Part 1

15.2K 194 2
                                    

Luna duduk di lantai dengan kepalanya berada di pangkuan seorang wanita tua yang duduk di kursi. Wanita yang sudah dia anggap sebagai ibunya itu bukanlah ibu kandungnya.

Beliau adalah kakak dari wanita yang telah melahirkannya sembilan belas tahun silam yaitu ibu kandungnya. Luna sangat menyayangi wanita bernama Dea itu.

Ibu Dea adalah satu-satunya wanita yang memberinya cinta dan kasih sayang dengan sepenuh hati dan tanpa pamrih. Beliau selalu ada untuk menjaga dan merawat Luna.

Luna yang sejak bayi dirawat olehnya pun dengan tulus mencintai Ibu Dea.

Luna belum pernah melihat dan tidak tahu dimana ibu kandungnya kini berada. Luna hanya mengetahui cerita tentang ibunya melalui Ibu Dea. Ibu Dea telah bercerita banyak tentang ibunya yang tidak bertanggungjawab itu.

Ibunya dulu adalah gadis yang sangat cantik. Banyak laki-laki yang memujanya. Tapi sayang kecantikan itu tak berarti karena sifat dan perilakunya yang buruk.

Ibunya terlibat pergaulan bebas yang membuat dirinya sendiri mengalami masa masa sulit. Karena kebodohan yang dia perbuat membuatnya mengandung Luna pada usia yang masih sangat muda, delapan belas tahun.

Dia dan keluarganya menanggung malu dan kesulitan karena tidak ada laki-laki yang mau mengakui anak dalam kandungannya. Dia juga tidak tau harus meminta pertanggungjawaban pada siapa karena dia melakukan hal intim itu tidak hanya pada satu laki-laki.

Akhirnya dia dan keluarga menjaga dan merawat janin itu. Setelah kelahiran Luna yang cantik itu, alih alih merawat Luna dengan baik, dia malah memberikan Luna pada kakaknya.

Dia bilang dia tidak mampu merawat anak itu dengan kondisi dia dan keluarga mereka yang berada di garis kemiskinan. Akhirnya dia pergi ke kota dan tidak pernah kembali lagi sampai saat ini.

Ibu Dea pun merawat dan membesarkan Luna hingga menjadi gadis cerdas dan cantik. Cantik luar dan dalamnya.

Luna mengangkat kepalanya dari pangkuan dan menatapnya. Ibu Dea mengelus kepala Luna dengan sangat lembut.

"Ibu sebenarnya mengijinkan kamu pergi, hanya saja ibu ini khawatir kalau terjadi sesuatu sama kamu, sayang" Ibu Dea menatap Luna dengan penuh cinta.

Luna tersenyum lalu menggeleng. "Ibu tenang saja. Luna yakin Luna bisa menemukan ibu kandug Luna. Dan Luna akan segera kembali pada ibu disini. Luna hanya ingin bertemu dengannya langsung"

Luna mencoba meyakinkan Ibu Dea dan mengatakan bahwa dia akan baik-baik saja. Luna ingin pergi ke kota. Entah kenapa hatinya tiba-tiba seakan memaksanya untuk menemui ibu kandungnya.

Luna mungkin hanya merasakan rasa penasaran yang tinggi. Tak heran karena memang sejak bayi dia tak bertemu dengan wanita itu. Setelah bertemu dengannya nanti Luna akan segera kembali kesini lagi.

"Ibu percaya pada Luna, bukan?" Luna menggenggam tangn Ibu Dea dengan erat. Ibu Dea memejamkan matanya dengan airmata menetes lalu mengangguk lemah.

Tak rela rasanya membiarkan Luna pergi keluar kota seorang diri. Tetapi apa daya, tidak ada yang bisa menemani Luna. Ibu Dea harus mengurus rumah dengan seorang anak laki-lakinya yang bekerja untuk kehidupan mereka.

Luna tersenyum lalu memeluk Ibu Dea dengan erat. Dia tak kuasa menahan airmatanya yang sudah memaksa untuk keluar. Dan malam ini adalah malam terakhir untuk mereka bisa berpelukan dengan erat sebelum Luna pergi keluar kota.

***

Luna turun dari kereta di sebuah stasiun di pusat kota. Perjalanan yang cukup lama itu membuat pinggangnya pegal karena duduk.

Luna melangkah keluar dari stasiun dan mencari tembat untuk beristirahat. Dia duduk di sebuah bangku di depan ruko-ruko kecil yang tertata rapi menempel di bangunan belakangnya.

Talking BodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang