"Jatuh cinta." Gumam Andro pelan. Dia menggelengkan kepalanya. "Tidak mungkin. Jatuh cinta pada siapa?"
Lamunan Andro terputus dengan seruan dan tarikan Marvin dan Maudy yang ingin mengajaknya bermain.

Pikiran Andro terus dipenuhi dengan jawaban kakaknya. Jatuh cinta? Lucunya. Jatuh cinta pada siapa ? Kak Alinda ada-ada saja.

"Maudy, Marvin, makan dulu!" Alinda memanggil anak-anaknya.
Maudy dan Marvin lekas membereskan mainan mereka dan berlari menuju makan makan, menyerbu hidangan di atas meja.
Andro menyuapkan nasi ke dalam mulutnya, tetapi pikirannya terpusat pada jawaban kakaknya : Jatuh cinta.

"Andro...Andro...."
Andro mengangkat wajahnya dan menoleh ke arah sumber suara secara otomatis.
"Kak Alinda panggil aku ?"
"Kamu lagi memikirkan apa? Dari tadi dipanggil, tidak dengar."
"Sorry, kak."
"Mau tambah apa lagi?"
Andro menyuapkan sendok terakhir dan menyilangkan sendok dan garpu di atas piringnya ,"Enough, Kak. Thank you."

Andro menyalakan stereo di kamarnya, yang segera mengalunkan lagu lawas dari sebuah stasiun radio. Sambil membaringkan diri di atas tempat tidurnya, otaknya bergerak mengingat percakapan dengan kakaknya tadi.

"Jatuh cinta, kak? Aku jatuh cinta?"
"Ya, jatuh cinta."
"Tapi, sama siapa?"
"Pakai tanya sama siapa? Masa kamu tidak tahu?"
Andro tambah bingung, bagaimana Kak Alinda bisa tahu dengan siapa dia jatuh cinta, sementara dia sendiri saja tidak tahu dengan siapa dia jatuh cinta.
"Hei...benaran kamu tidak tahu , Ndro."
Andro menggeleng bingung.
"Kamu ketemu kakak hari ini, mau menanyakan apa?"
"Aku ingin memberitahu kalau gadis yang berteriak-teriak di spa kakak, ternyata dia bekerja di perusahaan papa. Tadi kami bertemu."
Alinda menyentuh bahu Andro lembut.
"Dan sepanjang ceritamu tentang Kayla, wajahmu selalu berseri. Apalagi saat kau menyebut namanya. Kau tidak berhenti tersenyum. "
Alinda menghentikan kalimatnya dan menatap Andro dalam, "Kau tahu apa artinya?"
"Ah, Kak. Mana ada arti apa apa. Aku tersenyum karena masih terbayang wajahnya yang menjerit kaget melihat aku. Dikiranya aku ini hantu."
Alinda tidak menggubris perkataan Andro.
"Itu artinya kau jatuh cinta."
"Hah ?Jatuh cinta sama siapa? Aduh Kak. Jangan bikin aku tambah bingung."
Alinda menghela napas jengkel, "Kamu ini, punya ilmu tinggi tapi jatuh cinta saja tidak paham"
"Eh, kak. Serius. Aku ini jatuh cinta sama siapa?"
Alinda menatapnya jengkel, "Sama siapa lagi?"
"Kayla, maksud kakak?"
"Apa ada nama wanita lain yang kamu ceritakan dari tadi ke kakak?"
Andro membelalak sesaat kemudian menggeleng sambil tertawa, "Impossible. Ga mungkin. Mana mungkin, aku jatuh cinta sama Kayla."
"Lebih dari mungkin."
"Kakak ngaco. Kayla itu baru saja, aku temui. Mana mungkin aku jatuh cinta sama Kayla."
"Kamu cuma tidak paham perasaanmu saja. Kamu itu jatuh cinta sama dia."
"Ngaco. Kakak aneh."
"Kamu yang aneh. Jatuh cinta kok gak tahu. Jelas jelas, kamu jatuh cinta pada Kayla."

Andro menutup matanya dan menggumam berulang ulang. Jatuh cinta? Pada Kayla? Tapi mengapa dan kenapa Kayla? Dia baru saja bertemu dengan Kayla. Ya, Kayla memang cantik, manis dan pastinya dia cerdas. Kalau tidak tak mungkin Pak Dicky, merekomendasikan Kayla untuk membantunya dalam tugas di kantor. Kayla, Kayla. Seharian ini, otaknya tak bisa melupakan Kayla. Setiap kali ada waktu luang, nama Kayla mendering di otaknya. Apakah ini yang namanya jatuh cinta? Entahlah.

Ya, sampai detik ini, Andro belum pernah merasakan jatuh cinta. Mungkin dulu, dulu sekali. Kejadian yang hampir dilupakannya. Riska. Satu-satunya gadis yang pernah dekat dalam hidupnya. Riska, teman masa kecilnya. Dia tidak pernah menyadari perasaannya pada Riska. Mungkin karena mereka sudah saling mengenal sejak kecil. Kedua ibu mereka berteman baik, sehingga anak-anak mereka pun jadi terbawa suasa persahabatan kedua orang tuanya. Sering bermain bersama, bahkan mereka bersekolah di sekolah yang sama, Andro dan Riska selalu saling berbagi. Andro adalah sang jagoan yang selalu melindungi Riska dari gangguan bocah lelaki iseng mana pun. Mereka selalu bersama, hingga...
Ya, hingga, Bram hadir di antara mereka.
Andro tidak pernah menyadari jika perasaannya terhadap Riska berubah. Dia tidak hanya mencintai Riska sebagai seorang sahabat, tetapi lebih dari itu. Sayangnya, dia terlambat menyadari perasaanya. Kedekatan Bram dengan Riska, ternyata menabur benih cinta di hati Riska. Dan ketika, Andro menyadari dirinya jatuh cinta dengan Riska, di saat itu juga dia menyadari bahwa cintanya harus kandas, bahkan sebelum dia menyatakannya. Melihat kebahagiaan Riska dan Bram, Andro tidak sampai hati merusakkannya. Keduanya adalah orang yang dikasihinya. Apalagi selama beberapa waktu ini, Bram dan Andro telah menjadi sepasang sobat kental. Ya, dia tidak pernah menggubris cerita Bram yang sedang jatuh cinta. Andro tak pernah menyangka kalau ternyata mereka mencintai wanita yang sama. Andro rela mengalah demi kebahagiaan mereka. Itulah, sebabnya dia menenggelamkan diri dengan bekerja di perusahaan orang lain. Salah satu alasan, dia tidak mau berkecimpung dalam usaha papanya adalah karena Bram, yang merupakan anak partner papanya, menerjunkan diri dalam perusahaan orang tua mereka. Dengan alasan mencari pengalaman, Andro memilih sibuk di perusahaan orang lain. Dan ketika, Bram dan Riska memutuskan menikah, Andro memutuskan dia harus pergi menjauh, agar bisa melupakan rasa cintanya. Cinta yang tak pernah dikatakan. Negeri Paman Sam menjadi tujuannya melanjutkan pendidikannya ke jenjang master. Seminggu setelah pernikahan Bram dan Riska, perjalanan melupakan cinta Andro dimulai. Andro bersyukur selama menjelang pernikahan sahabatnya,tak sekalipun dia terlihat muram. Topeng keceriaan berhasil dipakainya. Dan tak seorang pun yang tahu apa yang berkecamuk dalam pikiran dan hatinya.

Perjalanan lima tahun di negeri Paman Sam mulai memulihkan luka hatinya. Tak sehari pun, Andro menjejakkan kaki ke Jakarta, selama kurun waktu empat tahun. Selalu papa mama dan kakaknya yang bertandang ke San Fransico. Satu dua kali, Andro menjejakkan kaki di Bali. Tapi, dia selalu punya seribu satu alasan untuk menginjak Jakarta. Alasan sibuk kuliah selalu menjadi penyelamatnya selama dia menyelesaikan pendidikannya dan setelah alasan sibuk kerja menjadi tamengnya. Setiap kali diminta kembali ke Jakarta, Andro selalu beralasan mau menambah pengalaman dengan bekerja. Ya, pekerjaannya di negara super power itu cukup menjanjikan.

Namun, sekarang, lima tahun kemudian, Andro tidak bisa lagi mengelak. Sebuah perusahaan baru telah dirintis ayahnya. Perusahaan yang sedianya akan diwariskan kepda Andro. Perusahaan yang terpisah dari partnership antara ayahnya dan ayah Bram. Tidak ada lagi alasan yang bisa dibuat Andro. Terlebih lagi Kak Alinda hampir setiap minggu menelponnya, membujuknya untuk pulang. Kakak semata wayangnya itu kalau sudah berniat, harus tuntas. Andro memilih pulang, daripada mengorbankan telinganya mendengar ocehan kakaknya.
Lima tahun, waktu yang cukup untuk menghilangkan rasa cinta yang tersisa. Terima kasih untuk kesibukan demi kesibukan yang mengikis rasa cintanya pada Riska. Sekarang, Andro yakin dia bisa menemui Bram dan Riska tanpa perasaan cinta pada Riska. Ya, lima tahun penuh kerja keras. Lima tahun tanpa sedetikpun memikirkan cinta. Lima tahun tanpa keinginan jatuh cinta. Lima tahun , Andro menutup hatinya rapat-rapat. Tak ada seorang wanita pun di negara Paman Sam yang berhasil menaklukkan hatinya. Semuanya dianggap rekan kerja atau teman saja.
Tapi, Kayla. Ada yang berbeda dari dirinya. Sosoknya terasa menyihir hati Andro. Walaupun pertemuan pertama mereka dipenuhi teriakan, tapi bayangnya tak pernah memudar dari benak Andro.

"Mungkinkah? Mungkinkah aku jatuh cinta?" Guman Andro pelan. Dia memejamkan mata dan sekali lagi wajah Kayla membayang di sana.
"Aahh, Kayla." Andro mendesah dan melempar guling ke udara. Andro kembali memejamkan mata, ditemani lamat lamat alunan lagu dari stereonya.

Sesekali wajahnya tersenyum, kala mengingat adegan pertemuan pertamanya dengan Kayla. Dan jantungnya terasa berdenyut lebih cepat, kala dia mereka ulang pertemuan mereka di tepi kolam saat makan siang.
"Mungkinkah aku jatuh cinta? Inikah namanya cinta?" Andro kembali bergumam.

Cintaku Berawal dari SpaМесто, где живут истории. Откройте их для себя