01.

73 7 2
                                    

Kenangan itu masih tertata rapih dalam ingatanku. Bagaimana saat ia memberiku kata kata manisnya setiap pagi, yang membuatku selalu bersemangat. Senyumnya yang manis, yang selalu membuat jantung ini seolah akan melompat keluar dari tempatnya. Sungguh aku merindukannya, tatapannya, senyumannya, dan kata kata manisnya yang sampai saat ini masih ku simpan rapi didalam hati ini.

Brukk!!

Denis yang kemudian membanting buku dihadapanku, sontak membuatku tersadar dari lamunanku tadi.

"Lo ngelamun lagi hel?" Tanya denis dengan mengangkat salah satu alis tebalnya.

"Engga ko.." bualku kepadanya, kalau denis tahu aku masih melamunkan andi, pasti dia akan memberikan aku sarapan pagi dengan omelannya itu.

"Bohong! Aku dari tadi ngeliatin kamu tauk! Kenapa sih? Andi lagi?" tebaknya yang hampir membuatku salah tingkah.

"Ah.. apaan si. Udah ah aku laper. Kekantin yuk."

"o. iya, tadi dirumah aku juga belum sempat sarapan."

Baguslah kalau dia tidak curiga dengan ajakanku tadi. Huh.

♥♥♥

Bel pulang sekolahpun akhirnya berbunyi, hal yang sudah dari tadi aku tunggu tunggu. Karena pelajaran terakhir hari ini sungguh membuat kepalaku hampir pecah. Soal soal matematika yang selalu membuatku vertigo ini selalu menjadi monsterku setiap hari kamis. Kurapihkan bukuku yang sedari tadi berserakan diatas meja, setelah semua tertata rapih didalam tas, akupun segera mengenakan cardigan hitam kesayanganku ini.

Kulangkahkan kakiku menuju keluar kelas, hampir saja aku akan berlari untuk kembali ketempat dudukku lagi karena kudapati andi yang sedang duduk di bangku pinggir lapangan dan tiba tiba saja menoleh kearahku. Kakiku yang tiba tiba terasa lemas ini menjadi sulit untuk kugerakkan. Terlihat andi yang tiba tiba saja melemparkan senyum manisnya kepadaku. Senyumnya yang membuatku kembali merasa vertigo.

"Lo gapapa hel?" tegur denis yang tiba tiba muncul dari belakang dan hampir saja membuat jantungku copot.

"Eng... Nggapapa kok nis."

"Kok lo kaget gitu si?" tanyanya heran yang melihatku seperti melihat hantu.

"Nggapapa kok."

Denis pun mendongakkan kepala, dan tatapannya kini mengarah ke arah yang barusan aku lihat.

"Ooohh... pantesan. Si andi toh? Ngapain si kamu masih liatin dia gitu? Gainget dulu andi kaya gimanain kamu?"

"Iya inget." Jawabku singkat, aku hanyak tak ingin kembali berdebat karena andi. "Udah yuk pulang aja." Akupun langsung menarik denis yang sedari tadi masih merasa kesal karena sikapku tadi.

♥♥♥

Apa arti dari senyuman andi kemarin? Itu senyum yang dulu pernah aku temui saat kami masih bersama. Apa mungkin dia masih memilki perasaan yang sama denganku? Atau ini hanya perasaanku saja?. Gumamku dalam hati.

Sejak kejadian itu aku makin gelisah, makin susah tidur. Senyuman itu, senyuman yang dulu pernah membuat hati ini merasa aman, teduh, dan hangat. Senyum yang dulu membuatku candu. Mungkin itu hanya perasaanku saja. Dan mungkin juga dia tersenyum kepada orang lain. Tapi kepada siapa? Tidak ada oranglain selain aku waktu itu.

Entahlah, mungkin karena akhir akhir ini aku yang sering memikirkannya. Ku tengguk kembali teh hangatku. Hari minggu ini membuatku betah bermalas malasan dirumah. Duduk diteras dengan segelas teh hangat membuatku merasa lebih hangat dengan cuaca dingin pagi ini.

Ternyata Salah SangkaWhere stories live. Discover now