Senior Idaman

32 2 0
                                    

Dua tahun yang lalu...

Ramainya suasana kantin saat istirahat seolah tidak mengganggu kegiatan Jeno untuk memandangi gadis pujaannya yang duduk tak jauh dari meja yang kini Jeno dan teman-temannya tempati .

Kayura Rahardian

Senior cantik yang sangat menarik dimata Jeno. Gadis itu membuatnya terpana saat pertama kali masuk sekolah.

"Udah jen , jangan dilihatin mulu. Samperin sana" ujar angga saat sahabatnya itu sedari tadi sibuk memandangi gadis yang tak jauh dari mereka .

Jeno mengabaikan temannya, ia tersenyum sendiri melihat Yura yang tertawa bersama teman-temannya.

Melihat Yura tersenyum atau tertawa adalah energi tersendiri untuk Jeno

"Jeno gila senyum-senyum sendiri" Revan yang sedari tadi diam-pun angkat bicara melihat kelakuann temannya itu.

"Maklum lah Rev, namanya juga lagi jatuh cinta" Dion menimpali yang disambut tawa renyah oleh teman-temannya.

"Lo jangan gantungin doi terus dong, Jen". Kali ini sikutu buku Arfan angkat bicara.

"Gue gantungin? maksudnya?" Jeno bingung , ia menatap ketiga temannya satu persatu.

"Lo udah beberapa kali ngajak doi jalan , maen kerumahnya , telponan sampe malem tapi gak nembak-nembak. Apa namanya kalo bukan gantungin?". Tanya dion kesal.

"Dia cuma nganggep gue adek doang". Jeno menjawab dengan lesu , kepalanya menunduk menatap segelas orange juice yang sedari tadi ia diaduk-aduk dengan sedotan.

"Lo cemen amat sih, seenggaknya lo harus berani nyatain perasaan lo, man" ujar Revan sambil menepuk pundak Jeno.

"Bukannya gue gamau bilang, tapi ini belum saatnya".

"Kapan? lo mau nunggu sampai Kayura lulus? bentar lagi kelas duabelas UN , buruan nyatain sebelum Kayura diembat orang". Ujar dion sambil meyelesaikan suapan bakso terakhirnya.

"Gue pasti bilang kok, tapi gak sekarang"
"Karena dia belum bisa buka hatinya buat orang lain". Jeno menatap senior cantiknya itu hingga bell masuk berbunyi

-

Hari ini Jeno datang kerumah Yura dengan membawa sekotak pizza ditangan kanannya. Tangan kirinya juga menenteng sekresek penuh makanan ringan. Rencananya hari Jeno ingin meminta Yura membantunya mengerjakan soal-soal kimia. Tapi poin pentingnya ia hanya ingin menghabiskan hari minggunya dengan gadis idamannya.

Sekedar informasi , Jeno sebenarnya cukup dekat dengan Yura. Dia terang-terangan dan berani mendekati seniornya itu. Tapi hingga kini Jeno belum mengutarakan perasaannya, ia belum seberani itu.

Dalam benaknya ia malu dan takut. Malu karena Yura dua tahun lebih tua darinya, pasti gadis itu hanya menganggapnya bocah ingusan saja dan menolaknya. Hatinya belum siap menerima penolakan dari Yura.

Yura membukakan pintu rumahnya dengan ceriah , apalagi saat matanya menangkap kedua tangan Jeno penuh makanan.

Yura mengambil alih kresek dari tangan Jeno sambil mempersilakan adek kelasnya masuk. Merekapun larut dalam obrolan hangat sambil mengajari Jeno mengerjakan pr kimianya. Sesekali Yura tertawa kecil melihat Jeno yang masih saja kesusahan mengerjakan pr kimia , ia berkali-kali menghapus jawaban kemudian menulisnya lagi.

Bagi Yura, Jeno adalah laki-laki yang menggemaskan dan penuh perhatian. Yura menyadari selama ini sikap Jeno kepadanya karena bocah itu menyukainya. Juga karena mulut ember teman-teman Jeno yang memberitahunya. Tapi selama bukan Jeno yang memberitahunya ia diam saja.

Selama SMA, Yura cukup dekat dengan banyak anak laki-laki. Terbukti ia memiliki lima mantan selama tiga tahunan ini. Tapi Yura tidak menganggap serius semuanya , bagi Yura itu hanya menjadi kisah yang mewarnai masa-masa sekolahnya. Ia belum siap membuka hatinya untuk siapapun, singkatnya sejauh ini Yura belum pernah jatuh cinta.

Tapi siapa tahu perhatian Jeno selama ini akan meluluhkan hatinya nanti, jika Jeno tidak bosan dan selalu bersamanya mungkin suatu saat Yura akan membuka hati untuknya, mungkin.

Gue bahagia bisa sedeket ini sama lu, Yur. Gue seneng bisa duduk deket lu gini. Gue harap gue punya kekuatan buat nyatain cinta gue ke elu yur.

-

"Yur, thanks ya udah bantu gue ngerjain pr kimia gila itu". Ujar Jeno sambil menaiki motor sport hitamnya.

"Kan udah dibilangin, jangan ngomong lu-gue. Gak sopan banget sama kakak kelas". Yura cemberut sambil melipat tangannya didepan dada.

"Iya iya. Makasih ya, Yura udah bantu Jeno hari ini".

Yura tertawa kecil mendengar nada bicara Jeno. Tangannya bergerak mencubit pipi kanan Jeno dengan gemas.

"Haha.. kamu lucu banget kalo gitu"

Yura tidak tau bahwa hal yang barusan bisa membahayakan kinerja jantung Jeno. Jeno tersenyum kecil melihat Yura yg tertawa, ia juga berusaha mengendalikan detak jantungnya yang menggila.

"yaudah aku pamit ya, udah sore. Salam buat tante"

"Iya, hati-hati dijalan Jen". Yura melambaikan tangan kemudian masuk ke rumahnya. Sepeninggal Jeno, senyum Yura belum luntur dari bibirnya. Mungkin Yura tidak sadar, tapi pelan-pelan ia mulai membuka pintu hatinya yang tertutup rapat.

-

Yura tersenyum kecil sambil mematikan layar handphonenya. Beberapa bulan terakhir Jeno rajin menelphonnya setiap malam, mengajak ngobrol ataupun hanya sekedar mengucapkan selamat malam.

"Jenovano.."
"Kenapa kamu nggak mau jujur sama perasaan sendiri sih". Ujar Yura sambil merebahkan kepalanya diatas bantal empuknya

"Jeno kan ganteng, keren, kenapa juga dia harus suka sama aku". Yura menatap langit-langit kamarnya.

"Siska lebih cantik, Tiara lebih pinter. Vania lebih perhatian".

"Kenapa dia gak ngelirik Vania sama sekali sih, kan kasihan"

"Ahhh.. taulah. Kenapa harus mikirin Jeno sih". Yura kemudian memejamkan matanya untuk berkelana di alam mimpi.

Sementara disisi lain, Jeno masih aktiv dengan hpnya. Tapi pikirannya melayang pada kejadian tadi siang, kata-kata teman-temannya terus saja terngiang-ngiang di kepalanya.

"Jen, cinta itu bukan tentang usia. Cinta juga bukan tentang lu siapa dan dia siapa. Cinta itu tentang hati. Jangan dipendem lama-lama, gue takut lu sakit hati nantinya. Jangan malu ngungkapin karena lu cuma adik kelas. Buruan sebelum terlambat, dan ujung-ujungnya lu bakalan nyesel"

Ucapan Dion masih saja terngiang-ngiang ditelinganya. Ia belum bisa menyatakan perasaanya, ia belum siap. Padahal besok adalah hari dimana kelas duabelas diwisudah, yang artinya tak lama lagi ia akan jauh dari Yura.

"Arrrgh.. sial".

Jeno membanting dirinya dikasur, mengistirahakan jiwanya untuk hari yang melelahkan.

-

MineWhere stories live. Discover now