PART 1 (KAK RENDY)

24.2K 783 11
                                    

Hello teman teman, jumpa lagi nih sama aku dan cerita gejeku..sorry ya guys dah lama gak update soalnya aku lagi buanyak tugas sekolah ... yasudah gak usah banyak basa basi lagi nnti keburu basi lagi wkwkwk ..langsung aja baca cerita abal abal ku ini CEK IT OUT..oh ya gambar di atas itu adalah Tia dan Rendy... siapa ya Rendy ? yaudah daripada penasaran langsung aja dibaca ..

~AUTHOR POV~

Di sudut gang kecil dengan hanya diterangi rembulan malam,tampak beberapa orang sedang menunggu.

Datanglah seorang lelaki dewasa berperawakan tampan sambil membawa sesuatu di genggaman tangannya.

" Ini dia barangnya ,bro "kata lelaki itu dan disambut dengan wajah gembira oleh beberapa lelaki lainnya.

" Oke, berapaan ni ,Ren?" tanya salah seorang lelaki berpenampilan kacau sambil mengambil alih barang itu.

" Seperti yang sudah disepakati semuanya dua juta" kata lelaki yang diketahui namanya adalah Rendy.

"Ni uangnya. Kalo ada barang lagi kasih tau kita kita ya" kata lelaki lainnya sambil mulai membuka bungkus barang tersebut"

RENDY POV

Setelah melakukan transaksi barang haram di sudut gang kecil tadi, aku pun segera beranjak pulang ke rumah.
Ditengah perjalanan aku membeli dua bungkus makanan karena pasti seseorang sedang menunggu ku di rumah.

Sampailah aku di depan rumah kontrakan yang tidak terlalu besar. Ya benar aku sudah tinggal di rumah kontrakan ini hampir lima tahun. Sepuluh tahun sebelumnya kami habiskan tinggal di rumah kontrakan juga namun tidak di daerah sini.

Kami berpindah pindah kontrakan karena sewaktu itu kami tidak mampu membayar uang perbulannya. Itulah sebabnya rumah kontrakan ini adalah rumah kontrakan terlama yang pernah kami tempati.

" Tiaaa" panggilku ketika aku telah berada di ruang tengah.

" Bentar Kak, Tia lagi buatin minum" terdengar suara seseorang yang membuat hatiku bahagia.

"Ayo cepetan, kakak bawain kamu makan malam nih" kataku seraya bahagia.

Datanglah seorang gadis sambil membawakan secangkir kopi panas kesukaanku ditangan kanannya sedang tangannya yang lain memegang sesuatu yang selalu dia bawa kemanapun.

Meskipun mengenakan pakaian seadanya yaitu kaus putih dipasangkan dengan rok selutut berwarna biru, namun tetap terdapat kesan cantik alami dari dalam dirinya.

Terdengar suara ketukan ketukan yang teratur di lantai akibat alat tersebut. Sudut bibirku semakin tertarik melihat dirinya yang hampir menuju kepadaku. Kubantu dia meletakkan minuman itu di meja dan kembali mendudukkannya di sofa yang tidak terlalu mewah ini.

" Kak, Kakak pasti lelah ya kerja seharian?" kata adik semata wayangku ini. Tiba tiba tangannya sudah berada di punggunggu untuk segera dia kusuk.

" Gak kok , kakak baik baik saja" kataku berusaha mengelak dan menariknya kembali untuk duduk di sofa. Namun kali ini aku duduk menghadap dirinya.

Kulihat kedua mata itu lagi dan lagi, namun yang sedang diperhatikan sama sekali tidak tahu bahwa setiap inci wajahnya sedang di teliti oleh seseorang saat ini. Tanpa ku sadari airmata sukses jatuh dari mataku seolah telah mewakili perasaanku saat ini.

Maafkan kakak Tia kataku dalam hati. Kakak telah berbohong padamu mengatakan bahwa kakak sedang bekerja di sebuah perusahaan sebagai karyawan biasa. Nyatanya kakak hanyalah seorang pengedar yang kapan saja bisa diketahui oleh siapapun dan mungkin kalau tidak berhati hati akan berakhir di penjara.

" Kak, kakak kok diam" katanya sambil mencoba meraih dan meraba wajahku.

" Kok basah kak, Kakak nangis ya?"katanya sambil meraba wajahku dengan jemari mungilnya dan meyakinkan bahwa itu benar benar air mata yang jatuh dari mataku.

"Memangnya Tia ada salah sama kakak. Maafkan Tia ya kak" Katanya lagi sambil mencari kemudian meraih tangan kanan ku dan mulai mengecupnya"

Apa apaaan aku ini, aku yang salah, kok malah adikku yang minta maaf. Aku langsung meraih tubuhnya yang mungil ke pelukanku.Ku kecup dahinya lama, lalu berpindah mengecup rambutnya yang harum.

Aku sangat menyayangi adikku, lebih dari aku menyayangi diriku sendiri. Segala yang aku lakukan hanya untuknya. Ini aku lakukan hanya untuk dia. Tidak ada di dunia ini yang paling penting selain dirinya.

Apalagi setelah kejadian itu. Kecelakaan yang menimpa kedua orang tua kami. Mau tidak mau perusahaan papa bangkrut dalam sekejap. Karena tidak ada yang menanganinya mengingaat usiaku kala itu masih kecil.

Mulai dari situlah kami hidup berdua saja. Pada saat itu usiaku tiga belas tahun sedang adikku Tia berusia delapan tahun. Maka dari itu aku bekerja mati matian untuk biaya hidup kami berdua sedangkan sanak saudara kami lebih memilih pergi dan pura pura tidak tahu dengan keadaan kami saat itu dikarenakan ayahku meninggalkan hutang yang dapat dibilang cukup besar.

Kuperhatikan lagi kedua mata lembut itu, hatiku bertambah sakit melihat kedua benda tersebut yang tidak berfungsi lagi sebagaimana mestinya. Akibat kecelakaan itulah keadaanya seperti ini. Sebelum pelukannku terlepas, ku kecup singkat pipi mulusnya.

" kakak beneran baik baik saja kan?" katanya dengan lembut dengan pandangan mata yang bukan tertuju padaku.

" iya, kakak baik baik saja loh, sayang. Kakak cuma rindu saja padamu." kataku mencoba meyakinkannya.

" okedeh kak" katanya dengan senyuman mengembang kemudian memeluku lagi.

Mau tidak mau senyuman juga terukir di bibirku dan menyambut pelukan hangat darinya.

"kak? " katanya tiba tiba.

"Hemmm..." sahutku hanya dengan gumaman sambil mengelus punggungnya yang berada dalam pelukanku.

" besok Tia ikut kakak kerja ya" katanya dengan wajah ketakutan sambil menyurukkan wajahnya ke dada bidangku.

Ya Tuhan ada apa dengan adikku ini, kenapa dia sangat ketakutan. Kurasakan tubuhnya yang bergetar dalam pelukanku.

" Apa ada yang masuk diam diam kerumah kita dan kau mendengarnya?" kataku khawatir dengan keadaanya mengingat dirinya yang hanya bisa melihat kegelapan.

"nggak kok kak. Hanya saja tadi siang ada polisi yang datang ke rumah kita " katanya langsung sambil mengeratkan pelukannya dengan cara menarik kemeja yang kukenakan.

Ya ampun bagaimana ini, apa mereka sedang mencariku? Bagaimana kalau memang benar begitu. Hanya satu yang aku pikirkan saat ini. Jika aku di penjara, siapa yang akan menjaga adikku nanti? Tidak mungkin aku menitipkannya pada salah satu teman temanku yang mayoritasnya adalah preman. Segala macam pikiran buruk terus berputar putar di benakku.

"kakak? Boleh ya aku ikut?" katanya berusaha membujukku.

" Tia adik kakak yang cantik, kamu dirumah aja ya sayang, Katanya gak mau ngerepotin kakak" kataku mencari alasan.

"yaudah deh kak kalo kakak gak mau" katanya dengan suara yang tetap lembut dan ku pastikan raut wajah sedang sedih saat ini.

Maafkan kakak ya sayang. Kakak janji kakak akan ngelindungi kamu. Bagaimana pun caranya akan kakak lakukan.

Kuraba kantong celanaku mencoba mencari sesuatu. Setelah dapat, langsung ku hubungi seseorang.

Tolong vote dan commentnya ya pliss

DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang