1

29.9K 605 24
                                    

Aku berdiri mencoba memantapkan kaki di depan gedung Ardhani Group. Semilir angin berhembus pelan menyibak rambut cokelat gelapku yang terurai bergelombang, membuatku sesekali harus menaikkan tangan untuk menyelipkan kembali rambut kebelakang telinga. Cuaca di ibukota pagi ini cukup cerah hingga sinar matahari terasa menyenangkan menghangatkan kulitku.

Tarik nafas... hembuskan...

Orang-orang berkata bahwa gugup dapat diatasi dengan menarik nafas yang dalam berulang kali, dan saat ini aku sedang mempraktikannya untuk menghalau rasa gugup yang mulai datang tiba-tiba. Jam kerja yang sudah dekat membuat para pegawai Ardhani Group mulai terlihat ramai memasuki pintu masuk yang hanya berjarak beberapa meter dari tempatku berdiri.

Ini memang hari pertamaku.

Astaga, apakah aku sepercaya diri itu? Bukankah belum tentu aku bisa diterima disini, di sebuah perusahaan besar dengan jumlah karyawan yang bukan cuma banyak, tapi banyak sekali.

Dengan sedikit modal kepercayaan diri itulah aku memasuki kantor ini dan menatap lurus pada meja resepsionis yang ada di lobi. Beberapa orang yang melihatku menampakkan ekspresi yang... entahlah, aku tidak bisa mendeskripsikannya. Mungkin memang seperti itulah reaksi mereka jika melihat orang baru.

"Selamat pagi." Aku menyapa seorang wanita muda yang mungkin sebaya denganku di balik meja resepsionis. Seorang wanita yang sepertinya lebih senior di sebelahnya terlihat fokus mendengarkan apapun yang dikatakan orang di seberang telpon yang digenggamnya. Kepalanya terlihat sesekali mengangguk.

"Selamat pagi juga. Ada yang bisa saya bantu, mbak?" Wanita tadi yang kuketahui bernama Dara dari id card yang tergantung pada leher jenjangnya menanyakan dengan senyum simpul di bibirnya.

"Saya datang untuk melamar pekerjaan disi--" kata-kataku terputus karena dengan tiba-tiba wanita senior tadi mencengkram pergelangan tangan Dara. Bukan hanya itu,  mata hitamnya yang lurus menatapku-lah yang membuatku terdiam. Ia memberikan fokus padaku sepenuhnya setelah melepaskan genggamannya pada tangan Dara.

"Kebetulan sekali sudah ada yang datang, saya yakin anda pasti suka." Ia masih menjawab telepon namun matanya menelitiku dari atas hingga ke bawah. Kening Dara terlihat mengkerut, menunjukkan kebingungannya yang ditujukan pada seniornya itu. Hal yang sama kulakukan, ditambah rasa risih karena matanya masih terlihat menilai.

Kulihat ia mengembalikan gagang telpon ke tempatnya dan senyumnya langsung mengembang ke arahku.

Apakah aku suatu kemenangan lottere baginya?

"Kamu bisa memanggil saya Sona," ucapnya sambil mengulurkan tangannya. Aku tak membiarkannya lama bergantung di udara. Dengan senyum cerah yang mungkin terlihat aneh karena rasa heranku, kusebutkan namaku sambil menjabat tangannya.

"Silahkan ikuti saya untuk melakukan interview," ucapnya masih dengan nada senang. Kuikuti langkahnya memutari meja resepsionis sementara Dara mengalihkan perhatian dan mulai memfokuskan diri ke telpon yang beberapa saat lalu berdering.

Aku mengekor patuh saat Sona telah sampai disampingku. Kupikir kami akan memasuki lift yang terlihat sedang banyak antrian saat ku sadari kami melewatinya. Sona berbelok ke arah lorong di sebelah kanan di mana lift lainnya berada. Aku mengernyit bingung. Apakah ini lift khusus?

"Jika kamu bertanya-tanya apakah ini lift khusus, jawabannya iya," Sona memecah keheningan sejenak. Ia berhenti dan berbalik sepenuhnya padaku yang berada di belakangnya setelah menekan tombol lift. Senyumnya masih mengembang di sana.

"Sebenarnya aku tidak biasa menggunakan lift ini, tapi ku pikir tidak ada salahnya jika memakainya denganmu. Kau akan selalu menggunakan lift ini nantinya. Selain itu mungkin bukan hal yang bijak untuk membawamu pada beberapa mata lapar di sana." Pandangan Sona melewati bahuku untuk melihat ke arah kerumunan orang di lift yang sebelumnya kami lewati tadi. Ia tertawa kecil melihat reaksi ku yang langsung membalikkan pandanganku ke arah Sona. Beberapa orang di sana menatap ku tanpa malu-malu, bahkan ada laki-laki yang baru saja kulihat mengedipkan matanya. Astaga! Apa aku sedang memasuki kandang buaya?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 01, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I'm Your Bossy SecretaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang