Setelah di rasa para prajurit itu telah berlalu darinya, perlahan-lahan Kang Haneul langsung melepaskan pelukannya. "Gangsahamnida doryeonim..suatu saat jika kita bertemu kembali aku akan meminta maaf dengan cara yang benar" ucapnya tergesa-gesa. Di ambilnya kendi yang tadi terjatuh, ia pun segera melarikan diri meninggalkan Joon Gi yang mungkin merasa heran di buatnya.

"Hya! hya! Apa kau mau mati? Dasar gadis gila!" ujarnya kesal. Ia pun mengibas-ibaskan bajunya yang kotor.

"Gwaenchasseumnika jeoha?" Tanya pengawalnya yang nampak khawatir.

"Ahjusshi, Apa kau tidak lihat? ah, ottokhe? Ini baju kesayangaku?" keluhnya dengan sebal. Tanpa di sadari ternyata Kang Haneul menjatuhkan tusuk konde kesayangannya. Joon Gi pun mengambil tusuk konde tersebut. "Awas kau!" geramnya dengan menggenggam erat benda tersebut.

Sesampainya di rumah, Kang Haneul merebahkan tubuhnya yang terasa sangat pegal itu. Ia pun meletakkan kendi yang di bawanya dan tidak sengaja menjatuhkannya.

Prang!

"Aiih.." ia pun terperanjat.

Seorang pria setengah baya datang menghampirinya. "Aigoo, bagaimana bisa kau memecahkan kendi ini?" keluhnya sembari mengambil pecahan-pecahan kendi kesayangannya itu.

Kang Haneul hanya menggidikkan bahunya pura-pura tidak perduli. "Aku lelah abeoji! Lagi pula aku tidak sengaja menjatuhkannya" katanya tanpa merasa bersalah. Lagi pula kendi itu sudah jelek, pikirnya.

Pria yang di panggil abeoji membelalakkan matanya. "Kau bilang kau tidak sengaja? Aku melihatmu menjatuhkannya?" gertaknya.

"Arraseo..arraseo, aku akan menggantinya, sudahlah abeoji tidak perlu di besar-besarkan" ujarnya santai.  

"Hya! Apa kau tahu berapa harga kendi ini? bahkan gajimu pun tidak cukup untuk membelinya. kenapa kau begitu menyepelekannya? Kau bahkan tidak meminta maaf" omelnya sembari memukul anak gadisnya itu dengan sapu yang kini di pegangnya.

"Ah, geurae.. mianhe abeoji, tadi aku..di kejar prajurit istana" keluhnya kesakitan.

"Mwo? Memang apa yang sudah kau lakukan? Kau itu hampir setiap hari selalu di kejar-kejar mereka, apa kau mencuri obat lagi?"

Kang Haneul menghela nafasnya dalam-dalam. "Aku melakukan ini karena utangmu itu, terlebih Kang Min sakit, gajiku juga tidak cukup, jadi aku terpaksa melakukannya" keluhnya.

Mendengar jawaban Kang Haneul ayahnya langsung berhenti memukulinya. "Maaf..maafkan aku Kang Haneul, karena diriku kau harus seperti ini" sesalnya.

Melihat ayahnya yang memasang wajah sedih, Kang Haneul jadi merasa bersalah. Ia pun mendekati ayahnya. "Gwaenchanayo abeoji, ini bukan salahmu, mianhe".

"Hya! Meskipun begitu kau tidak boleh mengulanginya lagi" omelnya kemudian membuat kang Haneul tersentak.

"Abeoji..Selalu begitu" gerutunya.

"Sudahlah, beresi pecahan kendi ini! aku tidak mau tahu, kau harus menggantinya, dasar gadis ceroboh!" omelnya lagi sembari beranjak pergi meninggalkannya. 'Maafkan aku Kang Haneul, kau harus hidup dengan seorang ayah yang tidak berdaya sepertiku, seandainya aku bisa mengatakannya kepadamu mungkin dirimu tidak akan menderita seperti ini' sesalnya lagi.

"Aish! mimpi apa aku semalam? Sampai-sampai dari tadi aku harus mendapat omelan seperti ini?" gerutunya lagi.

Kang Haneul memang hidup bertiga dengan adik laki-lakinya, Kang Min yang sedang sakit dan ayahnya, Tuan Kim. Ibunya, nyonya Park meninggal dengan hukuman mati karena telah di tuduh melakukan penghianatan 10 tahun yang lalu tanpa ia ketahui apa alasannya. Ingin sekali waktu itu ia membantu ibunya agar terbebas dari hukuman mati yang menurutnya tidak adil. Tapi apa daya ia hanyalah seorang gadis kecil yang tidak bisa melakukan apa-apa. Ia harus rela membiarkan ibunya mati tergantung tepat di depan matanya. Meninggalkan kisah yang tidak pernah bisa di hapus dari ingatannya. Hal itu juga membuatnya tidak bisa mengingat kisah masa lalunya. Meski begitu ia bukanlah seorang gadis yang pendendam, ayahnya selalu mengatakan bahwa semua yang terjadi adalah takdir langit yang tidak bisa di rubah. kini ia tumbuh menjadi seorang gadis cantik yang baik hati. Ia selalu membantu orang-orang yang tidak mendapatkan keadilan dari Negara ini. Adiknya yang sakit dan ayahnya yang sudah tua membuatnya harus bekerja keras sebagai pramuwisata di sebuah tempat wisata yang cukup terkenal di joseon. Meskipun gajinya kecil ia tidak pernah mengeluh mengingat hutang keluarganya yang semakin menumpuk.

Setelah membersihkan pecahan-pecahan kendi itu, ia pun kembali ke dalam kamarnya. Di rabanya rambut panjangnya yang sedari tadi terurai. "Oh? Dimana tusuk kondeku?" tanyanya heran. Ia pun mencoba mengingat-ingat kejadian yang telah terjadi padanya siang tadi. "Oh, aku meninggalkannya di tempat itu" katanya setelah berhasil mengingat. Ia segera keluar untuk mencarinya.

Di carinya konde rambut di tempat yang tadi di kunjunginya, namun ia tidak berhasil menemukannya. "Dimana ya? Aku rasa aku meninggalkannya di sini" katanya sembari menggaruk-garuk tanah. "Omo! Jangan-jangan kondeku di ambil pria sombong itu" ujarnya ketika teringat seseorang yang tidak sengaja di temuinya tadi. "Ah..ottokhe, aku tidak boleh menghilangkan konde itu" gerutunya. Konde itu sangatlah berrharga bagi Kang Haneul karena benda itu satu-satunya peninggalan yang ia miliki dari mendiang ibunya.

Kang Haneul berjalan menuju rumahnya dengan kepala tertunduk ia terus mengumpat akan kehilangan kondenya. "Huh, bagaimana bisa aku menemukan pria itu?" tanpa di sadari tiba-tiba sebuah kulit pisang membuat tubuhnya terhuyung ke belakang. "Omo!omo!" jeritnya sembari memejamkan matanya. Namun setelah beberapa detik ia tidak merasakan tubuhnya terjatuh.

Seseorang ternyata berhasil menangkapnya. "gwaenchasseumnika agasshi?" terdengar suara tegas seorang pria.

Perlahan-lahan ia pun membuka matanya. Di tatapnya pria tampan dengan lesung pipit di wajahnya yang imut seketika membuatnya terpesona.

"gwaenchasseumnika agasshi?" ulangnya lagi.

Kang Haneul pun tersadar dari lamunannya. Ia segera menegakkan tubuhnya. "Ah, ye.. gangsa hamnida doryeonim" ucapnya seraya menundukkan sedikit kepalanya.

"Kau harus lebih berhati-hati agasshi" sarannya. Pria itu pun beranjak pergi meninggalkannya.

"Ah ye" jawabnya kikuk. "Ah tampan sekali pria itu, darimana dia datang?" kagumnya sembari memegang dadanya yang terus berdebar. Di tatapnya tubuh bidang pria itu yang semakin lama semakin menjauhinya. "Aish, apa yang sudah aku pikirkan? Sepertinya pria itu terlihat lebih muda dariku" ia pun tersadar dari perasaan bodohnya. "Bagaimana pun juga gumawoyo" ungkapnya senang.

King Emperor of JoseonOnde histórias criam vida. Descubra agora