00:01

95 6 0
                                    

Someone From The Past : Chapter 1



"Tapi Lo udah nggak kan?" Reina bertanya kepada sohibnya yang dari tadi hanya mengaduk-aduk minumannya, yah kalau dibilang sih, dari tadi omongannya itu ga didengerin. Emang rese nih anak, ucap Reina dalam hati. "Lo dengerin gue ga sih?" lanjut Reina yang masih aja di anggurin. Reina melirik lagi ke Lena. Agak kesal.

Merasa diperhatikan Lena kembali ke dunia nyata dan melihat wajah teman di depannya udah ditekuk menandakan kalau Reina udah bete setengah mampus. "Aduh sori deh tadi lo ngomong apa?"

"Tau ah males gue."

Yasudah kalau Reina ngga mau kasih tau tadi dia ngomong apa. Pikiran Lena sudah ditarik kembali pada saat dia SMP. Masa-masa yang indah menurut dia, ketemu temen-temen asik –tuh kayak didepannya ini–, Ga mikirin peer apakah harus dikumpulin besok atau nggak, soalnya pasti besok bisa selesai karena bantuan temannya, ga pernah upacara bendera yang ujung-ujungnya dia dan temannya yang lain pura-pura sakit dan diem di UKS sampai upacara selesai dan masih banyak lagi kenangan yang ga bisa dia lupain deh! Apalagi kenangan cowok itu. Lena langsung menggelengkan kepalanya saat tau kalau pikirannya itu kembali ke cowok itu.

Tadi pagi Reina sms dia kalau mereka harus ketemuan dan Lena langsung mengiyakan. Lagian ini pertama kalinya Reina ngajak ketemuan setelah 4 bulan belakangan dia sibuk luar biasa, Reina yang berprofesi sebagai designer ini baru aja mendapat pesanan untuk membuat gaun pengantin artis yang baru aja menikah 1 minggu yang lalu, membuat dia jadi super sibuk ngalahin sibuknya anggota DPR deh. Karena kerjaan Lena juga ga banyak-banyak amat –soalnya musim pajak juga udah lewat–, membuat Lena memiliki sedikit waktu luang ketemu sama bestfriendnya dari SMP ini.

Reina masih menatap teman di depannya ini dengan kesal, kalau aja tatapan dapat membunuh orang Lena pasti udah mati, ya tinggal dikuburin aja. "Gua balik aja ah... Lo mah gua ajak ketemuan tuh biar tau lo tuh ikut apa nggak ke reuni SMP bukannya malah bengong kayak gini."

"Eh iya iya!! Nyante aja kalee... duilah galak amat sih," Lena tersadar dan buru-buru menarik tangan temannya itu. "Iya gue ikut kok. Tapi males ah kalau dia dateng."

"Tuh kan lo masih suka sama dia!"

"Udah nggak kok beneran deh, Cuma males aja. Lagian kan udah 10 tahunan lebih, yakali masih suka." Bantah Lena dan langsung meminta bill kepada pelayan café.

Sekembalinya pelayan itu dengan membawa bill di nampanya, buru-buru Lena mengeluarkan 2 lembar pecahan 100 ribu dan mengucapkan terima kasih dengan tersenyum tanpa meminta uang kembalian. Dan kembali menatap Reina yang sudah memberikan dia tatapan curiga. Lena mendesah.

"Ga percayaan banget sih jadi orang. Ga elo, ga Vero sama aja, ga percayaan banget." Lena menyebut temannya yang satunya, Vero, perempuan satu itu lagi berhalangan hadir karena ada acara keluarga di Bandung.

"Len, lo mau bohong ke siapa sih? Ke gue? Kita emang udah sahabatan berapa tahun sih? Gue kenal lo luar dalem taooo..." Reina gemas dengan Lena yang sering banget nutup-nutupin sesuatu.

Lena hanya diam aja sambil menyeruput minuman yang dia pesan tadi. Dia membenarkan ucapan Reina karena mereka udah deket banget jadi percuma kalau bohong juga.

"Oke deh gue ga bisa lama-lama, Jer udah sms katanya mau ketemuan sama gue ngomongin reuni sih katanya. Makasih udah traktir gue, but I promise, lain kali gue yang traktir lo," Reina bangun dari duduknya dan memeluk Lena. "Nanti gue kabarin tanggal berapa reuniannya, Lo harus ikut dan ga boleh nggak!"

Someone From The PastWhere stories live. Discover now