Chapter 1

70.3K 3.8K 55
                                    

Netta mendesah sembari memegangkan kepalanya. Matanya terus diusahakan untuk menatap ke depan. Melihat ke arah dosennya yang kini sednag sibuk menjelaskan.

"Kapan kelarnya, gue pusing," keluhnya pelan. Kepalanya terasa begitu nyut-nyutan. Sepertinya kapasitas dalam kepalanya mendadak penuh, membuat ia tidak bisa menangkap penjelasan sang dosen.

"Sabar elah. Lo tumben banget kayak gini, biasanya semangat" celetuk gadis yang ada disampingnya. Lala, gadis yang sudah menjadi temannya pada awal semester. Tentu tidak langsung dekat seperti ini, ada proses canggung dan kaku yang harus mereka lewati. Terlebih bagi seseorang seperti Netta yang bukan tipe supel.

"Gue bener-bener udah nggak tahan La. Nggak ngerti, pusing kepala ini." Netta menempelkan kepalanya pada meja kayu di depannya. Baru beberapa menit ia seperti itu, tubuhnya langsung tegak, dan senyum lebar tercipta di wajahnya.

"Kita akhiri pertemuan hari ini. Selamat siang," ujar Pak Adi yang langsung dibalas serempak oleh seisi kelas itu

"Siang Pak" tak menunggu banyak waktu satu persatu orang-orang disana berhamburan dari ruangan itu. Begitu juga dengan Netta, yang sudah menunggu lama untuk keluar.

"Mau ke kantin nggak? Gue laper banget ini La" Netta menepuk perut datarnya sambil menampilkan wajah memelas, yang membuat Lala langsung memutar bola matanya jengah.

"Bilang aja minta ditemenin. Nggak usah pake kode segala, gue ngerti kok."

Netta nyengir mendengarnya. "Lo kan tahu, gue suka ngekode. Jadi nggak apa-apalah. Kita langsung ke kantin ya"

Lala terkekeh, lalu mengangguk menyetujui ucapan Netta "Iya, bawel" balasnya. "Lo udah belum? Udah kabarin pacar lo juga, kalau udah kelar kuliah?" tanyanya. Meski baru beberapa semester mereka berteman, dia sudah mengetahui apa yang menjadi kebiasaan Netta saat selesai kuliah, yaitu mengirim sms ke pacar tercintanya.

"Belum nih" Tanpa banyak omong, Netta mengambil benda pipih berwana putih dari dalam tasnya "Smsnya sambil jalan aja deh, gue udah laper banget"lanjutnya lagi. Lala tentu saja menuruti ucapan Netta itu, dan ikut berjalan keluar kelas.

Tangan Netta dengan trampil mengetik password hpnya, yang digunakannya untuk menjaga-jaga agar Haru dan Aura tidak bisa mengotak-ngatik hpnya itu. Keningnya mengkerut ketika melihat hpnya yang kosong melompong tidak ada pemberitahuan dari pacarnya. Dan itu membuat dia heran. Karena mau sesibuk apapun Aiden, pasti akan mengiriminya dia pesan.

"Oi Net. Itu bukan pacar lo ya?" tanya Lala yang membuat Netta mendongakkan kepalanya.

"Mana?" Netta menatap Lala meminta penjelasn, dan begitu Lala menunjukkan arah, bibirnya langsung mengerucut sebal ketika melihat Aiden dengan MESRANYA menggendong gadis lain (lagi).

Lala menoleh kearah Netta saat gadis itu tak bersuara "Eh itu muka kenapa merah, lo sakit?" tanyanya khawatir.

Netta mengalihkan pandangannya ke arah Lala "Nggak. Ayok deh ke kantin, males banget urusin dia"

"Lah, tapi kan" belum selesai Lala bicara, Netta menarik paksa gadis itu. Netta mengeluarkan unek-uneknya dalam hati, dari cowok nyebelin, nggak peka, nggak punya perasaan dan banyak lagi.

Lala yang baru menyadari bahwa temannya itu sedang dalam mode cemburu, hanya geleng-geleng kepala "Sabar kali neng, ini tangan nggak usah ditarik-tarik. Mentang-mentang cemburu jangan gue dong jadi sasarannya."

Ucapan lembut tapi menohok itu langsung membuat Netta menghentikkan langkahnya dan menoleh ke arah Lala dengan wajah bersalah "Maaf La"

"Iya, tapi lain kali nggak usah gue jadi korbannya ya Net. Udah nggak sanggup gue" Lala mengelus lengannya yang tadi ditarik cukup kuat oleh Netta "Lo kenapa sih nggak jujur sama dia kalau lo nggak suka dia kayak gitu. Daripada sakit hati sendiri"

Me(n)u (SUDAH TERBIT)✔Where stories live. Discover now