang Vanye memesan minuman lagi kepada bartender, memutuskan untuk mencoba mabuk hari ini.

Atau tidak.

Vanye tersedak saat meminum minumannya.

Dia merinding saat hembusan nafas seseorang terasa di belakang lehernya. Lalu disusul dengan geraman halus yang semakin membuat Vanye ngeri.

Vanye tahu betul siapa orang yang ada di belakangnya ini. Dia sangat kenal karena hanya orang ini yang memiliki sapaan aneh tersebut kepadanya.

Dengan pelan sambil mengumpulkan tekadnya, Vanye berbalik untuk memastikan jika perkiraannya benar atau salah.

Tapi sebelum dia berbalik seutuhnya, Vanye memekik saat tubuhnya di angkat tiba-tiba lalu di letakkan begitu saja di atas bahu orang tersebut.

Kepalanya terasa pening. Tapi tak bisa mengurungkan niat Vanye untuk memberontak. Dia memukul punggung keras pria itu dan berteriak dengan keras.

"Turunkan aku brengsek!"

Walaupun dia tahu, semua hal itu percuma.

***

Vanye benci saat tahu dirinya tak bisa berbuat apa-apa saat seseorang memperlakukan dirinya dengan seenaknya.

Apalagi saat diperlakukan seperti ini dan dengan seenaknya tubuhnya malah terbuai.

"Berhenti brengsek!" Vanye mencoba menggali akal sehatnya dan mendorong dada pria yang berada di atasnya itu dengan susah payah.

Pria itu melumat bibirnya dengan rakus sambil menyentuh tubuh Vanye dengan godaannya yang menyiksa.

"No! You miss me. And I will never let you go again!" Pria itu tidak benar-benar menjawab perintah Vanye. Dia hanya bergumam karena tetap fokus terhadap Vanye yang ada di bawahnya.

"Revan!" Vanye mencengkram satu lengan pria itu. Mencoba tidak bergetar karena diri Revan yang sangat tahu bagaimana caranya membuat seorang Vanye terbuai seperti ini.

"Berhenti oke? Kita bicarakan ini baik-baik." Dirinya mencoba membujuk. Bagaimana pun juga tujuan utamanya adalah menjauh dari pria ini. Karena alasan itu jugalah dia pergi selama empat tahun untuk kuliah di luar dan berusaha sekeras mungkin untuk menghindari Revan yang entah mengapa ngotot untuk mencarinya.

OneShootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang