"Hmm, wanginya harum sekali.." ucapku sambil mengendus-enduskan hidungku ke arah telur dadar yang masih mengepul itu.

"Tidak ada makanan lain, dikulkasmu hanya ada telur. Jadi aku hanya bisa memasak ini," jawab Keyla sambil duduk di samping. Kami seperti sepasang suami istri kan?

"Tapi ini apa? Bawang dan cabai?" tunjukku. Omelette atau telur dadar ini sedikit berbeda dengan masakan Mama.

"Iya, aku iris kecil-kecil untuk tambahan saja. Kalau hanya telur kan tidak enak, Vin." ucapnya seraya meniup-niup telur dadar di depannya.

Aku tercengang, "Aku tidak ingat kalau di dalam kulkasku ada bawang dan cabai."

"Itulah pria, hal sepele saja bisa lupa," balasnya. Setelah itu terdengar bunyi pelan dari lampu magic jar di dekat pantry. Kenapa aku bisa mendengarnya, ya lagi-lagi karena telingaku ini sangat peka.

"Wahh nasinya sudah hangat!" seru Keyla. Dia berjalan mendekati benda itu dan membuka tutupnya, seketika asap mengepul pun keluar dari dalam sana. Setelah itu, ia kembali duduk di sampingku sambil membawa sepiring nasi untuk kami berdua.

Itu kan nasi yang ku masak tadi malam sebelum Keyla sadar dari pingsan.

"Sayang, kamu makan nasi juga?" tanyaku kaget. Sudah kuduga, dia bukan asli orang barat. Apalagi waktu itu dia keceplosan bicara bahasa Indonesia saat kami berada di mobil.

Keyla melihatku dengan kedua alisnya yang terangkat, dia terlihat bingung dengan pertanyaanku tetapi setelah itu bibirnya mulai bergerak.

"Iya dong. Aku makan nasi dari kecil sampe gede, jadi kebiasaan. Aku juga tahu kok, kamu orang Indonesia juga kan?" tembaknya langsung. Aku sontak terkejut, darimana dia tahu?

Keyla tiba-tiba tertawa, "Biasa aja ekspresimu itu. Hahah, harusnya tadi kupotret wajahmu, Melvin." ujarnya sambil terus tertawa lepas. Perlu diketahui, sekarang dia bicara dengan bahasa Indonesia. Bahasa gaulnya lagi. Untung saja aku mengerti.

Lihat dia tertawa, aku pun ikut tertawa juga. Tawanya renyah dan lucu. Dengan usil, aku memasukkan sedikit telur dadar pedas itu ke dalam mulutnya. Mata Keyla membulat besar dan seketika mukanya memerah.

Keyla cepat-cepat meneguk air putih yang di samping piringnya itu.

"Pedes gilak, Melvin! Arghh sialan!!" protesnya. Aku pun tertawa lepas melihat wajahnya yang cemberut itu.

"Makanya jangan tertawakan aku sayang. Hahahah." Aku tertawa lagi. Keyla terus cemberut lalu makan santapannya itu tanpa melihat ke arahku. Dia merajuk sepertinya.

"Jangan merajuk dong sayang.." usilku sambil mencubit pipi gembulnya.

"Sayang-sayang kepalamu peyang Vin!" ujarnya membuatku kembali tertawa. Darimana dia bisa berkata bahasa Indonesia begitu fasih?

Keyla tak berbicara lagi, dia makan dengan khidmat. Sedikit demi sedikit aku memakan telur dadar buatan gadis cantik di depanku ini. Wow, ini tidak bohong. Pedas sekali!! Arghhh, cepat-cepat aku meminum air putih sebanyak-banyaknya sampai pedas dimulutku hilang.

"Pedes banget ya Vin?" tanya Keyla polos. Aku mengangguk. Ini pedas tapi enak. Bikin ketagihan, sama seperti darah manisnya.

"Keyla, kau orang Indonesia?" tanyaku. Walaupun Papa sering melarangku bicara saat makan tetapi aku tidak bisa menuruti aturan itu karena kecuali Kelvin, kami semua hobby bicara saat makan.

"Bukan, hanya ibuku yang orang Indonesia." Jawab Keyla. "Kau juga kan? Bicaramu lancar banget dan wajahmu juga Indo," lanjutnya.

"Ibuku juga orang Indonesia Key. Dan kalau kami dirumah, kami selalu bicara dengan bahasa Indonesia," terangku dan Keyla hanya menganggukkan kepalanya. "Key, kenapa kau begitu fasih bicara bahasa Indonesia?" tanyaku balik.

My Bad Girl (Melvin D. Franklin)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora