"Kita mau kemana?"

"Nanti juga kau tahu. Tidurlah, masih satu jam setengah lagi." jawab Kelvin masih dengan tersenyum walaupun kini dia serius melihat jalanan kota yang sedikit ramai. Bulan ini memang termasuk musim panas tetapi kenapa udara masih tetap dingin saja?

"Aku tidak mau tidur kalau kau belum memberitahuku kita akan kemana!" tegas Flo.

Satu jam setengah kemudian...

Kelvin memarkirkan mobilnya asal karena tidak ada orang di sekitaran wilayah gunung es Matanuska ini. Suhunya sangat dingin, mungkin sekitar -7 derajat celcius. Walaupun sedang summer, tapi gunung ini masih tetap terselimuti oleh salju. Kelvin mengambil kaos oblong bersih dan jeans yang terlipat rapi di jok mobil tengah lalu dimasukkan ke dalam ransel hitam miliknya. Tak lupa juga kotak kecil berlapis beludru warna merah itu dia simpan ditempat tersembunyi di dalam ranselnya.

Ya, Kelvin memang sudah merencanakan ini matang-matang semalam. Ditambah lagi, Kelvin sudah mendapatkan restu dari orang tuanya. Dia akan melamar Flo hari ini. Dan juga, dia akan mengakui wujud asli dirinya yaitu Wolf. Itulah alasan kenapa dia membawa baju ganti di dalam ranselnya itu. Kelvin harus mengambil resiko, Flo akan menerima wujudnya dengan lapang dada atau dia akan menjauhi Kelvin. Lihat saja nanti.

Kelvin melihat Flo yang tertidur pulas di sampingnya sambil meringkuk kedinginan. Walaupun tadi dia sudah diselimuti oleh Kelvin, tetapi tetap saja dia tidak bisa melawan cuaca yang ekstrim ini. Berbanding terbalik dengan Kelvin, mau sampai beratus-ratus minus celcius pun, dia tidak bakal kedinginan. Tentu saja, karena ia Wolf.

"Hei, bangun.." Kelvin mendekatkan tubuhnya lalu mengelus-elus pipi Flo lembut. Flo hanya menggeliat sedikit lalu kembali tidur. Kelvin terkekeh pelan, tadi siapa yang bersikukuh untuk tidak tidur?

"Flo, bangun.." Kelvin berbicara sangat lembut, seperti tidak berniat membangunkan Flo. Dia tersenyum lalu mencium pipi Flo sekilas dan keluar dari mobilnya. Sebelum itu, Kelvin memanggul ransel yang bertuliskan WOLF 88 itu di belakang punggungnya. Ransel yang ia buat sendiri dengan bantuan Nenek Rose.

Dengan cepat dia berpindah ke arah sisi mobil lain dan membuka pintu mobil di sebelah Flo tertidur. Kelvin menaruh tangannya di bawah leher dan lutut Flo, menggendong tubuhnya yang seperti kapas. Enteng sekali. Apa dia memang terlalu kurus atau Kelvin yang terlalu kuat?

Lalu Kelvin tak lupa pula menutup pintu mobil itu dan menguncinya otomatis. Flo belum bangun, dia bahkan lebih tertidur pulas saat rasa hangat menyelimuti tubuhnya.

"Bersiaplah merasakan goncangan, sayang." bisik Kelvin di depan telinga Flo. Dia tertawa pelan, tak menyangka kata panggilan sayang itu keluar dari bibirnya. Gadis ini sungguh bisa merubah dirinya secara drastis.

Kelvin mengambil ancang-ancang untuk berlari. Satu dua tiga, lalu..... Beezzzzz... Kelvin melaju dengan cepatnya. Rambut dan wajah Flo seperti diterpa angin topan, dia terbangun sontak dan berteriak.

"KYAAAA!! KELVIN!!" teriaknya lalu secara tak sadar dia mengalungkan lengannya di seputaran leher Kelvin. Kelvin tersenyum sebentar tetapi tak menjawab. Dia terus berlari tanpa menghiraukan Flo yang menutup matanya rapat-rapat. Menahan takut dan menahan hawa dingin salju yang sering turun di wajahnya.

Brr dingin.. Untung saja Kelvin memelukku. Entah kenapa, tubuhnya panas. Batin Flo.

Kelvin dan Flo sampai ditempat tujuan dalam 4 menit yaitu di atas Puncak gunung es Matanuska. Tidak adil memang, orang biasa mendaki puncak gunung ini sampai berjam-jam lamanya bahkan ada yang beberapa hari baru sampai di sana. Ini cuma empat menit? Astaga, itu tidak seberapa. Bagaimana kalau Papanya atau Melvin yang mendaki? Kecepatan berlari seorang vampire lebih cepat daripada seorang werewolf.

DAMN!? my mate is a NERD!! (KELVIN D. FRANKLIN)Where stories live. Discover now