2-pertemuan

11.1K 532 19
                                    

POV Laseila laurant

Huft.. Rasanya lelah sekali setelah memberikan sedikit tour kepada anak panti ketempat pegunungan yang sejuk. Aku terduduk di ayunan rotan bundar hitam yang tersimpan di balkon kamar ku. Mungkin sedikit rebahan akan membuat rasa lelahnya hilang. Aku bersandar dibantal bantalnya.

" sayang sudah malam kenapa diluar seperti itu? Ayo cepat masuk" aku segera menoleh kedalam kamar. Mami selalu melarang bila aku disini malam hari padahal akan begitu terasa sejuk bila berada di sini saat malam. Aku pun masuk membawa tas kecil yang tadi aku simpan di sebelahku.

"Cepat turun papi udah nunggu!" aku mengangguk dan segera bersiap siap berganti pakaianku dengan kaos rumah. Again? Makan malam dengan papi? Pasti akan ada yang dibicaran bila aku hingga disusul mami kesini.

Aku melangkah menuruni anak tangga lalu berjalan menuju meja makan terlihat kakak dan papi menunggu. Raut wajah jenuhnya sangat terlihat diwajah mereka.

"Maaf.." sebuah kalimat yang sering aku sampaikan setiap makan malam seperti ini, aku selalu agak sedikit terlambat. Anggap saja ini adalah sebuah kebiasaan dan tradisiku 

"Bagaimana acara? Sudah kau sampaikan salam papi pada pengurus panti?"

"Berjalan lancar, dan aku juga telah menyampaikannya" jawabku singkat. Ooh ayolah aku tak suka bila sedang makan diajak bicara! Keluhku dalam hati.

Kumohon jangan mulai lagi papi! Aku bosan bertengkar denganmu! Pertengkaran minggu kemarin sudah cukup bagiku. Hanya karna aku tak boleh ikut menjadi seorang model? Dan sekarang apa lagi? Suap demi suap telah masuk di mulutku dan tak terasa aku telah menghabiskan porsi makan malamku. Dan rasa laparpun telah hilang walau kali ini aku tak mengeyangkan perutku ini.

"Ehemmk..." aku menoleh pada papi yang tiba tiba berdeham keras. Kumohon!!

"Kalian lihatkan papi sudah tak semuda dulu lagi, fisik papi makin kemari makin melemah dan dengan adanya penyakit yang kini menyelimuti papi. Kurasa papi sudah tak sanggup mengurus semua perusahaan" mataku terbelalak mendengar saat papi mengucapkan kata penyakit. Sejak kapan ia sakit?

"Sejak kapan papi sakit?" tanyaku panik. Ya walaupun aku adalah anak yang selalu paling tidak akur dengan papi tapi aku tetap peduli padanya.

"Kata dokter ginjal papi kini tak bisa berfungsi dengan baik" tutur mami yang terdengar melemah. Benarkah? Ya Allah cobaan apa lagi untuk keluargaku ini

"Papi ingin cepat melihat kalian menikah, segeralah menikah mitha bukankah rafa telah melamarmu seminggu yang lalu?" ujar papi, aku menatap kak mitha yang hanya mengangguk lalu menjenguk air

"Aku dan rafa memang telah siap untuk menikah pih, tapi minggu minggu ini rafa menang sibuk dengan jadwal penerbangannya pih" ujar kak mitha . beruntung sekali kak mitha memiliki kak rafa, sedangkan aku? Kini percaya cinta saja tidak. Aku mengangkat kedua bahuku lalu mengambil apel yang terdapat di tengah meja makan.

Married With Mr. GayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang