1. Alananda Mitha Hermawan

Comincia dall'inizio
                                    

"Lana." papanya memperingatkan Lana untuk diam.

"Iya, papa?" Lana berbalik ke papanya. "Kenapa?"

"Duh, Gusti..." Papanya menggerutu "diam saja kenapa sih, Lana?"

"Oke-oke." Lana menyahut dengan cepat sambil tersenyum. Hidup serasa hambar tanpa lelucon. "Lanjut, Ma." Segera menambahkan melihat wajah mamanya yang cemberut level 5.

"Usaha kita bisa tetap bertahan karena bantuan dari teman papa, sekaligus teman mama juga. Pak Bima namanya." Mama berhenti sebentar. "dulu saat Pak Bima masih merintis usahanya, papa turut membantu Pak Bima dalam masalah dana." Mamanya menarik nafas, melanjutkan cerita. "Walaupun bantuan dana papa cuma sedikit karena waktu itu kita juga belum bisa memberikan bantuan yang banyak, tapi Pak Bima ini tetap mengingat jasa papa kamu."

"Kalau begitu, kenapa tidak dari awal papa minta bantuan Pak Bima, Ma?" Tanya Lana penasaran, tahu gitu dia tidak akan nelangsa selama dua bulan belakangan ini.

"Nah, usaha Pak Bima berhasil dan bisa membuka cabang yang lebih besar dikota lain sehingga mereka sekeluarga pindah ke kota tersebut." Mama menjawab pertanyaan Lana sembari bercerita. "Seminggu lalu papa baru tahu kalau ternyata Pak Bima sudah balik lagi tinggal di kota ini. Setelah dipertimbangkan, akhirnya beberapa hari yang lalu papa mencoba menghubungi Pak Bima dan ternyata berhasil."

"Jadi, Pak Bima langsung mau memberikan pinjaman ke kita?" Lana kembali bertanya, dengan nada curiga tentunya.

"Iya." Papanya yang menjawab pertanyaan kali ini.

"Memangnya, apa usahanya Pak Bima, Pa?" Tanya Lana.

"Hmm, kamu pasti tahu. Itu perusahaan software. Baru-baru ini juga merangkap di pembuatan program game."

"jangan-jangan, cluexonic ya?" Lana menebak asal-asalan.

"Bukan sayang. Kalau cluexonic itu hanya cabang baru ciptaan Tirtan, anaknya Pak Bima sewaktu mulai bekerja selepas kuliah." Papa Lana mengoreksi.

Celeguk! Lana menelan ludah dan selanjutnya hanya melongo. cluexonic merupakan perusahaan game menengah. cukup berhasil juga anaknya Pak Bima ini. Pikir Lana dalam hati.

"Kalau Pak Bima, dia menangani perusahaannya sendiri, pearsoft corp." papanya melanjutkan, "perusahaan inilah yang dulu papa bantu dalam masalah dana investasi dan program pemasarannya."

Celeguk lagi! Makmur banget berarti. Lana hanya bisa menyimpan komentarnya dalam hati.

Papanya tampak ragu-ragu mengatakan hal ini. "Mungkin kamu tidak ingat. Tapi Pak Bima dulu biasa bertandang datang kerumah ini, waktu itu kamu masih kecil, mungkin sekitar 3 atau 4 tahun. Tapi kamu sudah bisa manggil om Bima."

"Nah, apa tujuan papa sebenarnya, mengingatkan aku tentang hal ini?" Lana mulai curiga ada yang tidak beres.

Papa Lana memandang kearah istrinya, seakan meminta dukungan. "Begini Lana," akhirnya Papanya mulai berbicara. "Sebenarnya Pak Bima itu orangnya sangat baik. Tadi Pak Bima menghubungi papa, dia bermaksud menanyakan kamu."

"Maksudnya, Pa?" Lana mulai merasakan kecurigaannya entah kenapa akan terbukti.

"Nanyain keadaan kamu, sehat apa tidak?, hidungnya masih pesek atau mancung?, sudah punya pacar apa belum? Dan masih banyak lagi." Papa Lana menahan tawa melihat ekspresi putrinya yang memancarkan aura tersinggung.

"Apa sih, Pa? kok nanyanya nggak mutu banget?" Lana mencak-mencak saking tersinggungnya.

Papanya seketika langsung tertawa terbahak-bahak melihat emosi putri semata wayangnya yang harus dia akui memang cepat tersulut. "Sebenarnya, memang bukan itu persisnya yang ditanyakan sama Pak Bima." Papa Lana melirik kearah istrinya.

It's a Life Disaster!Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora