Lullaby

83 6 3
                                    


[ AU version : Lullaby ]

Menjadi seorang ayah muda bukanlah sesuatu yang mudah, apalagi anakmu itu adalah sepasang kembar lelaki yang baru seminggu lalu dilahirkan. Jika yang satu menangis maka yang satu lagi akan ikut menangis, jika yang satu terjaga saat malam maka sikembarannya tentu akan ikut terjaga, begitu saat lapar atau haus.

"Kau belum tidur, Pietro?" tegur Wanda saat mendapati suaminya itu tengah mengamati beberapa berkas yang belum diselesaikannya karena harus menjaga kedua anak kembarnya yang tadi sangat ingin bermain dengannya, "Ini sudah larut, kau bisa bangun kesiangan."

"Kau sudah selesai dengan pekerjaanmu?" Wanda menganggukan kepalanya saat mendekati suaminya itu untuk naik keranjang.

Lelaki berambut silver itu terkekeh dan kemudian menaruh semua berkas yang tadi berada ditangannya, dia memasang wajah cerahnya karena Wanda sudah selesai yang setelah itu merentangkan kedua tangannya agar Wanda mau masuk kedalam dekapannya. Wanda mengerti, wanita yang sudah menjadi seorang ibu muda ini pun memeluk Pietro—lelaki berambut silver itu dengan erat. "Besok kau sudah harus bekerja, Pietro. Tidurlah." Tukasnya sambil mengeratkan pelukannya, sementara lelaki itu membalas pelukannya yang kemudian menaruh dagunya tepat dipuncak kepalanya Wanda.

"Tidak bisa tidur," ujar Pietro pelan.

"Kenapa?"

Lelaki ini menatap Wanda yang terlihat nyaman berada didekapannya itu, jujur saja meskipun saat ini dia kelelahan tapi dia tetap merasa senang karena bisa membantu Wanda untuk menidurkan kedua anak kembar mereka tadi. Apalagi tadi dia sempat menggendong Mischa juga Miron secara bergantian karena keduanya masih tidak mau tidur saat selesai mendapatkan asi dari ibu mereka itu, seolah rasa letihnya itu terbayarkan sudah.

"Tak ada yang menyanyikan lullaby untukku," Wanda menepuk pelan dada suaminya ini saat Pietro mengatakan hal itu, "Biasanya ada yang menyanyikan lullaby untukku. Sekarang, dia sudah melupakanku, bayi besarnya."

Mau tidak mau Wanda tertawa pelan mendengar ucapan suaminya itu, wanita ini melepaskan pelukannya dan menatap Pietro dengan jenaka. "Kau sudah tua, kau bahkan sudah memiliki sepasang anak kembar, tuan Maximoff." Tegur wanita ini yang membuat Pietro mendengus pelan karenanya yang kemudian menarik hidung mancung lelaki berambut silver ini.

"Aku tidak mau menyanyikannya untukmu,"

"Aku tidak akan tidur kalau begitu,"

"Pietro!"

"Nyanyikan lullabynya, Wanda."

Pietro tak menyia-nyiakan kesempatannya setelah istrinya itu tampak pasrah dengan sikapnya yang kadang kekanak-kanakan ini. Lelaki itu memeluk pinggangnya Wanda erat, dia mendaratkan sebuah kecupan hangat dibibir istri tercintanya. Karena mendapatkan respon dari sang istri, Pietro mengangkat tubuh istrinya yang mungil—jika dibandingkan dengan tubuhnya—kedalam pangkuannya yang kemudian memperdalam ciumannya. Tapi belum sampai ketahap selanjutnya, sepasang ayah-ibu muda ini mendengar tangisan bayi yang membuat Wanda melepaskan dirinya dari Pietro.

Wanita berambut coklat kemerahan ini menatap Pietro jenaka, "Sepertinya, kau punya penganggu sekarang,"

Lelaki ini tertawa dan menganggukan kepalanya.

"Yeah, i've two little distruber from a week ago." Wanda mengecup bibirnya Pietro yang kemudian meninggalkan suaminya ini ranjang mereka agar bisa memeriksa buah hatinya itu. "Go sleep, Pietro! You have jobs for tommorow,"

Walaupun Wanda mengatakan itu. Lelaki ini tak langsung tidur karena penasaran dengan lagu yang akan dinyanyikan oleh istrinya, Pietro beranjak dari ranjangnya. Lelaki berambut silver ini memutuskan untuk melihat bagaimana Wanda mendiamkan buah hati mereka yang baru seminggu lahir kedunia.

Another Storyحيث تعيش القصص. اكتشف الآن