Chapter 1

156 15 3
                                    

Author POV.

Mimpi. Kalian pasti pernah memiliki itu bukan ? Mempunyai sebuah mimpi yang diharapkan untuk menjadi kenyataan. Lalu, bagaimana jika mimpi yang diimpikan tidak menjadi kenyataan sesuai harapan ?

Dan sekarang hal itulah yang dirasakan oleh Qeela Riordan saat ini. Seorang putri tunggal dari keluarga ternama dengan perusahaan yang dimiliki oleh kedua orang tuanya. Ia harus mengubur dalam-dalam mimpinya, dan menjadi seorang istri muda dengan statusnya yang masih pelajar.

Sebuah mimpi yang telah lama ia tanamkan sejak ia menginjak remaja, hingga dewasa, dan akhirnya menginginkan menjadi seorang wanita sukses, akankah hanya tinggal kenangan saja ? Sungguh ia tak habis pikir. Bahkan membayang pun ia tidak bisa.

Dan lebih sakitnya lagi jika ia harus menerima kenyataan bahwa berjalannya pernikahan ini karena kemauan kedua orang tuanya sendiri. Mereka rela mengorbankan masa depan anak mereka hanya untuk mempertahankan sebuah perusahaan ? Sebuah reputasi ? Dimanakah hati mereka terletak ?

"Mom, dad, apakah kalian benar-benar ingin aku menikah ? Aku masih delapan belas tahun, masih sekolah."

"Sayang, keputusan ini adalah yang terbaik bagi kita. Apa kamu mau menjadi seorang gelandangan diluar sana ? Tidak kan!" Jawab Riordan yang adalah ayah Qeela, suami dari Anastasya.

Lihatlah, bahkan sampai putri mereka menangis pun sama sekali tidak ada rasa iba mereka terhadapnya. Mereka begitu keji yang hanya menginginkan reputasi semata.

"Apa kata Dad ? Kita ? Hiks, bahkan aku sama sekali tidak merasa ada dalam hal ini. Kalian lakukan semuanya hanya karena kalian, kau, dan mom. Not me." Qeela berusaha mencurahkan semua yang ada didalam hatinya. Meskipun air mata telah berhasil keluar dari tempatnya, ia tetap bersih keras membendung itu dan tetap bicara.

Semoga saja ada keajaiban!

"Qeela sayang dengar yah, ini demi kita. Bukan hanya mom, ataupun dad. Kamu tahu, perusahaan kita telah bangkrut dan meminjam dana sebesar 25 milyar keperusahaan Alexander. Dan mau tidak mau kami harus menggantinya dengan syarat,,kamu harus menikah dengan putra mereka. Gavyn." Ini semua tawaran dari Alexander untuk menjodohkan putri mereka dengan putranya. Atau lebih tepat, membelinya!

Qeela menatap wajah Riordan dengan penuh kesedihan. Sekarang ia merasa ia adalah satu-satunya harta yang dimiliki oleh kedua orang tuanya untuk melunasi hutang itu. Akan tetapi, bagaimana dengan impiannya ?

"Aku tidak bisa menjawab sekarang. Aku lelah, mau istirahat." Setelah mengucapkan kalimat itu Qeela segera beranjak pergi meninggalkan dua orang tua yang telah pasrah akan segalanya. Mereka harap, putri mereka mau menerima semua ini agar mereka tidak menjadi gelandangan.

Apa kata dunia nanti jika seorang Riordan Abraham yang terkenal dengan kekayaan dan kepopulerannya menjadi gelandangan ?

****
Qeela memasuki kamarnya dan menutup pintu kamar dengan sekeras mungkin. Sekarang ini ia hanya perlu sendiri, membutuhkan ketenangan untuk dirinya bisa normal lagi.

Teringat ia akan sebulan yang lalu, dimana saat keluarga kecil mereka hidup bahagia dengan seluruh keperluan yang lengkap tanpa ada satupun yang kurang. Saat itu ia hidup bahagia bagaikan bak putri dengan ditemani oleh kedua malaikatnya. Tapi lihatlah sekarang. Masikah ada kesempatan itu ?

Ah, Qeela apa yang kau pikirkan. Lihat, kedua orang tuamu telah bersusah payah untuk merawat dan memenuhi kebutuhanmu dengan sangat baik, lalu mengapa kau tidak mau berkorban untuk mereka ? Membalas jasa mereka selama ini ?

Baiklah. Sekarang ini kau masih punya kesempatan untuk bertemu dengan tuan Alexander dan memintanya untuk diberikan keringanan. Meski itu tidak mungkin dan tak akan pernah, apa salahnya jika ia mencoba. Yah, mundur sebelum berperang artinya menyerah.

I Was Eighteen YearsWhere stories live. Discover now