ABA - 2

8.9K 466 20
                                    

Raya POV

" benci , kak Ray benci padaku."

Kata-kata kak Ray di rumah sakit yang menegaskan kalau dia membenciku terngiang jelas di telingaku . dia membenciku ? kenapa ? harusnya aku yang membencinya karena dia telah meninggalkanku selama 20 tahun ini kan ?

" Raya." aku berhenti mendengar namaku di panggil

Ku hapus air mata ku yang tak mau berhenti keluar sejak mendengar ucapan kak Ray .

" Raya , sedang apa kau.. Kau menangis ?" di depanku kini berdiri kak Paundra , dia terlihat begitu khawatir melihat keadaanku ini

" aku tidak menangis kak, hanya kelilipan saja ." kak Paundra diam tapi matanya menunjukkan kalau dia masih khawatir padaku .

" sudahlah kak, aku tidak apa-apa." ucapku mencoba mengalihkan ke khawatirannya .

" Ray yang membuatmu menangis ?" aku langsung menggeleng , aku tidak mau membuat kak Ray semakin membenciku nantinya

" tidak kak , aku menangis karena melihat Papa tadi ." aku rasa alasanku cukup membuatnya percaya

" aku tidak suka melihatmu menangis Raya ." dia mengelus kepalaku sebelum akhirnya memelukku.

Kak Paundra benar-benar baik padaku , selama ini dia yang selalu ada menggantikan kak Ray selama kak Ray tidak ada tapi seandainya saja kak Ray bisa seperti kak Paundra .

" kita pulang ?" tanyanya setelah melepas pelukannya dan aku mengangguk

Ray POV

aku duduk di samping tempat tidur papa , melihat dia yang masih tertidur akibat obat penenang yang di berikan padanya .

Sudah 20 tahun keadaan Papa seperti ini , dia ada tapi pikirannya tidak ada disini . dia seakan ikut pergi bersama mama. Kulitnya sudah mulai menunjukkan usianya, rambutnya bahkan sudah mulai berubah warna .

" Pa maafin Ray ninggalin papa disini bersama wanita itu , tapi Ray tidak sanggup melihat wanita itu pa. wanita yang merusak kebahagiaan kita, wanita yang membuat mama pergi." ku genggam tangan papa dan aku menangis

Selama 20 tahun ini aku pergi bersama om William , aku memang sengaja memilih ikut om William ke luar negeri untuk menghindar dari wanita itu . aku perlu pergi, aku perlu untuk melupakan kesakitanku karena mama pergi , aku perlu meyakinkan diriku bahwa ini mungkin memang bukan kesalahan wanita itu tapi tidak ada sedikit yang berubah . aku semakin membencinya bahkan setelah kejadian ini aku semakin membencinya .

" Ray..." aku langsung berdiri mendengar Papa memanggil namaku

Tapi tidak mata papa masih tertutup , dia hanya mengigau dalam tidurnya itu . bahkan Papa tidak lagi mengenali aku sebagai anaknya ini semua salah wanita itu .

Aku memilih untuk menjaga papa , entah sudah berapa jam aku di ruangan papa. Memilih mengabaikan rasa laparku demi membuat papa melihatku saat ini . beberapa jam kemudian papa mulai sadar, matanya mulai terbuka dan aku benar-benar senang .

" Papa." panggilku

Laki-laki yang masih terbaring ini hanya diam melihatku, tidak bergerak dan tidak berkomentar .

" ini Ray pa, Ray pulang buat Papa." papa masih diam tapi dia tetap menatapku .

" Ray rindu sama Papa, maaf Ray baru bisa pulang Pa." lanjutku lagi

" R..r..ray ?"

Aku yakin raut wajahku benar-benar senang mendengar Papa menyebut namaku setelah 20 tahun ini dia hanya bisa diam .

Aku Benci Adikku !!Where stories live. Discover now