Dua

4.8K 318 4
                                    

Hari sudah mulai agak sore. Matahari tertutup oleh awan mendung yang membuat langit kelihatan lebih gelap daripada biasanya.

Brukk!!

Suara keras benda jatuh dari luar kamar seketika membuat Hilman terjaga dari tidur siangnya.

Untuk beberapa detik lamanya, Hilman sempat tidak ingat di kamar siapa ia sedang tidur sekarang. Karena kamarnya bukan seperti ini. Dinding kamar ini masih berwarna putih polos. Tidak seperti kamarnya yang penuh dengan gantungan bingkai fotonya dan keluarga.

Hingga ia pun teringat bahwa ia memang tidak sedang berada di kamarnya yang ada di New York. Kini ia telah menempati kamar barunya di dalam rumah barunya di Surabaya.

Jam dinding di kamarnya menunjukkan pukul 03.20 sore waktu setempat. Hilman belum sholat Ashar, dan waktu berbuka puasa masih sekitar 2 jam lagi.

Namun Hilman kembali teringat suara gedebug keras yang tadi membangunkan tidur siangnya. Setelah sedikit mengucek-ngucek mata, ia menyibak selimut lalu turun dari tempat tidur dan berjalan keluar kamar.
Di depan kamarnya, Hilman celingukan mencari sumber suara tadi. Ketika ia mulai menuruni tangga, suara benda jatuh itu kembali terdengar diikuti suara teriakan.

"Auwh!!"

Suara itu berasal dari dapur. Dengan langkah cepat, Hilman segera menuju ke dapur.

"Astaga! Kak Lucas!" teriak Hilman ketika tiba di dapur dan menemukan kakak angkatnya yang tengah tersungkur di lantai karena terjatuh saat menggendong beberapa karung beras untuk di taruh di dalam lemari dapur.

Hilman segera menghampiri Lucas dan menahan siku kanannya untuk membantunya berdiri.

"Kenapa kakak tidak membangunkanku? Aku kan bisa membantu kakak mengangkut beras berkarung-karung ini," omel Hilman.

"Ku lihat tadi kamu masih tidur sangat pulas. Jadi aku tidak tega membangunkanmu," balas Lucas sambil sedikit meringis karena capek.

Hilman hanya bisa merengut.

"Ya sudah. Apa berasnya masih ada? Biar ku bantu mengangkatnya," tawar Hilman.

"Kebetulan itu tadi karung beras yang terakhir. Tapi......," kalimat Lucas menggantung, diikuti suara bunyi perut Lucas yang keroncongan. Lucas tersenyum meringis kepada Hilman sambil mengusap-usap perutnya yang lapar.

Hilman hanya bisa tertawa geli melihat tingkah kakaknya itu.

"Sepertinya kita perlu menyewa pembantu. Besok aku akan cari pembantu buat memasak dan membersihkan pekerjaan rumah," kata Hilman.

Lucas mengernyitkan dahi.

"Iya deh. Ngomong-ngomong, aku sudah lapar," pancing Lucas.

"Loh? Kakak puasa, kan?" tanya Hilman curiga.

"Puasa dong. Tapi udah jam segini, belum ada yang menyiapkan makanan buat buka puasa nanti," pancing Lucas.

"Kan kakak bisa bikin mie instan."

"Kamu kan pintar masak. Masakin menu buka puasa buat kakak dong," pinta Lucas dengan nada merajuk. Hilman menghela napas panjang lalu membuka kulkas dan melihat bahan-bahan apa saja yang bisa dipakainya.

"Kak, isi kulkas cuman ada telur saja," protes Hilman.

"Kita memang belum sempat belanja bahan makanan," balas Lucas.

"Ya sudah, kita ke supermarket dulu yuk. Sekalian 'checking' bagaimana keadaan supermarketmu. Nanti sekalian kita mampir ke restoran buat lihat-lihat," usul Hilman.

Guardian Angel (boyxboy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang