Bab. 1

9.8K 682 53
                                    

GERALDO POV.

Begitu mendengar suara pintu pagar terbuka, aku langsung meninggalkan PS yang sedang aku mainkan begitu saja tanpa sempat menpausenya. Dengan secepat kilat aku berlari ke pintu masuk, aku langsung tersenyum sumringah melihat sesosok malaikat pujaan hatiku, Takutoku tercinta.

"Takuto selamat datang!!" Seruku menyambut kepulangan calon suami masa depanku masih sambil berlari menghampirinya, tanpa basa-basi lagi aku langsung saja memeluknya.

Tapi sebelum Takuto berhasil aku peluk, kekasih hatiku itu sudah mengelak dengan cepatnya membuat aku jadi memeluk salah satu bodyguardnya yang berdiri di belakang Takuto tadi, dengan santainya.. calon suamiku itu merapikan setelan jasnya seraya bertanya padaku.

"Greg? Lama tidak berjumpa dik, kapan adik pulang?" Tanya Takuto datar.

Apa!? Adik!? NOOOO!! Kami bukan saudara!! Aku tidak mau dipanggil adik oleh Takutoku tercinta.

"Tadi pagi dan jangan memanggilku adik! Panggil Greg seperti dulu, sebelum Dean mengirimku ketempat Sir Juan.." Protesku setelah menjawab pertanyaan Takuto.

Takuto hanya menatap datar, lalu berkata "Kita ini bersaudara bukan? Saya kira lebih nyaman bila anda memanggil saya kakak dan saya memanggil anda adik" dengan nada bicara kelewat formal pula..

"Ngak!! Pokoknya panggil Greg, sayang, honey, darling, atau baby juga boleh, tapi tidak ada istilah kakak-adik diantara kita!" Bantahku cepat.

Kini kami berada di posisi saling berhadapan di depan pintu, mataku terus menatap tajam ke wajah putih mulus itu, setelah 3 tahun tidak bertemu, ternyata sekarang tinggi badanku sudah melebihi tinggi badan Takuto, kekasihku itu terpaksa harus mendongkakan kepalanya agar mata kami bisa bertemu pandang. Tingginya hanya sampai sebahuku, kami bisa menjadi pasangan yang sempurna.

"Anda membenci saya dik? Itukah sebabnya anda tidak berkenan mengakui saya sebagai kakak anda?" Deg! Pertanyaan bodoh apa itu cintaku!? No!! Takuto tersayangku salah paham.

Dengan cepat aku mengelengkan kepalaku "Tidak.. tidak.. tidak.. aku sangat sayang padamu Takuto!!" Jawabku cepat seraya kembali berusaha memeluknya.

Tapi sekali lagi Takuto tercintaku mengelak, ia mendorong bahuku agar badan kami tidak bisa menempel.. Takuto, teganya kamu padaku.. ditambah lagi dengan ucapan dinginnya.

"Jika demikan tidak masalah jika kita mempererat hubungan persaudaraan kita bukan?" Hilang sudah kesabaranku. Kami bukan saudara!!

"Tidak!! Aku mencintaimu Takuto!! Aku tidak mau menjadi adikmu!!" Protesku, tanpa sadar aku menyatakan cintaku.

Deg! Aku yang terkejut dengan ucapanku sendiri, terdiam cukup lama, lalu kemudian menatap kearah Takuto yang juga terkejut? Hmmm.. atau mungkin tidak. Wajahnya masih datar dan dingin, secepat kilat Takuto my sweet heart menolak cintaku.

"Maafkan saya, namun saya sama sekali tidak mencintai anda Greg, jika anda tidak berkenan saya panggil adik.. maka saya tidak keberatan memanggil anda Greg seperti dulu. Akan tetapi untuk hubungan asmara yang lebih dalam, saya tolak." Kata Takuto dingin, datar dan sopan.

"Takuto.." Panggilku lirih saking shocknya, tapi Takuto tetap melangkah pergi meninggalkan aku yang patah hati karenanya.

●●●

Esok paginya aku bangun dengan perasaan yang sedih, dengan langkah gontai aku menyeret tubuhku berjalan ke meja makan untuk sarapan. Disana sudah ada Takuto yang tengah menyerap teh hijau favoritenya dengan elegan dan mempesona..

Seketika itu juga rasa sedihku lenyap dicuri setan, aku kembali tersenyum lebar menyapa Takuto belahan hatiku.

"Selamat pagi Takuto sayang~♡" bergerak dengan lincah ke sampingnya berniat mengecup mesra pipi mulus itu, tapi niat romantisku itu dihentikan dengan jahatnya oleh Takuto.

Dengan gerakan tangan gesit terlatihnya itu, ia segera meletakan sepotong roti bakar di depan mulutku yang hampir saja menempel dengan pipinya, menyumpal roti yang masih agak panas itu ke dalam mulutku.

"Tahakutho kahu jhahaat!" Protesku dengan mulut penuh, niatku berkata 'Takuto kamu jahat!' malah terdengar tidak jelas.

"Selamat pagi Greg." Jawab Takuto datar dan acuh, seolah-olah tidak terjadi apapun semalam maupun barusan.

Kemudian dengan elegan dan sopan, Takuto menikmati sarapannya tanpa melihatku sedikit pun. Ugh.. my snow white dingin deh, tapi aku tetap cinta kok~

Dengan terpaksa aku pun ikut sarapan sambil menatap penuh cinta ke my lovely prince ice, ulalala.. saat makan saja Takuto tercintaku mempesona.

"Takuto.. nanti kita berangkat kerja bareng ya..?" Ajakku membuka pembicaraan yang dari tadi sepi.

"Tidak. Karena tugas kita berbeda Greg, saya perlu untuk sering keluar masuk kantor untuk beberapa perjamuan, begitu juga dengan anda. Maka dari itu, lebih efisien jika kita membawa mobil masing-masing." Jawab Takuto tegas.

"Ya sudahlah.. tapi aku tidak punya mobil, hari ini kita bareng, besok kalau mobilku sudah terbeli baru deh kita berangkat sendiri-sendiri.. gimana honey?" Balasku centil, dengan nada bicara mengoda yang diajarkan oleh Marvis, adik Dean yang terkadang aku temui saat Sir Juan membawaku serta untuk mengunjungi si jala- eh maksudku adik tersayang Dean, kata botty bin- bukan maksudku botty imut itu.

"Tidak. Anda bisa menggunakan mobil oni-sama untuk sementara." Uh.. trik centil bodoh! Mana ngefek! Marvis penipu!

"Tapi Taku-" Protesku terpotong begitu saja ketika Takuto mengangkat ponselnya yang berdering seraya mendekatkan jari telunjuknya ke bibir merah merekah itu, mengisyaratkan agar aku diam.

Dengan sebel aku menyantap habis sarapanku sambil menunggu Takuto cintaku selesai dengan telponnya. Tapi setelah satu jam berlalu, Takuto tidak kunjung kembali ke meja makan, merasa heran aku pun berjalan ke pintu depan berniat mencari Takuto my lovely kitten~♡

Hiks. Aku langsung merasa kecewa, mobil Takuto sudah tidak ada lagi di halaman depan, aku ditinggalkan begitu saja. Takuto sungguh tega!!!

●●●

Sore all..

Akhirnya kisah Taku-Greg dimulai lho~

Tapi sorry ya readers, habis ini update mungkin agak lambat, ga setiap hari..

Maka dari itu~ vote & commentlah yg banyak2, biar gue seneng dikit lalu tulis cepetan deh :XD #ngarep.

Hahaha.. bercanda koq, see next time ('w')/

Nothing Is Impossible [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang