2. The Wedding & Heart Preparations

707 20 1
                                    



1. The Wedding & Heart Preparations

"Kau begitu cantik Tamy, gaunnya begitu pas di tubuhmu." kataku jujur. Ya, itu memang benar. Gaunnya pas di tubuh Tamy yang semampai. Untuk ukuran wanita, Tamy cukup tinggi. Lebih tinggi daripadaku. Aku 158 cm dan dia 168 cm. Mungkin akan lebih tinggi lagi karena dia akan memakai heels berwarna putih mutiara. Beberapa manik-manik kecil bertengger di sekitar sepatu.

"Jangan memujiku terus Linda. Sudah yang keberapa kalinya kau memujiku. 100 kali? Mungkin lebih. Lama-lama aku nanti melayang terus nih."

Aku hanya tertawa mendengar penuturannya. Oh ya, aku belum memperkenalkan diri. Namaku Linda Dominique Baesa. Biasa dipanggil Linda, yang artinya cantik. Tapi itu bertentangan dengan wajahku.

Wajahku dengan mata sayu, hidung kecil, alis yang terlampau tebal, bibir agak kering dengan pipi yang terlalu tirus, serta kulit putih agak pucat. Bahkan warna kulitku seperti mayat hidup. Dengan rambut ikal warna hitam. Dan orang-orang selalu kasihan melihatku karena dikira aku gak punya uang untuk beli makanan. Cih.

Sesekali aku melihat gaun itu digoyangkan ke sana - ke mari, Tamy terlihat senang dengan gaun yang dipilihnya. Bagian depan berbentuk hati dengan tali spaghetti. Bagian punggung yang terlihat dan mermaid tail di bagian bawah. Indah.

Gaun yang cocok dipakai oleh Tamy. Tubuhnya yang putih bersih berkebalikan dengan kulitku selayaknya mayat. Rambutnya yang pirang kecoklatan dicepol ala kadarnya namun tetap saja membuat dirinya cantik. Matanya bersinar di setiap waktu dan berwarna hijau bercampur coklat, bibirnya yang berwarna merah muda dengan polesan lip gloss membuatnya cantik natural. Aku iri.

"Jadi kau tidak akan menunjukkannnya ke calon suamimu?" tanyaku. Sambil mengepaskan gaun ketat itu oleh asisten toko.

"Ya. Aku ingin melihat dia terkejut saat hari itu tiba. Pasti akan luar biasa melihat dia menganga lebar di altar nanti."

Setelah berkata begitu Tamy pun mengganti lagi gaunnya dengan baju terusannya. Dan dia tetap cantik.

"Lin, gaun itu bagus nya dipakai saat kapan ya? Menurutmu saat pemberkatan nanti atau saat di resepsi?"

"Menurutku bagus untuk keduanya. Tapi tergantung baju calonmu juga sih."

"Tunggu sebentar kalau begitu." Tamy pun segera melesat keluar ruang ganti. Setelah dia kembali, asisten toko berjalan kea rah kami dan menenteng 2 pakaian Robert.

"Ini Lin, bajunya Robert. Yang berjas putih ini akan dipakai saat pemberkatan dan yang berjas hitam saat resepsi nanti."

Aku terkesiap membayangkan Robert memakai baju pernikahan itu. Bisa kubayangkan wajah aristokratnya yang kental dengan bulu-bulu kasar pada rahang menambah kekagumanku padanya. Tubuhnya yang tinggi, mungkin 180 cm, membuat aku terpukau dengan imajinasiku sendiri.

"Hei Lin, jangan bengong aja. Cepat dipilih dong bagusnya gaunku saat kapan."

Cepat-cepat kualihkan otakku yang melalang buana entah kemana, kembali menentukan gaunnya.

"Bagusnya sih saat pemberkatan. Sama-sama putih. Lagian aku kasihan lihat kamu kalau pakai baju ketat itu di saat resepsi, soalnya resepsinya lama."

"Okay deh, aku pakai saat pemberkatan."

Setelah memesan beberapa baju pernikahan, eh ralat, membeli beberapa baju pernikahan dan menitipkan di toko itu sampai kami mengambilnya, kami pun keluar dari toko itu.

"Hei sayang, bagaimana pengepasannya? Kau suka gaunnya?"

Ya. Itu adalah Robert. Sial.

"Robert? Aku kira kau kerja sekarang. Kok bisa di sini?" Tamy balik bertanya.

i SlayHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin