Viska POV

              Sial! Kenapa aku jadi ikut terlibat dalam masalah rumah tangga tak jadi antara Khanza dengan Farlant? Dasar pria bodoh! Bisa-bisanya membatalkan pernikahannya di hari penting itu juga. Kalau sudah begini, aku juga yang ikut terlibat. Lagian, darimana Khanza tahu aku mencintai Farlant?

              “Maafkan aku Vaurent, anakku tak bisa menjaga Khanza.” Paman Daud menunduk meminta maaf kepada Paman Vaurent, sementara Khanza masih menangis di dalam pelukan sang Ibu.

              “Tak masalah. Tapi mulai hari ini, aku akan menarik semua saham yang ada di perusahaanmu. Aku membatalkan semua proyek-proyek yang akan kita kerjakan nanti. Aku berhenti menjadi teman bisnismu, Daud.” Paman Vaurent memutuskan kerjasama bersama dengan Paman Daud begitu saja, ia tak perduli dengan raut wajah Paman Daud yang shock. Namun kulihat, buru-buru Paman Daud menormalakan wajahnya, bahkan tatapan Paman Daud sekarang menajam.

              “Jadi hanya segini saja keprofesionalanmu sebagai pebisnis no dua di indonesia Vaurent? Aku tak menyangka!” Paman Daud bangkit dari duduknya. “Kita pulang.” Lanjutnya yang mulai melangkah meninggalkan ruang tamu keluarga Vaurent, Bibi Martha dan juga Farlantpun ikut bangkit, mengikuti langkah sang kepala keluarga Anggara.

              “Paman, Bibi, dan Khanza, aku minta maaf. Aku tak pernah berniat untuk membuat semuanya kacau. Aku dan Farlant tak ada hubungan apapun.” Kali ini aku mencoba menjelaskan semuanya. Paman Vaurent dan Bibi Fia menatapku datar sementara Khanza menatapku dengan tatapan murka, ia bangkit dari duduknya.

              “Apapun alasanmu aku tak perduli. Lebih baik kau pergi dari sini dan jangan pernah muncul di hadapanku!” Dia menunjuk pintu keluar rumahnya, aku bangkit dan meninggalkan rumah ini tanpa satu patah katapun, namun tatapanku menajam pada sosok gadis yang masih mengenakan gaun pengantin yang begitu cantik ditubuhnya itu.

***

              “Nona mau kemana? Kenapa semua barang-barang Nona, Nona masukkan kedalam koper?” Mbak Si menatapku dengan tatapan bingung, aku bisa melihat dimatanya yang mulai berkantung itu.

              Aku menepuk ranjang yang kosong disampingku, meminta Mbak Si untuk duduk disampingku. Mbak Si melakukannya, ia kini sudah duduk manis disampingku masih dengan tatapannya yang bingung. Kuukir senyum menenangkan untuk wanita yang sudah memasuki usia setengah abad ini. “Mbak, aku hanya pergi sebentar kok. Aku minta tolong sama Mbak buat jagain rumah. Besok aku berangkat, tapi sebelum berangkat aku akan pergi ke makan Ayah dan Ibu.” Yah. Mungkin, ini jalan satu-satunya yang bisa kuambil, pergi dari kota Bandung bahkan dari Indonesia, aku tak mau mengingat Farlant lagi dalam lembaran hariku juga hatiku. Meskipun nantinya akan ada bayi yang tumbuh di rahimku, aku tak perduli. Toh, saat ini aku belum tahu pasti, aku hamil atau tidak, lagipula kami baru melakukannya sekali. Semoga saja tidak.

              “Berapa lama? Nona mau kemana?” Tanyanya sarat penuh keingin tahuan.

              “Aku tak tahu berapa lama, Mbak. Mungkin, aku akan ke Swiss. Tapi, jangan bilang pada siapapun atas kepergianku.” Pintaku dengan sedikit memohon.

              “Tapi bagaimana jika Nona Raissa dan juga Den Bayu ke sini dan mencari Nona?” Tanyanya lagi.

              “Aku yang akan memberitahukan mereka, Mbak. Nanti malam, aku akan menemui mereka.” Kataku menenangkan Mbak Si.

              “Den Farlant bagaimana? Sudah beberapa hari ini dia kesini tapi Nona selalu saja menolak untuk bertemu dengannya.” Ya, Farlant memang hampir setiap hari datang kerumahku setelah batalnya pernikahannya dengan Khanza dua minggu yang lalu, dan aku menolak untuk menemuinya karena tak mau membuat semua orang—yang mengetahui hal ini—berfikir  bahwa aku benar-benar gadis perusak hubungan mereka.

              “Jangan pernah beritahu dia mengenai hal ini Mbak. Aku ingin melupakannya.” Aku tertunduk, antara rela dan tak rela sebenarnya. Namun, keputusanku sudah bulat, biarkan saja ia tak mengetahui kepergianku dan aku akan semakin mudah melupakannya, terlebih dengan rasa sakit yang ia tinggalkan dihatiku.

              “Baiklah, Non.” Mbak Si mengangguk mengerti. Aku tersenyum dan memeluk tubuh tambun yang dimiliki wanita yang sudah kuanggap sebagai Ibuku ini. Ia memang paling mengerti diriku.

***

              Ini sudah sebulan lebih aku mendatangi rumahnya selama empat puluh hari berturut-turut, namun aku tak pernah bisa menemuinya. Aku juga seringkali mendatangi kantornya, ia juga tak pernah ditempat bahkan kabar terakhir yang kudengar sudah hampir tiga minggu ia tak pernah datang ke kantornya. Raissa yang kutemui juga tak mengatakan apapun tentang keberadaan Viska. Kemana sebenarnya dia?

              “Sayang, aku hamil satu bulan.” Pernyataan penuh dengan kebahagiaan itu mengembalikanku pada dunia nyata, di meja sampingku seorang wanita muda dengan dress berwarna biru selututnya tengah mengungkapkan apa yang tumbuh di dalam rahimnya. “Kita akan memiliki anak.” Ungkapnya lagi, matanya berbinar penuh kebahagiaan.

              “Benarkah? Aku akan menjadi seorang Ayah?” Kilatan binar dari mata coklat cerah yang dimiliki pria itu kini juga terlihat. Beruntung sekali pria itu, sebentar lagi ia akan memiliki seorang anak.

              Tapi bicara mengenai kehamilan dan anak, aku jadi ingat apa di rahimnya Viska juga tumbuh buat hatiku? Aku sangat berharap jawabannya iya, karena aku sangat menginginkan anakku dilahirkan oleh wanita yang kucintai itu, meskipun aku tahu saat ini kami berada di jarak yang tak kutahui seberapa jauhnya, aku juga tak tahu bagaimana kabarnya dan bahkan aku tak tahu sedang bersama siapa dia sekarang?

              Tuhan, aku merindukannya, benar-benar merindukannya, tak bertemu dengannya selama sebulan lebih membuat dewi mimpi selalu meledekku dengan dihadirkannya ia di dalam tidurku. Aku ingin itu menjadi kenyataan, aku ingin ia benar-benar ada di hadapanku sekarang.

---------

terimakasih buat waktunya. maaf kalau ceritanya kurang memuaskan, kurang ngefeel atau apapun itu. intinya mah minta kritik sama saran dari kalian biar bisa menghibur lagi hahahah. terimakasih :)

Jodoh Pasti BertemuWhere stories live. Discover now