Aku mengangkat satu alisku otomatis. Sampai aku akhirnya berkata "Okay" dan Darren langsung mengeluarkan laptop dari tas yang dia bawa.

Aku merasakan getaran yang cukup panjang disaku ku. Dan itu menandakan ada panggilan masuk.

Ya, aku sudah silent ponselku sebelum aku duduk.

Harry Styles calling....

"Darren, sebentar ya. Aku terima telfon dulu." Darren hanya menjawabku dengan senyum nya.

Setelah sampai diluar perpustakaan, akupun mengangkat nya.

"Halo. Ada apa?" Aku langsung bertanya.

"Kau dimana? Aku ke rumahmu dan hanya ada gea disini. Kau sedang bersama siapa?" Ih, dia terdengar seperti ibuku. Tapi jika aku belum pulang untuk main sampai jam 10 malam, pasti dia sangat cerewet. ahh, aku merindukan keluargakuuu..

"Aku dikampus." Jawabku singkat.

"Kau belum menjawab yang dengan siapa, Naya." Dari nada suaranya aku dengar keseriusan.

"Dengan temanku. Next question." Sahutku sarkastik.

"Aku akan menunggu mu. Cepat kembali ya." Dan sampai disitu dia mematikan sambungan nya tanpa membiarkanku menjawabnya.

Stop make me your own, kid.

Akupun kembali pada Darren.

---

"Can't thank you enough, Naya! Thanks a million! Apa kau butuh tumpangan?" Darren berkata padaku. Dari saat keluar pintu perpustakaan yang dia katakan hanya thank you dan sejenisnya.

"Kau berlebihan Darren. Aku bawa mobil, ingat?"

"Oh iya. Okay see you later Naya." Darren memelukku singkat. Lalu dia melambaikan tangan nya saat kami sudah agak berjauhan.

Akupun akan segera pulang ke rumah. Aku tidak tau apa Harry tetap menungguku atau tidak. Karena dia tidak mengirim pesan maupun menelfonku lagi untuk sekedar bertanya aku masih lama atau tidak.

---

Aku sudah sampai di apartmentku. Sebelum nya aku mampir ke supermarket untuk membeli mie instan dan roti dan teman-teman nya.

Aku melangkahkan kakiku untuk keluar dari elevator lalu menuju flatku.

Tepat aku membuka pintu... I saw them K-I-S-S-I-N-G disofaku! Harry dan Gea! What the actually FUCK!

Aku membanting pintu saat menutupnya untuk membuat mereka sadar bahwa ada orang yang melihat mereka.

Saat mendengar bantingan pintu. Mereka melihat ke arahku dan terlihat kepanikan diwajah mereka berdua.

Shit. Pantas saja Harry betah menungguku berjam-jam. Pantas saja dia tidak cerewet menanyaiku masih lama atau tidak. Pantas saja dia... ahhh!

"Naya, its not like what you think." Harry membuka suaranya. Dia mengambil langkah untuk mendekat padaku.

"Iya, tapi itu seperti apa yang aku lihat, bukan?" Saat berbicara, aku melihat Gea dan Harry secara bergantian. Aku sangat jelas melihat wajah Gea yang ketakutan.

Sungguh, dadaku sesak saat ini. Ketakutanku sejak kemarin, benar-benar terjadi. Mengapa selalu Gea, tuhan?

"NO. Aku hanya ingin meniup matanya yang kemasukan debu. Sumpah!" itu alasan tua Harry. Carilah yang lebih modern.

"Oh, aku sering mendengar itu disinetron." Aku melipat kedua tanganku dibawah dada lalu mengadahkan kepalaku ke atas. Aku berusaha menahan air mataku. Aku tidak akan membiarkan air itu keluar dari mataku. Setidaknya tidak didepan dua orang sialan ini.

In Between (One Direction)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ