[0] - Prolog

16 1 0
                                    

Pada zaman dahulu kala, tinggalah seorang gadis kecil yang kesepian. Gadis kecil tersebut, menggunakan gaun putih serta rambutnya yang panjang. Orang tua dari gadis kecil tersebut, membencinya hingga ia dibuang ke sebuah hutan yang sangat menyeramkan. Fakta pun berkata, hutan tersebut terdapat makhluk Mitologi.

Gadis kecil tersebut, kemudian berjalan menyusuri hutan tersebut. Hutan yang sangat lebat. Gadis kecil itu, awalnya ingin menangis sekeras mungkin hingga ada orang yang menolongnya. Namun, hutan yang sangat lebat serta menyeramkan ini, jauh dari penduduk. Tidak ada satupun orang yang tinggal dekat hutan ini. Siapapun yang tinggal di hutan tersebut, nyawanya akan terancam.

Tetapi, apa yang bisa dilakukan gadis kecil tersebut? Dia masih saja terus berjalan menyusuri hutan tanpa tujuan. Hingga akhirnya, ia bertemu seekor hewan raksasa. Bentuknya seperti ular. Dan itu adalah,

Basilisk.

Untungnya, gadis kecil itu pernah belajar tentang makhluk Mitologi-Mitologi. Sehingga, ia langsung menutup matanya. Namun, ia lupa bahwa ia akan menjadi patung bila ia melihatnya secara tidak langsung.

Dan, benar saja. Gadis kecil itu menjadi patung dalam keadaan tangannya menutup matanya.

Seseorang melihat kejadian itu, langsung ia mengambil sebuah tanaman dari tasnya. Itu adalah tanaman Mandrake yang bisa menyembuhkannya. Untung saja gadis kecil itu tidak melihat langsung mata Basilisk. Jika gadis kecil itu melihat, maka ia akan meninggal.

"Astaga... Aku tidak percaya ada seorang gadis kecil disini," ucap seseorang yang mencoba menolong gadis kecil itu. Tampaknya, itu adalah seorang kakek-kakek tua. Namun anehnya, kakek tua tersebut tidak terkena efek Basilisk.

Gadis kecil itu terselamatkan. Ia kembali bisa bergerak seperti semula. Tetapi, kakek tersebut menahan tangannya agar matanya tidak melihat Basilisk lagi. "Nak, teruslah tutup matamu. Basilisk masih ada didepanmu." Bisik kakek itu pelan.

Gadis kecil yang hampir menjadi korban Basilisk tadi, mengangguk. Ia menggigit bawah bibirnya dengan ketakutan. Tangannya mengepal dengan kuat. Ia takut yang tadi akan terjadi kembali.

"Hei, makhluk sialan! Sudah kukatakan bahwa kau harus tetap tinggal di gua-mu!" Bentak kakek itu dengan gagah berani pada monster dihadapannya. Basilisk, akhirnya membuka matanya.

Kakek itu masih saja hidup. Seharusnya, kakek itu meninggal. Atau, sejak awal menyelamatkan gadis tersebut, ia sudah menjadi patung.

"Lalu, apakah aku harus terus mengikuti perkataanmu, kakek tua?" Balas sang Basilisk dengan suara berat. Namun, mulutnya tidak terbuka.

Sang gadis kecil tersebut, semakin ketakutan. Ia akhirnya bersembunyi di balik punggung kakek tua tadi. "Aku sangat ketakutan... Tolong..."

Kakek itu, membelai gadis tersebut dengan pelan. "Nak, tenang, disini ada kakek tua yang akan melindunginu." Hibur sang kakek tersebut.

"Juga, menyerahkan Basilisk dan Phoenix padamu," sambung kakek tersebut. Mendengar perkataan kakek tua itu, Basilisk akhirnya bangkit serta menampakan wajah murka.

"Apa maksudmu?! Kau akan menyerahkanku pada bocah tersebut? Sudah berapa kali keturunanmu menyerahkan aku dan si burung merah api itu?!" Basilisk membentak. Lalu kakek itu, membalas dengan perkataan diam saja.

Basilisk tiba-tiba tidak bisa bergerak. "Keparat! Apa yang kau lakukan padaku!"

Kakek itu menjawab dengan suara datar, "Sudah kukatakan sebelumnya. Janganlah membantah pada pemilikmu. Kau masih dikuasai, Ain."

Tiba-tiba, ada sebuah suara kepakan sayap yang berasal dari atas. Itu bukanlah hewan biasa. Itu juga bukan burung biasa. Melainkan, makhluk Mitologi lainnya. Warna bulunya yang merah dan kuning, serta api disekitar tubuhnya. Itulah Phoenix. Phoenix dikabarkan bisa menyembuhkan racun yang diberikan oleh Basilisk. Itu berasal dari air mata Phoenix.

ShaaWhere stories live. Discover now