Bagian 1

136K 2.3K 50
                                    

Ini adalah hidup yang harus di jalaninya. Baginya tiada yang jauh lebih penting daripada ibu kandungnya yang kini tergeletak tak berdaya dengan sakit yang menggerogoti dirinya. Matanya terpejam menghela napas berkali - kali mengumpulkan niat dan tekadnya, lalu membunyikan bel di hadapannya

Ting.. Tong.. Ting.. Tong..

Kharisma menatap rumah besar milik tantenya ini hatinya sedikit sesak mengetahui bahwa dirinya harus melakukan ini. Apapun akan dilakukan agar ibunya sehat kembali.

Seorang wanita parug baya mengenakan daster keluar menghampiri Kharisma dan membuka pintu gerbangnya "Silahkan masuk non, mau ketemu nyonya?" tanyanya halus. Kharisma mengangguk pelan

Wanita itu mengantarkannya masuk ke dalam rumah yang menurutnya sangat besar malah lebih mirip sebuah istana. Tantenya ini memang jauh lebih sukses dari keluarganya. Sebenarnya Kharisma dulu hidup berkecukupan di desanya, namun karena ayahnya menikah lagi dan meninggalkannya dab ibunya saat dia berusia 5 tahun hidup Kharisma dan Ibunya seketika berubah drastis. Tapi tetap Kharisma mensyukurinya, paling tidaj walaupun hidupnya serba susah, dia tidak sampai kelaparan.

Kharisma merasa dirinya kecil dan seperti sebuah noda saat berada di tengah - tengah ruangan megah dengan cat putih ini. Kepalanya menunduk melihat lantau marmer yang mengkilap, bahkan dirinya bisa melihat pantulan wajahnya di lantai itu.

"Risma? Ayo duduk" sapa tantenya hangat. Dengan ragu - ragu Risma mendudukan pantatnya di sofa besar ini. Nyes!! Sofa ini terasa amat empuk, dia merasa sedang duduk di atas kapas.

Anita menatap wajah Risma yang menunduk, dia tahu Risma pasti akan datang ke sini. Senyumnya mengembang melihat Risma "Risma gimana keadaan ibu?"

"I-ibu masih tidak sadarkan diri Bu de" ujarnya pelan

Anita menangguk "Lalu kapan jadi operasi? Sudah dapat dananya?" Risma menggeleng pelan. Anita terdiam. Dia memberikan Risma keberanian buat berbicara maksud kedatangannya kerumahnya ini

"Bu de.." panggil Risma ragu - ragu. Anita menatap keponakannya ini

"Anu bu de.. Pekerjaan yang bu de tawarkan sama Risma.. Ehm.. Apa masih berlaku?" tanyanya ragu - ragu. Seulas senyum kemenangan ditunjukkan oleh Anita. Dia mendapat seorang primadona baru di bisnisnya ini.

"Tentu Risma, Bu de akan memberi tahu jalan untuk meraih sukses"

Risma menggeleng "Gak Bu de aku hanya butuh uanh 80 juta untuk pengobatan ibu" ujar Risma.

"Baiklah, Bu de akan carikan pembelimu. Kamu tunggu kabar saja" Risma mengangguk. Anita berjalan keluar ruangan meninggalkan Risma yang duduk dengan mengeluarkan keringat dingin. Dia tau keputusannya ini salah, jika Ibunya tau pun beliau tidak akan rela putrinya menjual diri. Demi ibu! Batinnya

Anita masuk ke dalam ruangan itu dengan sebuah senyum "Risma, Bu de sudah ketemu calon pembelimu. Dia itu anak dari pengusaha sekaligus dokter terkenal di Indonesia" Risma mengangguk pasrah. Entahlah ada sebelah sisinya yang tidak rela bahwa ada yang berminat membelinya, namun sebelah sisinya bersorak bahagia karena sebentar lagi dia mendapatkan uang untuk biaya rumah sakit ibunya.

Anita duduk di sebelah Risma "Mulai hari ini kamu akan bekerja sama bu de, dan bu de mau kamu memanggilku dengan sebutan mami " Risma menatap sang Bu de dengan penuh keheranan.

"Bu de, aku cuma jual keperawanan saja bu de" ujar Risma pelan

Anita menggeleng "Bu de akan mengontrakmu selama 3 tahun, jadi selama itu kau akan bekerja sama Bu de!" Risma membulatkan matanya kaget. Niatnya hanya akan menjual diri sekali saja menjual keperawanannya namun setelah itu dia akan berhenti

Gadis Panggilan (END) 21+Where stories live. Discover now