dua

2.1K 138 2
                                    

Author POV

Matahari bersinar terang. Begitu kelas usai dengan pelajaran Biologi mereka, merekapun segera berhamburan ke glosarium. Pelajaran olahraga adalah pelajaran yang paling menjengkelkan bagi Rena apalagi kalau ia disuruh menjadi orang yang menghindar lemparan bola dari teman-temannya atau menjadi anggota dari team volly, ia benci volly lebih dari apapun.

Namun, keberuntungan tidak berpihak padanya. pengambilan nilai team Volly menjadi hal terburuk dalam seminggu ini, team yang kalah harus bersedia membersihkan Glosarium seusai pelajaran berakhir.

Dan, Rena mendesah berat begitu mendapati lawannya adalah Jurina.

--

Jurina's POV

Pelajaran olahraga dan volly adalah dua hal yang paling menyenangkan untukku. Aku suka volly sedari SD, aku juara nasional untuk lomba volly.

Teamku melawan team lain yang lumayan tangguh. Tapi tidak untuk gadis yang di ujung garis sana, dia terlihat bingung dengan apa yang harus ia perbuat. Ia juga terlihat tidak berkonsentrasi,

Ya, dia Rena. Gadis impianku. Aku menahan tawa melihatnya mencoba mengikuti pemain lain bersiap. Dia itu!

Priiit, bunyi peluit sudah dibunyikan. Pertanda bahwa babak pertama sudah dimulai. Sorakan teman-temanku memenuhi glosarium, meneriaki namaku dengan semangat. Aku memukul bola ke udara.

bola berhasil di tepis dan kesempatanku untuk mencetak angka terbuka. Dengan kuat ku hempaskan bola itu sembari melompat ke arah lawan dan

Bruk!!!

--

Rena POV

Kepalaku terasa sakit dan tubuhku sudah terkapar lemas di atas lantai. semua teamku berseru dan menghampiriku dengan wajah cemas, guruku juga sama. Mereka berteriak kalau hidungku mengeluarkan darah.

"Minggir, minggir! biar aku saja," ujar seorang gadis begitu ada yang ingin menggendongku ke UKS. Dia terlihat lebih cemas daripada yang lain,

Ia menggendongku lalu lari menuju UKS dengan kesusahan. nafasnya terengal-engal di jalan, "bertahanlah, Rena!" Pintanya dengan bergemetar namun semakin lama pandanganku kabur dan semua menjadi gelap gulita.

--

"Hei, apakah kau sudah sadar?" Suara itu samar-samar terdengar olehku. Mataku terbuka perlahan, mendapati Jurina di depan wajahku dengan sangat cemas.

"D-dimana aku?" Itulah satu-satunya yang dapat ku tanyakan pada Jurina. Jurina menghela nafasnya, "syukurlah. Aku pikir kamu kenapa-napa?"

Aku melihatnya dengan sangat lemas, sepertinya aku kehilangan banyak darah. Terlihat dari kaos olahragaku yang masih berlumuran darah dari hidungku.

Dia tersenyum, "kamu di UKS. Kamu tadi terkena bola yang ku lemparkan, maafkan aku. Karena aku kamu jadi begini,"

Sial. Kenapa dadaku terasa berdetak keras?

"Tidak masalah," ujarku dengan perlahan, "aku yang payah. Aku yang minta maaf"

"Tidak-tidak, semua salahku. Maafkanlah aku," ia mendesakku lembut. Aku tidak suka berdebat maka aku hanya mengangguk mengakhiri semua.

Dia berguman pelan, "namaku Jurina. Kamu pasti Rena, kan?"

Aku mengangguk. Kedua matanya terlihat sangat indah! "Kita sekelas," ujarku membuatnya terkekeh pelan. "I-iya juga ya," ia menggaruk kepalanya, linglung.

"Ba-bagaimana kondisimu?" Dia bertanya kemudia, "apa kamu ingin minum? Makan?"

"Minum saja," jawabku. Ia segera berlari menuju dispenser dan mengambilkan aku segelas air hangat dari sana. Ia membantuku duduk dan menengguk minuman itu.

"Terima kasih,"

"Sama-sama." Ia tersenyum, "kau istirahat saja.. kau masih belum pulih,"

"Baiklah," aku tersenyum, "terima kasih lagi"

--

Author POV

Jam menunjukan pukul 16.00 sore, waktunya sekolah dibubarkan. Rena yang masih lemas berjalan dengan sempoyongan menuju gerbang sekolah. hujan, tidak ada payung ataupun jas hujan yang ia bawa.

"Bisa kemalaman kalau aku tunggu hujan reda.." gumannya sembari bersender lemad di pilar, "tapi kalau aku paksakan, nanti aku tidak ada seragam cadangan"

"Huh, deras juga ya!" Seru Jurina yang muncul tiba-tiba di samping Rena. Rena sontak terkejut dan menoleh begitupula Jurina yang tersenyum lebar di sampingnya, "Hai!"

Rena menunduk, ia merasa pipinya memanas dan pasti merah. Jurina membuatnya tidak bisa konsentrasi untuk beristirahat di UKS malah, Jurinalah yang tertidur disebelahnya.

"Kau tidak bawa payung, kah?" Tanya Jurina dengan heran. Rena mengangguk pelan. Jurina diam beberapa saat lalu merogoh tasnya, ia mengeluarkan payung biru dari tasnya.

Dibuka di depan Rena dan dirinya. "Ayo!" Rena membuka matanya lebar, tidak percaya bahwa Jurina kini bersedia untuk menumpangkan payung untuknya.

"Ayo! Kenapa diam saja?" Sambung Jurina, ia menarik lengan Rena dan meneduhkannya dibawah payung miliknya. mereka berjalan berdua melewati hujan yang semakin deras menghantam mereka.

--

CRUSHINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang