Part 36 - Still Friendzone

Start from the beginning
                                    

"Bird, aku turut sedih karena ternyata selama ini Venezzia tidak memperlakukanmu dengan baik," ujarnya dengan tatapan hangat. Jemariku sibuk memainkan ujung bajuku, "Kau tahu dari mana?"

"Siapa lagi kalau bukan Sean? Sean adalah saudara yang baik. Ia tidak membeda-bedakan. Meskipun Venezzia adalah Ibu kandungnya, namun ia tidak segan-segan menceritakan kejahatan Ven yang dilakukan padamu,"

Aku tersenyum masam. Ku rasa, kehidupan ku yang sekarang sudah lebih dari cukup, meskipun kedua kaki ku lumpuh tapi aku tetap bersyukur. Karena aku dikelilingi oleh orang-orang yang menyayangiku.

Harry menepati janjinya yang akan menemani ku berjalan-jalan selama ia libur dari tur.

"Kita mau kemana?" tanyaku penasaran. Kami saat ini sedang berada didalam mobil, "Aku akan membawamu untuk berbelanja,"

"Belanja?"

"Yeah, ku perhatikan gaun yang kau pakai itu-itu saja. Kau harus melakukan sedikit perubahan,"

"Harry, ku rasa itu tidak perlu—" "Ssh! Aku tidak mau mendengar penolakan. Kau tinggal pilih barang apa saja yang kau suka," ujarnya kemudian tersenyum. Memperlihatkan lesung pipi indahnya. Kami tiba disalah satu butik ternama di London. Harry membantuku turun dari mobil lalu mendudukiku dikursi roda. Dengan santai Harry mendorong kursi rodaku masuk kedalam. Ada sedikit rasa gelisah. Aku takut para penggemarnya datang menyerbu atau mungkin hal menakutkan lainnya mengingat ia berkeliling tanpa pengawasan seorang guard.

Harry bersandar pada tiang saat menungguku memilih pakaian. Diam-diam aku mengeluarkan ponselku lalu memotretnya yang sedang sibuk memandang kearah lain. Rambutnya yang dikuncir kebelakang serta kacamata hitam membuatnya terlihat sempurna dalam balutan mantel.

"Hanya itu?" tanya Harry ketika aku sudah selesai memilih, "Bird, pilihlah lima pasang pakaian lagi. Dua pakaian tidak akan cukup. Ayo ku ajak melihat-lihat yang lain," Aku hanya pasrah. Harry membawaku kederetan sepatu dan mataku langsung terpana melihat sepatu boots berwarna merah tua. Saat sedang memilih sepatu, beberapa gadis datang menghampiri. Harry dengan senang hati memeluk mereka satu persatu.

"Siapa dia?" tanya gadis berambut pirang pada Harry.

"Ia adik sepupuku. Kenalkan, namanya Birdy."

"Birdy? WOW AKU MENGENALMU!" Aku tersenyum canggung dan pada akhirnya mereka meminta untuk foto bersamaku. Aku tidak menyangka, begini rasanya memiliki seorang penggemar.

Setelah mereka pergi Harry kembali membantuku memilih pakaian yang cocok. Ia bahkan membelikanku mantel baru untuk musim dingin.

Setelah puas berbelanja, Harry meminta sang supir untuk singgah ke restoran Jepang.

"Bird, senyum," kamera ponsel sudah mengarah kearahku. Aku segera memasang senyum lebar kemudian melanjutkan dengan melahap sushi-sushi lezat ini.

Sore harinya Harry membawaku pulang. Dirumah, masih ada Liam, Louis dan Niall. Mereka sedang berkumpul diruang tamu sambil bernyanyi.

"Umm, Harry?" yang dipanggil menoleh, "Apa Greyson tahu kalian akan menginap disini?"

Niall menjejalkan satu buah sosis kedalam mulutnya, "Kamwi baruw membwewi tahukan Awyah dan Iwbunya,"

Mulutku membulat. Merasa lelah, aku akhirnya meninggalkan mereka diruang tamu.

Tidak mendengar suara Greyson seharian membuatku merasa sedikit aneh. Ku beranikan diri untuk menelponnya, namun nada sibuk yang ku terima.

"Mungkin masih sibuk mengurusi acara," ujarku lalu berbaring diatas tempat tidur.

Pagi hari yang cerah, aku menerima sebuah pemberitahuan dari twitter. Pemberitahuan itu berasal dari twitter Greyson. Ia memposting dirinya sedang berada diatas panggung sebagai MC. Aku mengulum senyum melihatnya di foto dengan balutan tuxedo.

The Star [ Greyson Chance ]Where stories live. Discover now