2. Lady Luck Part - 1

1.4K 146 5
                                    

~ 3 bulan sebelumnya ~

"Appa..." rengekku. "Kapan pesta ini akan berakhir? Aku sudah mati bosan berada di pesta ini. Lihatlah, kakiku sudah mulai merah. Aiisshh,, kenapa juga harus ada orang yang menciptakan sepatu menyiksa seperti ini?" keluhku panjang lebar pada ayahku.

Ayah hanya menanggapi semua keluh kesahku dengan tersenyum hangat seperti biasanya.

"Sabarlah sayang. 30 menit lagi kita pulang, oke?" pintanya padaku dan aku tanggapi dengan cemberut ke arahnya.

"Tersenyumlah. Putri appa jelek sekali jika sering cemberut seperti ini, eoh!" godanya sambil mencubit pipiku supaya aku bisa tersenyum kembali. Aku meliriknya sambil menyipitkan mata karena perlakuan ayahku yang manis ini.

"Arraseo, arraseo. Aku akan tersenyum kembali. Lihatlah. Aku sudah tersenyum seperti yang appa minta." Ku tersenyum terpaksa guna menggoda ayahku ini. Kemudian dia tersenyum kembali padaku dan sedikit mengacak rambutku.

"Ya appa! Jangan merusak tatanan rambutku, butuh waktu satu jam untuk membuat tatanan rambut seperti ini dan appa menghancurkannya dalam waktu kurang dari satu menit. Lihatlah!" protesku pada ayah sambil membereskan kembali tatanan rambutku.

Ayahku hanya bisa terkikik geli melihat kelakuanku. Mengabaikan tatapan heran dari orang-orang di sekitar kami.

"Baiklah. Appa minta maaf, eoh?" kata ayah sambil mengusap sudut-sudut matanya yang mengeluarkan air karena menahan tawanya tadi. "Kau begitu cantik hari ini, Na-ya. Makanya appa tidak tahan untuk tidak menggodamu. Kau mirip sekali dengan ibumu. " Sambungnya sambil menarik napas dalam-dalam untuk menstabilkan kembali napasnya.

Aku tersenyum lebar ke arahnya. Menunjukkan deret gigiku yang rapih padanya. Betapa bahagianya aku mempunyai ayah seperti dia. Ku rangkul lengannya dan bergelanyut manja di sampingnya.

"Benarkah? Sebegitu miripkah aku dengan eomma? Akh, appa curang. Appa begitu mengenal eomma sedangkan aku hanya mengenalnya dari sebatas cerita appa atau Han ahjumma." Kataku pura-pura kesal.

"Jangan seperti itu." Tegurnya, "Kau tahu sendiri, Eomma selalu ada bersama kita. Dia selalu hidup di hati dan perilakumu. Semua gerak-gerikmu itu persis sekali dengan eomma mu. Jadi jangan sampai kau merasa kau tidak mengenal eommamu sendiri, arrachi?"

"hehehe...arrayo, aku hanya sedikit kesal karena begitu merindukan eomma." aku tersenyum lagi ke arahnya.

"Kalau begitu besok kita harus mengunjunginya, sepertinya dia juga merindukan kita." Tawar ayah.

"Benarkah? Tapi appa harus janji kunjungan yang kali ini appa harus ikut, tidak boleh dibatalkan lagi seperti yang kemarin-kemarin,eoh!" pintaku.

"Ne, appa janji kunjungan yang kali ini appa akan ikut. Kau puas?"

"Assaa. Gomawoyo appa." Ku kecup pipi ayah dan tersenyum tulus kepadanya sebagai rasa terima kasihku.

"Good girl. Sekarang berikan senyummu itu pada semua orang juga. Karena hari ini merupakan hari bersejarah bagi perusahaan keluarga kita." Katanya sambil menggenggam tanganku dan mengusapnya pelan untuk menenangkanku. Dan itu berhasil. Dia adalah obat penenang yang paling ampuh yang pernah ada di dunia ini.

Benar katanya. Hari ini merupakan hari yang bersejarah bagi perusahaan kami. Karena hari ini merupakan hari ulang tahun perusahaan kami yang ke 60. Pesta ini diadakan di salah satu hotel bintang lima milik kami.

Perusahaan kami tidak hanya mengelola bisnis perhotelan tapi juga bisnis pusat berbelanjaan dan properti. Karyawan di perusahaan kami kurang lebih berjumlah 50.000 orang. Ayahku merupakan generasi ketiga sebagai pemilik dari perusahaan ini.

Four Leaf CloverWhere stories live. Discover now