Bab III : Tania - Dreams

Start from the beginning
                                    

"Eh, ngomong-ngomong gimana kehidupan kosan lo?Gue masih nggak habis pikir deh kenapa lo memilih tinggal di kosan," tanya Ferdian tiba-tiba.

Kulirik wajah Ferdian. Wah, wajahnya serius para pemirsa! Oh, tentu saja.Selama bertahun-tahun aku mengenalnya, aku bisa membedakan kapan dia serius dan kapan dia bercanda.Dan saat ini dia sedang serius.

Aku tahu kalau keputusanku untuk tinggal di kosan memang aneh.Tapi aku memang sudah muak untuk tinggal di rumah.Papa dan Mama terlalu mengaturku ini-itu.Aku benci itu.Sejak aku kecil, seluruh aspek kehidupanku sudah diatur. Mulai dari pilihan sekolah, les apa yang harus aku ikuti, bahkan sampai teman yang seharusnya bergaul denganku. Sempat waktu itu mereka memarahiku habis-habisan karena aku bermain dengan Ferdian seharian waktu SMP.Aku benar-benar tidak mengerti dengan kehendak mereka. Padahal, mereka tahu kalau teman yang sudah lulus kualifikasi versi mereka cuma Ferdian.

Pengaturan ini berlangsung sampai di saat aku harus memilih jurusan kuliah. Mama dan Papa menyuruhku untuk memilih jurusan Hubungan Internasional atau Hukum. Alasannya, biar aku bisa menjadi seperti mereka. Papa sekarang bekerja sebagai diplomat, sedangkan mama dulunya adalah seorang pengacara yang memutuskan untuk berhenti bekerja setelah menikah dengan Papa.

Aku tidak ingin menjadi seperti mereka. Aku lelah, Ya Tuhan! Cita-citaku sejak kecil memang aneh-aneh. Sempat aku ingin menjadi astronot—demi Tuhan. Bagiku astronot itu tetap keren meski risikonya besar bila sudah di luar angkasa. Lalu, aku ingin menjadi comic. Iya, yang biasanya stand up comedy macamKemal Pahlevi itu. Dan akhirnya aku ingin menjadi penyanyi.Tapi, memang sepertinya aku tidak bisa mewujudkan semua impianku itu.

Jadilah aku memenuhi permintaan mereka dengan syarat aku akan tinggal di kosan. Aku bosan dengan suasana rumah yang sepi. Aku selalu merasa hanya aku saja yang tinggal di situ. Mama dan Papa sering bepergian ke luar kota, bahkan luar negeri. Sama saja kan, berarti kalau aku tinggal di kosan? Bahkan, aku lebih bersyukur saat tinggal di kosan. Aku bisa ketemu sama Mbak Aline, Shaki, dan Kak Dandi yang baik banget. Aku merasa nyaman dengan adanya orang yang berinteraksi denganku di kosan. Jangan tanyakan tentang Zain! Aku sudah membenci cowok sok kegantengan itu dari awal.

"Yaah, ngelamun lagi ini bocah. Lo sering banget deh ngelamun akhir-akhir ini. Lo kenapa sih, Tan? Cerita sama gue."Ferdian menggoyang-goyangkan tangannya di depan wajahku.

Kualihkan pandanganku dari mata Ferdian.Aku sedang malas bercerita padanya.Lagipula, Ferdian pasti bisa menyimpulkan sendiri.Dia memang sangat pintar membaca perasaanku. Aku bahkan curiga kalau dia adalah cenayang.

"Masih belum pengen cerita sama gue? Padahal muka lo udah kayak nyimpen masalah berjuta-juta tahun, Tan. Oh, gue tahu.Lo lagi mikirin si Putra yang anak HI juga itu, ya?"

Heh?Aku menatap Ferdian tak mengerti.Kenapa pembicaraannya jadi melenceng ke seseorang bernama Putra?Kayaknya tadi lagi ngomongin kehidupanku deh.

"Putra siapa?" tanyaku dengan muka bingung.

"Laah, kok lo lupa sih Putra yang mana?Itu loooh. Cowok yang lo tolongin waktu dia hampir keserempet motor," jelas Ferdian dengan wajah ... Ya Tuhan, demi apapun! Boleh nggak aku nabok wajahnya itu?

Aku mencoba mengingat-ingat siapakah cowok bernama Putra ini. Akhirnya aku ingat.Saat hari ospek terakhir, memang ada cowok yang hampir keserempet motor dan aku refleks nolongin dia. Dan aku baru ingat kalau cowok itu akhir-akhir ini sering banget nongol di depanku.

"Tahu ah, gue lupa. Eh, anterin gue pulang ke kosan dong. Udah malem nih," pintaku sambil berdiri dan berjalan masuk ke dalam rumah."Tapi nanti kita mampir ke Surabi Enhaii Setiabudi, ya.Gue lagi pengen makan itu surabi."

"Lo pikir gue supir ya, Tan?" gerutu Ferdian di belakangku.

Tak kupedulikan gerutuan Ferdian itu. Aku terus saja berjalan menuju depan rumah. Kulihat kamar Tante Farina sudah gelap.Ya, di rumah ini Ferdian hanya tinggal berdua dengan Tante Farina.Om Pram—Papa Ferdian—meninggal dalam sebuah kecelakaan saat Ferdian SMP.Maka dari itu, Ferdian sangat sayang pada Tante Farina. Ferdian akan melakukan apa pun untuk mamanya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 21, 2016 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Yesterday in Bandung [PREVIEW- TERBIT di TOKO BUKU]Where stories live. Discover now