The begining

64.4K 4.7K 31
                                    

Ashley terus saja memperhatikan jam tangannya. "Oh ayolah. Kenapa lama sekali sih busnya???" Ucapnya sambil menatap jalur bus yang kosong. Ia terlihat gelisah sampai ia merasakan seperti sesuatu ditarik darinya.

"Argh!" ia meringis memegang bagian sebelah kiri dadanya. Rasanya seperti ada seseorang yang juga ikut merasakan perasaannya.

Tapi setelah itu, Ashley merasa seperti bebannya sedikit terangkat. Ia menatap sekelilingnya, tapi tidak menemukan apapun yang aneh. Hanya seorang pria dengan tatapan mata yang begitu intens menatap dirinya. Sedikit merasa tidak nyaman, tapi itu semua buyar ketika ia melihat bus yang sedari tadi ditunggunya sudah terlihat dari kejauhan.

"Akhirnya. terima kasih Tuhan."

Setelah 20 menit perjalanan akhirnya ia sampai didepan sebuah rumah. Lebih tepatnya rumahnya sendiri, rumah ini megah dan terlihat nyaman. Tapi percayalah, kau akan merasa seperti berada didalam neraka jika berada didalam rumah ini.

Ashley menghela napas dan menguatkan hatinya, ia melangkahkan kedua kaki kecilnya masuk kedalam gerbang. Raven, security dirumah ini tersenyum tapi tidak terpungkiri ia menyimpan suatu kecemasan dalam hatinya.

Ashley memberikan sebuah senyum dan anggukan seolah mengatakan padanya bahwa ia akan baik-baik saja. Tapi gadis itu tahu, ia tidak akan baik-baik saja setelah ini.

Ashley menatap nanar sebuah mobil mewah didalam garasi, Mobil pemberian papa saat ulang tahunnya yang ke-19 tahun, dengan plat berinisial namanya sendiri.

"Wah, kau sudah berani terlambat pulang ya?!"

Ashley terkejut saat mendengar suara yang berteriak dengan lantangnya.

Ashley menunduk begitu menyadari siapa yang bicara, ia menggigit bibir bawahnya. "Maafkan aku ibu, busnya datang terlambat jadi.."

Belum Ashley menyelesaikan kata-katanya, wanita menor didepannya mengangkat telapak tangan kanannya tanda ia tidak mau mendengar penjelasan dari gadis itu.

"saya tidak menerima alasan apapun. Untuk kali ini kamu saya maafkan. Tapi tidak dengan lain kali. Sekarang pergilah kedapur dan cuci semua piring kotor itu!!" Sentaknya. Tanpa mengatakan apapun lagi Ashley segera melangkah masuk.

Ibu Christina adalah ibu tiri Ashley. Ia menikah dengan David, ayah Ashley sekitar 5 tahun lalu. Dulu, ia wanita yang sangat baik. Dan Elisha, Putri Christina itu juga begitu baik pada Ashley. Tapi pada saat David meninggal 4 tahun lalu, perangai mereka berubah. Mereka mulai memerintah Ashley dengan seenaknya. Dirumahnya sendiri, Ashley dianggap sebagai pelayan.

Ashley menerima semua ini dengan ikhlas, karena ia yakin suatu hari nanti akan ada pangeran yang menyelamatkannya, membebaskannya dari semua ini, iya..

Seperti Cinderella. Ashley percaya itu.

Ashley melangkah kearah dapur dan tersenyum masam melihat betapa banyaknya piring yang menumpuk dibak pencucian piring. Ashley menggeleng pelan, kemudian mulai memakai celemek dan sarung tangan.

Dirumah sebesar ini, hanya ia dan seorang pelayan perempuan yang bekerja untuk membersihkan semuanya. Dari kamar-kamar, ruang tamu, ruang keluarga Ashley yang membersihkannya.

Ibu Christina dan Elisha juga membantu..

Mereka membantu mengacaukan semua yang sudah gadis itu kerjakan.

Terkadang, ada saat dimana Ashley hanya ingin lari saja dari semua ini. Ia bukan robot yang tidak bisa lelah, apa dirinya tidak butuh istirahat? Setelah tadi pagi dengan seenaknya mereka menyiram Ashley dengan air dan menyuruhnya untuk pergi ke makam David hanya untuk sekedar memastikan bahwa tidak ada kolega atau klien bisnis ayahnya yang datang melayat.

Ashley membetulkan letak kacamata besarnya.

Ia harus kuat. Ayahnya bilang, dirinya bukanlah wanita yang gampangan. Gampang menyerah dan putus asa.

Ashley membersihkan sisa-sisa bekas mencuci piring kemudian mencuci tangannya sendiri. Ia berbalik menghadap kaca yang memang sengaja dipasang didekat dapur dan ruang makan.

Sekilas ia tersenyum melihat pantulan dirinya. ia merasa seperti ayahnya berdiri dibelakangnya seperti 4 tahun lalu, sebelum semua ini terjadi.

Ashley melihat bayangan David mengangguk sambil tersenyum, ia semakin melebarkan senyumnya.

"Namaku Ashley, aku kuat. Aku cantik, aku pintar, aku baik, aku tidak mudah menyerah, apapun masalah yang ada dihadapanku akan kuhadapi dengan semangat yang membara!" Ucapnya,

Itulah kata-kata yang diajarkan oleh David sedari Ashley kecil, ayahnya bilang kata-kata itu adalah mantra.

"Ucapkan mantra ini setiap kali kamu merasa kecil dan tidak berdaya oke? Pasti setelah mengatakan mantra ini, kamu kembali bersemangat!" ucap David.

"Iya papa, Ash akan selalu mengingatnya." balas sambil tersenyum lebar.

Gadis berkacamata itu menatap cahaya yang menelisik masuk melalui celah jendela dapur.

"Terimakasih, papa."

My Nerd mate (DITERBITKAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang