2. LADY TREMAINE

370 212 41
                                    

Jakarta, Desember 2013

Senin pagi. Lampu lalu lintas belum berubah hijau ketika sebuah angkot menyerobot jalur sempit yang rencananya akan Nadine masuki di antara padatnya perempatan Jalan Fatmawati. Tekan kopling, masukkan perseneling, lalu gas pelan-pelan sambil angkat kopling perlahan, Nadine mengulang-ulang terus kalimat itu dalam benaknya.

Honda Jazz berwarna abalaster silver itu tersentak dua kali lalu manggut-manggut beberapa kali sebelum akhir meluncur melewati perempatan Fatmawati. Nadine menoleh ke arah perseneling untuk memastikan bahwa ini baru gigi satu, tetapi tiba-tiba saja bemper taksi di depannya sudah sangat dekat. Spontan ia mengijak rem dalam-dalam hingga Mang Karjan, sopir yang biasa mengantarnya sekolah setiap hari, tersentak ke depan. Jika saja tidak memakai seatbelt, Mang Karjan pasti sudah terlempar menembus kaca depan. Wajahnya pucat seperti orang yang lehernya dicengkeram setan cekik. Kombinasi mobil yang manggut-manggut serta raungan musik emo yang membahana dari tape mobil yang disetel hampir maksimal membuat Mang Karjan setengah mati menahan muntah.

"Kalo bapak yang nyetir pasti udah disuruh matiin deh musik beginian, Non." Celetuk Mang Karjan soal lagu berjudul I'm Not Okay dari My Chemical Romance ini.

Nadine tak menimpali, ia tak peduli dengan komentar orang yang telinganya cuma familiar dengan irama dangdut koplo atau musik Pantura. Ia harus terus berfokus untuk mengemudikan mobil manual sialan yang tersisa di garasi rumahnya setelah tiga mobil bertransimisi automatic lainnya ludes dibawa pergi ketiga kakaknya. Hari ini ayahnya sedang bertugas ke luar negeri untuk menghadiri konferensi FMCG Internasional dan bundanya ikut menemani selama satu minggu. Kesempatan inilah yang tak akan disia-siakan oleh Nadine, ia akan membawa lari satu mobil untuk melaksanakan niatnya yang sudah lama terpendam: cabut sekolah.

"Monyet!" Seorang laki-laki bertulang pipi keras dan menonjol seperti sopir Metro Mini melongok melalui jendela mobilnya sambil menyumpah-nyumpah pada Nadine. "Minggir kau sana, belajar mobil jangan di sini!"

"Apa lo! Mati sana matiiii!" Balas Nadine pada laki-laki dan mobil murahannya itu.

"Mau gantian, Non?" Ujar Mang Karjan dengan suara bergetar. Nadine tahu Mang Karjan bukan tulus ingin membantunya melainkan ingin menyelamatkan dirinya sendiri dari rasa mual.

"Nggak apa-apa." Sahut Nadine cepat. Ia tak mau kehilangan momen ini, inilah satu-satunya kesempatan untuk menyelamatkan masa-masa sekolahnya yang sejauh ini telah berlalu tanpa kesan. Ia ingin ada kejadian seru yang bisa diceritakan setelah ia lulus.

Tak terasa semuanya bakal berakhir beberapa bulan lagi. Masa-masa yang kata orang-orang adalah masa paling indah bakal berakhir satu bulan lagi tanpa meninggalkan kesan apa pun buat Nadine. Ia hampir tak pernah merasakan serunya main ke mall karena weekend-nya selalu dipenuhi oleh jadwal les. Ia tak pernah menonton konser musik karena ayahnya tidak suka konser musik. Ia tak pernah terlibat dalam kepanitiaan panggung kesenian, belum pernah ikut-ikutan cabut sekolah, apalagi terkena masalah dengan pihak sekolah. Sebaliknya, pihak sekolah justru sangat bangga dengan prestasi Nadine. Dari awal masuk sekolah hingga sekarang, Nadine selalu menjadi juara kelas. Ia bahkan pernah menjadi runner up olimpiade fisika se-Asia Tenggara. Dengan sederet prestasi akademik yang digenggamnya, banyak universitas negeri di Indonesia dan luar negeri yang menawarinya beasiswa. Sesuatu yang pastinya membuat iri banyak orang.

Tapi Nadine justru iri dengan teman-temannya yang biasa nongkrong kapan pun tanpa merisaukan nilai pelajaran, pekerjaan rumah, dan prestasi akademik yang harus dikejar. Ia iri dengan teman-temannya yang bisa cekakak-cekikik di bangku belakang untuk menertawai postur tubuh Pak Feisol -guru ekonominya- yang mirip orang-orangan sawah. Iri pada teman-temannya yang bisa berdandan dan bergaul sampai malam. Iri dengan teman-temannya yang seolah menjalani hidupnya secara spontan dan mengalir tanpa rencana.

Summer Solstice and Strawberry Moon (Bahasa Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang