Bab 11 - Chit Chat

Start from the beginning
                                    

"Aku percaya kok. Cepetan deh. Lumutan nih nungguin kamu," balasku.

"Oke-oke. Begini sayang. Sebenarnya aku.. " Melvin mengerutkan dahinya dan menatap mataku lagi, "Aku ini ... half vampire dan half wolf." lanjutnya dengan nada serius.

WHAT? Setengah vampir dan setengah serigala? Apa Melvin bercanda? Tapi, kenapa dia tidak tertawa ya. Apa dia serius?

"Are you serious?" tanyaku. Melvin cuma mengangguk mantap. Hmpphh, entahlah aku mendadak ingin tertawa. Dia bohong kan? Duh, gak mungkin bangetlah di zaman sekarang ada makhluk kayak gitu. Melvin ngigau nih.

"Sayang kok kamu malah ketawa gitu sih?" rengut Melvin saat melihat pipiku berkedut menahan tawa. HAHAHA, dia lucu banget. Beneran.

"Haahahha, kamu gak serius kan? Masak sih, hahaha." Tiba-tiba, tawaku pecah. Aku tak tahan lagi, Melvin niat banget bohongin aku sih. Tidak mungkin dia makhluk jadi-jadian kayak gitu? Vampir? wolf. Hahahah, aku jadi teringet sinetron Indonesia pas aku SD dulu. Apa ya judulnya.. Hmm, GGS kali.

"Sayang aku serius!" tegas Melvin dengan suara unyuknya itu membuatku spontan berhenti tertawa. Kelihatannya dia serius banget deh. Tuh dia malah marah lihat aku tertawa lepas tadi.

"Maaf.." cicitku sambil mengalihkan pandangan karena tak tahan dilihatinya terus. Beneran marah dia. Huuuu.

Setelah itu, Melvin menangkup wajahku dan menariknya lembut seakan ingin berkata, "lihat mataku." Ya sontak saja, aku menurut. Aku pun menatap bola matanya yang awalnya berwarna hitam lalu perlahan-lahan berubah warna menjadi merah terang. Seperti darah. Aku sering sih melihat mata Melvin berubah tiba-tiba seperti itu. Aku kira dia memakai softlens otomatis. Eh tunggu, emang ada softlens yang begitu?

Aku terperangah saat bola matanya lama-kelamaan berubah menjadi warna merah tua. Kok.. bisa ya?

"Sekarang percaya 'kan?" tanya Melvin menatap mataku tajam. Pandanganku turun ke arah bibirnya dan melihat gigi taringnya memanjang sendiri. Tidak terlalu panjang seperti di film-film dracula, itu sih panjangnya lebay menurutku. Hehe.

"Jadi kamu tuh asli ya? Boleh pegang gigi kamu gak?" tanyaku tanpa pikir panjang dulu. Entahlah, aku cuma penasaran. Aku juga belum percaya, Melvin bohong atau memang lagi serius.

Awalnya Melvin ragu tapi kemudian dia mengangguk dan membuka mulutnya lebih lebar sehingga gigi taringnya kelihatan. Aku pun sedikit beranjak dari duduk rebahanku dan mendekat padanya. Ya dekat banget sampe harum parfum Melvin langsung menusuk hidungku. Uhh jantungku..

"Aku pegang ya?" izinku sekali lagi. Melvin mengangguk lagi. Aku persis seperti dokter gigi yang mau memeriksa pasiennya kalau posisi begini. Tak memakan waktu lagi, aku pun langsung menyentuh gigi taringnya yang putih itu dan JLEB! dengan sengaja aku menusuk daging telunjukku sendiri ke sana.

WOW! Langsung berdarah.

"Kok tajem banget ya. Kayak pisau. Aw.. perih," ucapku langsung melepaskan jari tanganku dan hendak mengelap darah itu dengan bajuku, tetapi Melvin segera merebut jariku dengan gerakan yang sangat cepat. Aku bahkan tak sempat melihatnya.

"Pinter banget sih yng, berdarah kan." katanya sambil mengisap darah di jari tanganku. Deg..deg..deg.. Oh my God, Melvin!!

"Kamu tau gak kalau darah kamu manis banget? Umm, melebihi permen.." nikmat Melvin mengulum ujung jariku yang berdarah tadi.

"Iya  apa?" Aku tak percaya, lantas aku mencabut tanganku paksa dan menyicip sedikit darahku tadi. Wueek... Gak enak!! "Bohong! Gak ada manis-manisnya!" sergahku langsung. Melvin tertawa keras melihat aksiku tadi. Huh, menyebalkan.

My Bad Girl (Melvin D. Franklin)Where stories live. Discover now