Hancur [Penghujan]

Start from the beginning
                                    

Selanjutnya aku dan Pak Aditya larut dalam keadaan yang memabukkan.

...

Semenjak aku bercinta dengan Adit—aku sekarang memanggilnya seperti itu, semua orang tahu aku adalah kekasih Adit. Aku tidak peduli bahwa di belakang banyak yang mencerca, bahkan menghinaku dengan sebutan gundik, jalang, pelacur, binatang bermuka dua yang tidak tahu balas budi dan lainnya.

Aku tidak peduli dengan itu. Aku dan Adit hanyalah dua orang yang saling jatuh cinta dalam keadaan yang salah. Tapi cinta tidak pernah salah. Aku yakin Adit cinta denganku meski ia tidak pernah mengatakannya. Namun semua itu tidak cukup aku ingin selalu bersamanya, mendampinya, dan menjadi istrinya.

Dengan halus aku membujuk agar Adit meninggalkan Saskia dan menikah denganku. Yang malah memancing pertengkaran hebat di antara kami. Karena aku mengancam akan pergi mencari pria lain jika tidak ia nikahi. Hingga selama beberapa hari aku dan Adit tidak saling bicara selain urusan pekerjaan. Padahal aku hanya mengancam karena marah. Tanpa maksud serius.

Siang ini seusai aku keluar untuk makan siang dan kembali ke kantor, semua orang memandangku. Sebenarnya aku sudah terbiasa dipandangi dan dicemooh sejak aku berhubungan dengan Adit. Tapi kali ini ada yang berbeda dari pandangan mereka. Ada rasa mengasihani dalam sorot mereka dan ada juga yang tertawa merendahkan.

Sesampainya aku dalam ruangan kerja, aku mengerti kenapa mereka bersikap seperti itu.

Ruang kerjaku merupakan lobi untuk mengakses masuk ke dalam ruangan Adit, terdengar suara engahan dan benturan tubuh. Aku kenal dengan baik kedua hal tersebut muncul ketika dua orang bercinta. Terlebih aku melihat dengan jelas dua tubuh yang bergelut di atas meja dari pintu yang terbuka.

Aku memperhatikan bagaimana Adit dengan liarnya menyetubuhi wanita yang ada di bawahnya. Hingga wanita itu lemas dan hanya mengerang-ngerang kecil ketika hujaman-hujaman kasar Adit masuk ke dalam tubuhnya. Sangat berbeda saat ia bercinta denganku yang mana begitu sistematis dan lembut.

Saskia, wanita yang disetubuhi Adit, menyadari keberadaanku. Sehingga ia langsung mencoba menghentikan persetubuhannya dengan Adit yang malah membuatnya jatuh dari meja. Adit, yang entah kenapa sama sekali tidak sadar dengan adanya aku di depan pintu, langsung menghampiri Saskia yang terjatuh dan melanjutkan persetubuhan.

Aku yang tidak tahan melihat. Pergi ke arah meja dan menimbulkan bunyi berisik agar Adit sadar dan menghentikan perbuatan mereka. Tapi aku terus mendengar Adit menyetubuhi Saskia sampai tidak terdengar lagi suara erangan lemah Saskia, yang mungkin wanita itu pingsan.

Aku menahan tangis dan malu. Bagaimana mungkin hanya pertengkaran kami beberapa hari yang lalu Adit mempermalukan aku sampai seperti ini? Meski dalam hati aku tahu bahwa semua itu adalah cara Adit menghukumku karena pernyataanku kemarin.

“Rieke.”

Aku tersentak dan menoleh ke asal suara, kulihat Adit berdiri dengan kemeja yang masih belum dikancing. Dengan segera kuhapus air mata yang akan turun ke pipi. “Ya, Dit.”

“Tolong belikan pakaian wanita dan pakaian dalam ukuran Saskia. Kau tahu kan ukurannya?” Jika sebelumnya aku merasa dipermalukan dengan melihat Adit bersetubuh dengan Saskia. Maka pertanyaan Adit barusan benar-benar mempermalukanku.

Walau begitu pada malamnya aku pergi ke apartement yang biasa Adit tempati. Sebut aku bodoh, masokis atau apa, karena berniat merayu orang yang sudah mempermalukan aku sampai seperti itu. Tapi aku tidak mau kehilangan ia. Apalagi ditinggalkan untuk Penyihir itu.

Aku beruntung karena Adit ada di sana. Sedang duduk sambil menyesap alkohol. Kuhampiri dan langsung saja kupeluk. Kurasakan tangan Adit yang ingin melepaskan pelukanku dari lehernya. Tapi aku masih saja bertahan. “Aku bohong soal pria lain, Dit.”

Kisah Rahasia [Rangkaian Keluarga Wijaya]Where stories live. Discover now