Chapter 2

12.8K 285 6
                                    

" Ugh.. Kau ini sudah memaksa, tidak modal, sekarang nengataiku cerewet.." Ujarku tanpa memedulikannya.
"Ayolaaah Caroline aku minta nomermu agar aku bisa meminjam catatanmu. You know, Mr. Malik always asked a lot of question." Keluh Harry dengan wajah memelasnya yang menjijikan.
"Baiklah baik.. Aku akan memberikannya setelah kelas selesai keriting! Sekarang lebih baik kau diam atau aku akan menyumpal mulutmu itu dengan sepatuku."
"Ah kau baik sekali Caroline, aku jadi ingin menindihmu di kasurku."

APAA?!! Dia barusan bicara apa? Ah tuhan kenapa aku harus bertemu dengannya sepagi ini.
" Kau menjijikan Harry. Sekarang diamlah aku butuh konsentrasi." Perintahku padanya agar aku bisa memfokuskan pikiranku dengan ocehan Mr. Malik didepan sana.
"Ah bahkan dengan mendengar suaramu 'adikku' langsung menegang." Ujar Harry membuatku menoleh padanya dengan wajah terkejutku
"Kau gila Harry..." Pekikku tak percaya dengan ucapannya yang sangat menjijikan itu.
"Harry.. Caroline.. Kalian berdua keluar dari kelasku SEKARANG!" Teriak Mr. Malik padaku dan Harry membuat kami berdua langsung menoleh ke depan dan mendapati seluruh pasang mata melihat kami berdua dengan tatapan yang beraneka ragam. Aku yakin pasti mukaku memerah karena malu. Ini semua gara-gara lelaki keriting disebelahku. Oh Tuhan kenapa hidupku hari ini dial sekali.
"Tapi ini semua karena dia Mr. Malik. Aku mohon jangan keluarkan aku Mr. Malik." Pintaku agar ia merubah pikirannya untuk tidak mengeluarkanku dari kelas.
"Tidak ada tapi-tapian Caroline. Kau dan Harry keluarlah dari kelas ini sekarang atau kau ingin aku menggagalkan ujian akhirmu Mrs. Delevigne?" Tanyanya membuatku mengurungkan niat untuk mengelak lagi dan langsung memasukan alat tulisku kedalam tas.
"Aku akan menunggumu di kafetaria Madd." Ucapku pada Maddy yang memasang wajah murungnya padaku.
"Ya baiklah.." Jawabnya singkat.
****
Sesampainya diluar kelas, aku memutuskan langsung menuju ke kafetaria dan menunggu Maddy hingga jam pertama selesai. Nanun tiba-tiba seseorang menarik lenganku kearah area parkir. Dengan segala keberanian aku mengangkat kepalaku dan oh it's Harry. Apa yang dia inginkan lagi sih.
"Harry.. Lepaskan tanganku.." Pintaku padanya namun Harry tetap terus berjapan dan tidak merespon ucapanku.
"Hei dummy, apa kau tuli? Aku bilang LEPASKAN!!!" Teriakku sangat kencang sampai dia menoleh padaku. Untung saja kami sudah berada di area parkir, jadi suara ku yang memekakkan telinga itu tidak menganggu.
"Bisakah kau diam! Atau kau ingin kusetubuhi disini?" Perintahnya seraya mendorongku masuk ke mobilnya.
Setelah didalam mobil, ia langsung menyalakan mesin dan membawaku entah kemana. Aku yang sangat penasaran dengan perlakuannya pun angkat bicara.
"Harry kau ingin membawaku kemana sih? Aku mempunyai 4 kelas hari ini. Tolong kembalikan aku ke kampus sekarang." Pintaku dengan nada memohon. Oh. Kenapa suaraku seperti minta disetubuhi sih?!!
"Diamlah Caroline! Kau ini berisik sekali.. Kalau kau terus berbicara aku berjanji kau akan benar-benar kusetubuhi saat ini juga."
"APA?!!! You must be kidding me Harry! Turunkan aku disini kalo kau benar-benar ingin memperkosaku." Teriakku histeris. Dasar lelaki kertiting cabul. Tuhan kenapa kau mempertemukanku dengannya Tuhan.
"Hahahahahaha... Kau harus lihat betapa bodohnya mukamu Caroline... Hahahahaha kau bodoh sekali sungguh, dan kau membuatku benar benar ingin masuk kedalam celana dalammu." Tawa Harry meledak didepan mukaku dan baru kali ini aku melihatnya tertawa selepas itu. Harry terlihat tampan dengan dua dimples yang menghiasi wajahnya. Hei tunggu apa aku memujinya? Tidak tidak ingat Cara dia telah membuatmu keluar dari pelajaran hari ini.
"Sudah puas mengagumi wajahku, nona?" Tanya Harry membuatku memalingkan wajahku ke arah jendela.
"Aku tidak mengagumimu pervert." Decakku kesal tanpa melihat Harry.

Sepanjang jalan kami berdua hanya berdiam diri. Lebih tepatnya aku berusaha diam karena aku takut pria keriting ini mengeluarkan ocehan mesumnya lagi kepadaku. Mataku terasa lelah dan mengantuk karena terus-menerus berdiam seperti ini. Aku adalah typical gadis yang tidak bisa diam. Jadi kalau dipaksa diam aku akan mengantuk seperti sekarang ini.

Ketika mataku mulai sedikit terpejam, aku bisa merasakan bahwa Harry menghentikan mobilnya didepan sebuah rumah yang dapat ku asumsikan itu adalah sebuah frat house. Kenapa aku bisa berasumsi seperti itu? Karena terlihat dari betapa berantakannya pekarangan rumah ini. Spontan saja aku langsung duduk tegak dan meneriakinya.
"Hei tunggu, kenapa kita berhenti disini? Kau benar-benar tidak ingin memperkosaku kan Harry? Tolonglah kasihani aku." Rengekku pada Harry. Masa bodoh dengan tingkahku yang seperti anak berumur 5 tahun yang minta dibelikan balon oleh ayahnya.
"Turunlah.. Aku ingin kau membantuku." Jawab Harry tanpa melihatku dan langsung keluar dari mobilnya. Aku hanya bisa menghembuskan nafas dan berdoa semoga saja Tuhan masih berbaik hati padaku hari ini. Akupun turun dari mobilnya dan berlari mengejar Harry yang sudah lebih dulu berjalan kearah pintu frat tersebut.
"Harry apa yang akan kau lakukan padaku? Aku mohon jangan perkosa aku. Aku hanya seorang gadis biasa bahkan aku sama sekali tidak seksi." Ucapku sambil terus menunduk.
"Masuklah.. Aku tidak bisa berjanji padamu Caroline.. Ah kenapa sih namamu panjang sekali." Jawab Harry kesal. Ya aku akui namaku sangat sulit diucapkan itulah alasanku menjadikan Cara sebagai nama panggilanku.
"Panggil saja aku Cara jika nama itu menyusahkanmu." Gumamku walau aku yakin dia masih bisa mendengarnya.
"Itu jauh lebih baik.. Well, kau harus membantuku Cara." Ujar Harry sambil menarik tanganku menuju tangga.
***

HAYOOOO KIRA-KIRA HARRY MAU MINTA TOLONG APA YA???

Jangan lupa voments ya guys...
Vote
Vote
Vote
Comments

Salam sayang,

Harry's nipple :*

PERVERT|| H.STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang