PvF 2

449 22 0
                                    


Kana's POV

Aku memberanikan diri mengikuti Len, mencoba mengungkapkan isi hatiku. Aku berhenti. Kemudian aku berteriak sembari berkata "Len, aku mencintaimu. Maukah kau menjadi kekasihku ?" Dengan menundukkan wajah aku terdiam gugup.

Len berjalan mendekat. Tanpa harus melihat sekitar pun aku merasa hal yang baru saja aku lakukan menjadi tontonan siswa siswi yang sedang berada di sekitar kami. Len mendekatkan wajahnya seolah-olah ada sesuatu yang ingin dia bisikkan. Dan benar saja, dia membisikkan sesuatu. Jam 7 malam ini, taman Santa White. Aku mengangkat wajahku, berusaha menatapnya. Dia tersenyum. Membelai rambutku kemudian pergi. Aku masih terpaku. Bisik-bisik di sekitarku seolah-olah menandakan bahwa mereka penasaran apa jawaban Len atas perasaanku. Benar saja seorang siswi kelas 3 mendatangiku.

"Apa yang dia katakan padamu?"

"Itu. Maaf ka, rahasia"

Jawaban yang sedikit kurang sopan untuk kakak tingkat menurutku. Namun aku tidak peduli. Bagaimanapun ini urusanku. Aku melangkah meninggalkan sekumpulan orang yang sedang berbisik penasaran.

@6_pm

Aku mengenakan mini dress berwarna coklat. Lipstick berwarna merah muda ku oleskan pada permukaan bibirku dan tak lupa ku poles maskara pada bulu mataku. Terlalu berlebihan menurutku. Tapi aku tak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini.
Kepangan kecil pada kiri dan kanan rambutku aku ikat menjadi satu di tengah. Ku lirik jam tanganku yang berwarna hitam yang saat ini melingkar pada pergelangan tangan kiriku. Jam menunjukkan pukul 6 lewat 20. Aku melangkah menuju pintu. Bersiap untuk menuju taman Sanata White.


Len's POV

Tidak terlalu mengejutkan bagiku. Saat tiba-tiba seorang siswi perempuan berteriak di area sekolah untuk menyatakan isi hatinya padaku. Walaupun sebagian dari mereka biasanya melakukannya secara pribadi kepadaku.
Aku menoleh ke arah belakang tepat di mana suara itu terdengar.
Terlihat olehku seorang siswi yang sedang menundukkan wajahnya ke arah lantai. Aku mendekatinya. Seorang siswi kelas sebelah yang saat ini ada di hadapanku. Ku dekatkan wajahku padanya dan berbisik jam 7 malam ini, taman Santa White.

Pukul 6 lewat 57 menit. Aku sudah menunggunya. Ku pikir penampilanku sudah cukup membuatku terlihat keren. Kaos hitam yang sedikit longgar melekat pada tubuhku tak lupa aku membawa jaket walaupun kaos yang ku kenakan sudah menutupi sampai pergelangan tanganku. Hanya saja untuk membuat sesuatu menjadi sempurna.
Ku lihat seorang gadis dengan mini dressnya berjalan ke arahku. Aku pun melambaikan tangan padanya. Dia tersenyum. Manis pikirku.


Author's POV

Kana berjalan menghampiri Len yang sedari tadi sedang menunggunya. Kemudian duduk tepat di sebelah Len. Kana terdiam, sedikit malu untuk memulai pembicaraan. Dan akhirnya Len pun memulai pembicaraan mereka.

"Kamu terlihat cantik" kata Len sambil memegang rambut Kana.

"Terimakasih" Kana tersipu malu "kamu.. terlihat sangat keren"

Len tersenyum ke arah Kana. Senyuman mautnya. Yang tentu saja merupakan senjata andalannya untuk memikat para perempuan.

"Kana" kata Len.

"Iya Len" Kana menatap mata biru milik Len. Dan berharap Len akan menyatakan jawaban yang akan membuatnya bahagia.

"Sudah makan belum ?"

"Eh ? Em, belum Len" Kana menjawab seperti orang kikuk.

"Makan yuk" ajak Len.

"Boleh" kata Kana. Ku pikir dia akan menyatakannya. Mungkin dia memang tidak ada perasaan terhadapku. Hanya saja dia bingung mungkin bagaimana cara menyampaikannya. Tapi di ajak makan olehnya juga membuatku senang, kata Kana dalam hati.

"Kana" kata Len sambil menjentikkan jarinya di depan mata Kana. "Kamu melamun ya?"

"Eh ? Tidak kok. Ayo makan Len"

Len memakaikan jaketnya pada Kana, membuat jantung Kana berdebar kencang. Pipinya merona. Aroma parfum pada jaket Len tercium oleh Kana. Tak hanya sampai situ. Laki-laki playboy ini pun menggandeng tangan Kana sepanjang perjalanan menuju tempat makan terdekat.
Jantung Kana berdebar kencang selama Len menggandeng tangannya. Len tersenyum dalam hati, menandakan rencananya untuk sampai saat ini berjalan sempurna.

Mereka telah sampai di depan warung tempat makan. Tidak terlalu besar namun terkenal kenikmatannya. Terutama pada karinya. Len melangkah terlebih dahulu membukakan pintu untuk Kana. Membuat Kana semakin terlihat merona pipinya.

Mereka menduduki tempat di sudut kanan dekat dengan kaca sehingga mereka dapat menikmati indahnya langit malam yang dihiasi bintang yang bertaburan.

Setelah menulis pesanan, Len memanggil seorang pelayan dan memberikan selembar kertas yang berisi pesanan mereka. Kira-kira 10 menit kemudian pelayan tersebut datang sambil membawa nampan yang berisi dua mangkuk mie kari, dua gelas jus jeruk dan sebuah pencuci mulut. Mereka pun menikmati makan yang sudah tersaji di hadapan mereka. Sambil sesekali Kana mencuri pandang ke arah Len.

Makanan kini telah habis dan mereka mencicipi pencuci mulut. Setelah sesaat, Len membuka pembicaraan yang ditunggu-tunggu oleh Kana sedari tadi.

"Kana"

"Iya ?"

"Tentang pernyataanmu tadi siang" kata Len yang sengaja memutus kalimatnya.

Kana terdiam. Gugup. Berharap Len menerima perasaannya.

"Ja..di.. bagaimana Len ?" Kana bertanya, gugup, dan berusaha menatap mata Len.

Tak disangka Len mengungkapkan sesuatu yang membuat Kana terkejut.

Playboy Vs FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang