Ah mungkin karena ini gratis, pikir Flo lagi.

Deira memutar bola matanya setelah melihat Flo tidak beranjak dari tempat berdirinya di samping tangga stadium. Lalu dia berinisiatif untuk beranjak dari tempat duduknya dan turun ke bawah. Sebelum itu, dia menitipkan kursinya dengan seorang pria di sampingnya.

"Bisakah aku titip sebentar dua kursi ini? Aku mau ke bawah," ucap Deira pada pria berambut tegak itu dan langsung turun tanpa memperdulikan reaksi dari pria yang diminta tolongnya tadi. Pria itu terdiam dan tubuhnya menegang tak percaya, seorang Franklin mengajaknya bicara? Ya Tuhan.

Deira meloncat dari pagar pembatas stadium itu dan berdiri tepat di depan Flo. Flo terkejut tak menyangka, gadis mungil ini baru saja melompat dari ketinggian?

"Kak Flo, ayo. Dei sudah siapkan kursi untuk kak Flo, disuruh Kak Kelvin semalam," Deira pun menarik tangan kanan Flo menuju tempat duduknya tadi.

Flo pun akhirnya menurut. Sekali lagi pikirannya melayang, kenapa Kelvin harus susah payah menyuruh Dei untuk menyimpan satu kursi untuknya? Dia pun menepis pikirannya itu seakan tak mau terlalu bawa perasaan.

"Dei, jangan panggil aku kakak. Panggil Flo saja. Kita kan seumuran," ujar Flo setelah menerima botol minuman dingin yang diberikan Deira.

"Baiklah, tapi jika nanti kau menikah dengan kakak-ku, aku akan memanggilmu dengan sebutan kakak. Oke,"

Flo tidak berani menggeleng ataupun mengangguk. Dia diam saja dan berpikir, "Memangnya aku akan menikah dengan siapa?"

Flo kembali terlonjak kaget karena tiba-tiba Deira menjerit di antara sorak-sorak yang bergemuruh di dalam stadium besar itu. Dei berteriak, "BRAY SIMPSONS, I LOVE YOU !! WUHUUUU!!"

Deira ikut berteriak berkali-kali memuji tim yang keluar pertama kali memakai pakaian merah hitam dengan bandul besar di pundaknya.

Tim yang di dalamnya ada Bray, tim yang akan melawan Tim Kelvin nanti. Sayangnya hanya satu orang saja yang bisa di andalkan di sana, ya hanya Bray. Yang lain walaupun semua berotot-otot besar dan sering fitnes setiap minggu tetapi mereka tetap akan kalah jauh dari kekuatan Franklin. Hemmmm, poor Bray.

Kenapa aku yang harus ikut lomba ini? Menyebalkan, timku pasti akan dibantai habis, batin Bray kesal. Tetapi setelah ia mendengar teriakan cempreng seorang gadis yang mengekorinya kemanapun ia pergi, Bray pun tersenyum kecil. Di dalam hatinya ia senang dan berkata, Dasar gadis bodoh.

"Astaga, Bray tampan sekali.." puji Deira seraya mengatupkan dua tangannya di depan dada melihat Bray yang lagi pemanasan di lapangan.

Flo pun ikut melihat arah tatapan Deira, "Apa dia pacarmu Dei?" tanyanya.

"Bukan, Flo. Bray adalah suamiku. Heheh," jawab Deira polos. Flo tercengang setelah itu dia membenarkan kacamata bulatnya. Deira cantik dan Bray tampan. Pasangan yang serasi, ujar Flo dalam hati.

Kembali suara gemuruh terdengar membahana di seluruh stadium. Jeritan wanita-wanita semakin memekakan telinga saat tim berpakaian hitam dan putih keluar dari bawah stadium. Tim yang didalamnya ada Kelvin, Melvin dan dua sepupunya.

"KYAAAAAA KELVIN!!!!"

Sorakan nama Kelvin terdengar dari ujung ke ujung. Tetapi pria yang bernomor punggung 88 itu hanya memasang wajah datar dan tak mempedulikan semua sorakan untuknya. Matanya hanya tertuju satu titik dimana harum semerbak bunga edelwis menghambur ke hidungnya. Flo. Mereka sekarang sedang bertemu pandang walaupun dari kejauhan.

Kebalikan dengan Melvin, pria berbibir tipis dan tinggi itu melambaikan tangannya semangat.

"WOAAAAHHH, MELVIN!!!"

DAMN!? my mate is a NERD!! (KELVIN D. FRANKLIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang