Sepeninggal Prilly rupanya Alan sudah terbangun. Dia terlihat celingukan kesana-kemari untuk melihat keadaan sekitar. Saat dia sadar sang mama sudah terbangun. Alan turun dari ranjang dan berganti naik kursi untuk mengambil lipstick di meja rias Prilly.

Dengan susah payah Alan berusaha menjangkau lipstick sang mama. Yang membuat suara decitan kursi malah membangunkan Alin.

"Abang napain?" Tanya Alin dengan suara parau khas orang bangun tidur.

Alan yang mendengar pertanyaan adiknya. Langsung menyuruh Alin diam agar sang papa tak terbangun. Setelah mendapatkan apa yang dia inginkan. Alan turun dan kembali menaiki ranjang. Tatapan jahil langsung tertuju pada sang papa yang masih tertidur dengan bibir yang setengah terbuka.

Alan pun melancarkan aksi jahilnya. Dan mulai mengoleskan lipstick ungu milik Prilly pada bibir Ali. Kikikan" kecil pun keluar dari bibir mungilnya. Saat sudah berhasil melukis wajah Ali dengan coretan abstrak di seluruh bagian wajahnya.

"Abang ihh.. kan katihan papa. Atu binanin mama noh.." Ucap Alin.

"Bianin, binannin kalau belani. Nihat deh, dee. Papa tantik ya?"

"Atu binanin mama."

"Dee, mau temana?"

"Binanin mama pokona. Bial abang dimanahin tama mama."

Alin pun meninggalkan Alan yang masih duduk disamping Ali. Sambil menopang dagunya Alan terlihat menantikan moment dimana Ali akan terbangun dengan lukisan abstrak di wajahnya. Dengan wajah tengilnya Alan bersusah payah membuat Ali terbangun. Namun, sepertinya hal itu takkan berhasil.

Sedangkan Alin yang baru saja menghampiri Prilly didapur. Mulai bergelayut manja sambil menenteng boneka jerapah ditangannya. Prilly yang menyadari Alin sudah bangun. Menyunggingkan senyum sambil mengangkat tubuh mungil Alin untuk duduk di kursi.

"Kok udah bangun, sayang? Papa sama abang juga udah bangun?" Tanya Prilly sambil merapikan rambut puteri kecilnya yang berantakan.

"Papa matih tidul tapi bang Nalan.."

"Kenapa sama abang?"

Belum sempat Alin menjelaskan apa yang dilakukan oleh Alan pada papanya. Suara teriakan Ali langsung memekakan telinga yang membuat Prilly terkejut dan meninggalkan Alin begitu saja untuk melihat apa yang terjadi kamarnya.

"Alannnnnn !!!!!"

"Bhhwaaaaahhhahahah.."

***Ali POV***

Astaga, apa sebenarnya yang digambar Alan diwajahku. Kenapa bisa penuh dengan lipstick seperti ini. Aku benar tak habis pikir kenapa Alan bisa menjahiliku. Padahal biasanya dia tak sejahil ini.

Aku menatap jagoan kecilku yang tengah tertawa ini dengan tatapan penuh amarah. Bukan takut dia malah semakin tertawa terbahak" yang membuatku ingin sekali mengembalikannya dalam perut istriku saat ini juga.

"Alan, kamu apain wajah papa?" Tanyaku sedikit geram.

"Nalan pinin menias papa bial tantik kayak mama."

"Ya tapi nggak gini juga, sayang."

Sesaat kemudian, aku mendengar pintu terbuka. Dan yah, benar saja aku melihat istriku masuk ke dalam kamar dengan wajah khawatirnya. Namun, setelah melihat keadaanku. Dia malah terlihat menyembunyikan tawa sambil menghampiriku.

"Cepet mandi deh, sayang. Wajahmu terlihat begitu lucu." Ucapnya sambil menahan tawanya.

"Ini ulah anakmu." Kesalku sambil beranjak dari tempat tidur untuk mengambil handuk.

Sesaat kemudian aku lihat dia duduk menghadap Alan sambil memegang kedua tangan Alan.

"Kok papa digituin, sayang?" Tanya Prilly lembut yang masih bisa aku dengar.

"Nagian papa tidul mulu." Sahut Alan dengan muka polosnya.

"Papa kan capek, sayang. Jadi wajar kalau papa masih tidur jam segini. Nggak boleh diulangin lagi ya?"

Alan mengangguk sambil mengecup pipi Prilly.

"Iya." Sahut Alan.

"Janji nggak boleh diulang lagi. Kan kasihan papa, sayang."

"Iya, tanji mama."

Saat melihat istriku bersikap lembut seperti ini. Rasanya aku tak ingin kemana" selain ingin selalu melihat cara dia menghadapi dua karakter berbeda dari anak"ku.

Setelah Alan keluar dari kamar. Prilly menghampiri ku sambil tersenyum. Tangan lembut yang selalu memanjakan aku dengan sapuan hangatnya. Kini terangkat untuk membersihkan wajahku.

"No marah atau ngambek2n, sayang. Alan masih kecil." Ucapnya.

"Aku tahu, hanya saja aku tak habis pikir bagaimana dia bisa sejahil itu."

"Sepertinya suami aku ini lupa kalau dia juga suka menjahili orang."

"Kapan, sayang? Nggak pernah."

"Yakin nggak pernah?"

"Iya lah."

"Udah cepet mandi,hari ini kamu ada promosi single ke radio2 kan?"

"Kamu tahu dari mana?"

"Tadi kak Dini yang sms aku."

"Oh kirain.. ngomong2 kamu nggak mau mandiin aku, sayang?"

"Yak !!"

Saat Prilly akan memukuliku tiba" saja suara Alan kembali terdengar. Dan yah, saat ini dia tengah berdiri diambang pintu sambil melipat tangannya didepan dada dengan wajah tengilnya.

"Mama, mandiin Nalan ata ya. Nalan utah bau ilel papa."

"Yak ! Alan, sejak kapan papa ileran kalau tidur?"

"Tejak, papa entak dimandiin mama. Utah mama ayo mandiin Nalan dan juga adee." Sambung Alan lagi kali ini dengan menarik tangan istri ku.

Andai Alan bukan anakku. Pasti dia sudah aku lipat jadi seratus saat ini juga. Sikapnya itu benar" membuatku kesal.

"Memang adee nunggu dimana, bang?" Tanya Prilly.

"Ada, adee atu jemul di taman tama boneka derapahna."

"Hah? Di jemur gimana?" Tanya Prilly panik.

"Tuh nihat, adee nagi berjemul kayak di pantai."

"Astaga, sayang. .."



***

Just budidayakan vote n comment ya SKIA_FRIENDS :):) semoga makin suka n tambah suka dengan cerita abal ini. :):) terima kasih :) :):)

Sayang.. Kita Ini Artis Season 2Where stories live. Discover now